Senin, 19 September 2022

MENGUTUK POHON ARA, YESUS ANTI LINGKUNGAN HIDUP?

 

Tentu kita pernah mendengar kisah Tuhan Yesus mengutuk pohon ara sehingga pohon itu menjadi kering. Agar lebih jelasnya, akan ditampilkan kutipan teks itu.

“Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar. Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapatkan apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon ara itu, ‘Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!’ Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu” (Mat 21: 18 – 19)

Dalam Injil Markus dikatakan bahwa pada saat itu memang bukan musim buah ara (lih. Mrk 11: 13). Karena itu wajar kalau Tuhan Yesus tidak menemukan buah ara untuk bisa menghilangkan rasa lapar-Nya.

Teks ini sering menjadi pertanyaan orang. Kenapa Tuhan Yesus mengutuk pohon ara yang tidak berbuah, padahal saat itu belum musim berbuah? Dari pada membuatnya kering, kenapa Tuhan Yesus tidak membuatnya menjadi berbuah sehingga dapat menghilangkan rasa lapar-Nya?

Pertama-tama perlu dipahami bahwa perkataan dan perbuatan Yesus merupakan bentuk pengajaran. Tuhan Yesus mengajar bukan hanya melalui perkataan-perkataan, seperti kotbah di bukit (Matius 5 – 7), perumpamaan-perumpamaan (Mat 13, 15, 21, 22, 24, Luk 5, 6 dll) atau nasehat dan mukjizat. Tuhan Yesus mengajar juga melalui perbuatan.

Model pengajaran melalui perbuatan ini diterapkan Allah melalui para nabi dalam Perjanjian Lama. Sebagai contoh, kita dapat melihat apa yang dilakukan oleh Yesaya (Yes 20: 1 – 6) dan Yeremia (Yer 13: 1 – 11 dan 27: 1 – 11). Melalui perbuatan mereka, Allah memberikan pelajaran kepada umat Israel. Jadi, kalau dalam Perjanjian Lama Allah menggunakan manusia untuk melakukan apa yang diinginkan-Nya sebagai pelajaran, pada masa Yesus Dia sendiri melakukannya.