Selasa, 27 November 2012

(Pencerahan) Antara Kata dan Perbuatan

Munafik

Sebuah ruangan penuh sesak 
dengan wanita-wanita tua. 
Rupanya ada semacam agama 
atau sekte baru. 
Seseorang – hanya mengenakan serban 
dan cawat saja – maju ke depan. 
Ia berbicara dengan penuh semangat 
tentang kuasa budi atas materi, 
jiwa atas raga.

Semua orang mendengarkan dengan terpukau. 
Pembicara itu lalu kembali ke tempatnya 
persis di hadapanku. 

Orang yang duduk di sampingnya 
berpaling sambil bertanya cukup keras, 
“Apakah Saudara sungguh percaya 
akan apa yang Saudara katakan tadi, 
yakni bahwa badan sama sekali tidak merasakan apa-apa, 
bahwa semua itu hanya pikiran saja 
dan bahwa pikiran dapat dipengaruhi secara sadar oleh kehendak?”

Si munafik menjawab dengan yakin, “Tentu saja aku percaya!”

“Kalau begitu,” kata orang di sisinya, 
“Maukah Saudara bertukar tempat dengan saya? 
Saya masuk angin duduk di sini!”

Kerap kali aku berusaha dengan sekuat tenaga untuk mempraktekkan apa yang aku kotbahkan.

Seandainya aku membatasi diri dan hanya mengkotbahkan apa yang aku praktekkan, maka aku tidak begitu munafik lagi.

by: Anthony de Mello, Burung Berkicau
Baca juga refleksi lainnya:

Orang Kudus 27 November: St. Yakobus Persia

Santo Yakobus Persia, martir
Yakobus dari Beth-Lapeta, Persia (sekarang: Iran) lahir pada akhir abad keempat. Beliau seorang bangsawan kristen kaya raya dan berpangkat tinggi di dalam Kerajaan Persia sebagai penasehat raja. Tetapi kebesarannya ini justru kemudian mendatangkan kecelakaan atas dirinya. Ketika raja mulai menganiaya orang-orang kristen, Yakobus mengkhianati imannya dengan maksud supaya terlindung dari bahaya mati dan terus hidup terjamin. Namun istri serta ibunya tetap setia kepada Kristus. Dengan terus terang mereka menegur Yakobus dan menunjukkan kesalahannya. Meskipun sejak itu mereka segan bergaul dengannya, namun karena terdorong oleh cinta kasih sejati, mereka tetap mendoakan agar hatinya berbalik lagi kepada Kristus.

Demikianlah akhirnya, oleh sinar cahaya rahmat ilahi yang menembusi hatinya yang tegar dan keras, Yakobus kembali kepada Tuhan. Semenjak itu ia tidak pernah lagi pergi ke istana bahkan dengan berani meletakkan jabatannya yang tinggi itu. Perubahan sikapnya itu tak dibiarkan begitu saja oleh raja. Yakobus dipanggil lalu dimintai pertanggungjawabannya tentang sikapnya itu. Ia menyatakan secara tegas bahwa ia seorang kristen yang tidak boleh bekerja sama dengan raja yang lalim. Maka murkalah raja, lalu segera memanggil pembesar-pembesar kerajaan dan hakim-hakim untuk menentukan hukuman yang tepat atas orang-orang kristen.

Tuduhan yang dikemukakan ialah bahwa orang-orang kristen menghina dan tidak mau menyembah dewa-dewi nasional. Oleh karena itu, hukuman mati pantas dijatuhkan atas mereka termasuk Yakobus. Anggota badan Yakobus dipotong-potong. Menyaksikan hukuman mati yang dijatuhkan kepada Yakobus, orang-orang kristen tak putus-putusnya berdoa agar Yakobus dapat bertahan dan berkajang dalam menahan sengsara yang ditimpakan kepadanya. Doa mereka itu dikabulkan. Yakobus dengan gembira dan tersenyum menanggung penderitaan itu. Ia bahkan mengucap syukur kepada Allah karena boleh turut serta menanggung penderitaan dan sengsara Kristus. Yakobus mati sebagai martir Kristus pada tahun 421.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Selasa sesudah HR Kristus Raja - Thn II

Renungan Hari Selasa Pekan Biasa XXXIV B/II
Bac I : Why 14: 14 – 20; Injil       : Luk 21: 5 – 11

Dalam Injil hari ini Yesus meramalkan kehancuran Yerusalem sebagai simbolisasi akhir jaman. Memang yang digambarkan itu adalah Bait Allah. Bait Allah merupakan pusat kehidupan orang Israel. Nah, pusat itulah yang hancur. Jika pusatnya hancur, maka yang lainnya juga akan ikut hancur.

Akan tetapi bukan kehancuran itu yang menjadi inti pewartaan Yesus. Kehancuran itu hanyalah sarana Yesus untuk menyampaikan pesannya, yaitu kewaspadaan. Namun kewaspadaan itu bukan pertama-tama diarahkan kepada kehancuran melainkan ditujukan kepada peristiwa-peristiwa yang mengawalinya.

Maksud Yesus dengan ajakan waspada itu adalah agar umat tidak mudah tertipu bahwa kehancuran atau akhir jaman itu segera tiba. "Semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera." (ay. 9). Intinya, Yesus memperingati para murid-Nya agar tidak mudah percaya pada suara-suara yang mengatakan bahwa kehancuran itu sudah tiba. "Janganlah kamu mengikuti mereka." Kata Yesus (ay. 8).

Pesan Yesus dalam Injil ini menjadi pesan Yesus buat kita saat ini. Kepada kita juga dialamatkan warta akhir jaman itu. Dan berkaitan dengan akhir jaman itu kita diharapkan untuk tidak mudah percaya pada ramalan-ramalan yang mengatakan bahwa bulan ini atau tahun ini akan terjadi kiamat. Kita diminta untuk tidak percaya pada mereka. Karena orang lain dapat memanfaatkan kepercayaan itu dan menyalahgunakannya untuk kepentingan dirinya sendiri. Akhirnya, kita sendiri yang rugi.

by: adrian