Jumat, 07 Februari 2020

UMAT ISLAM DAN KRISTEN TAK BISA SALING MEMAHAMI


Bagi orang islam, orang kristen adalah kafir. Dapat dipastikan banyak umat islam tak paham kenapa orang kristiani disebut demikian. Yang mereka tahu adalah Allah sudah mengatakan demikian. Karena sudah tertulis begitu di Al Quran, maka orang islam pun menyebut para murid Kristus itu sebagai kafir, tak peduli bahwa kata “kafir” merupakan bentuk penghinaan yang luar biasa kasar. Umat islam juga tidak mau bertanya kenapa pada satu bagian Al Quran orang kristen disebut sebagai ahli kitab, sedangkan pada bagian yang lain berubah menjadi kafir.
Ada banyak hal yang tidak bisa dipahami oleh orang islam terhadap orang kristen. Salah satunya adalah sosok Yesus Kristus, yang bagi umat kristiani diyakini sebagai Tuhan Allah tapi tidak bagi umat muslim. Karena tidak bisa memahami, pada akhirnya mereka “menyerang” atau menyalahkan orang kristen. Umat islam tidak bisa memahami kenapa orang kristen menganggap Yesus itu Allah/Tuhan (karena masalah inilah orang kristen disebut kafir).
Umat islam menolak keallahan Yesus karena didasari pada argumen bahwa Yesus sendiri tak pernah menyebut diri-Nya Allah/Tuhan. Sumber yang dipakai adalah Kitab Suci Perjanjian Baru, khususnya keempat Injil. Malah umat islam sering menggunakan teks Kitab Suci yang seakan “melawan” keallahan Yesus. Misalnya, Markus 12: 29, yang merupakan pengulangan dari Kitab Ulangan 6: 4. Karena itu, umat islam tidak mengerti kenapa orang kristen mengimani Dia sebagai Allah?
Orang kristen dapat memaklumi kenapa umat islam tak bisa memahami mereka. Dasar utamanya adalah beda cara pandang. Umat islam memakai cara pandangnya, sedangkan orang kristen punya cara pandang tersendiri. Terkait dengan persoalan keallahan Yesus, umat islam bukan cuma mendasarkan diri pada firman Allah dalam Al Quran, tetapi juga berdasarkan pada cara pandang mereka. Seperti yang sudah diungkapkan di atas, umat islam menolak klaim keallahan Yesus karena Yesus sendiri tidak pernah menyebut diri-Nya demikian. Orang islam baru dapat menerima klaim itu jika ada pengakuan dari yang bersangkutan. Oleh karena itu, dengan pola pikir seperti ini, umat islam merasa aneh dengan klaim keallahan Yesus.

JENIS-JENIS MINUMAN KERAS


Minuman keras (miras) atau minuman beralkohol (mikol) sering menjadi minuman yang hadir dalam pesta atau perayaan tertentu dalam masyarakat terutama di negara-negara barat atau negara yang melegalkan minuman keras. Beberapa daerah di Indonesia bahkan termasuk penghasil miras atau mikol ini. Ada yang melalui proses penyulingan, ada juga yang melalui proses fermentasi. Umumnya orang mengenal miras atau mikol ini berdasarkan nama produknya. Ada banyak jenis minuman keras berikut ini adalah contohnya.
1.   Beer
Beer adalah minuman beralkohol yang terbuat dari hasil fermentasi biji-bijian seperti barley, sorgum, gandum, beras, jagung dan masih banyak lainnya. Proses pembuatan beer harus melalui fermentasi yang dikenal dengan istilah “brewing”. Kadar alkohol yang terkandung dalam beer setelah jadi adalah 4 hingga 6%. Beer juga mempunyai banyak varian dan namanya tentu disesuaikan dengan nama negara dimana ia dibuat. Yang masuk kategori beer adalah Hainekken, Carlbergs, Lager, Beer Bintang, Pilsner, dan masih banyak lainnya.
2.   Wine
Wine atau anggur adalah jenis minuman beralkohol lainnya yang kerap dikonsumsi ketika berpesta. Wine sendiri kadang merupakan simbol kemewahan. Berdasarkan penelitian ilmiah, mengkonsumsi wine atau anggur dalam takaran tertentu secara rutin bisa mengurangi resiko penyakit jantung. Wine terbuat dari buah anggur yang dihancurkan kemudian difermentasikan dengan menggunakan bantuan ragi saccharomyces cerevesiae. Proses fermentasi anggur bisa berlangsung selama beberapa minggu hingga berbulan-bulan. Kandungan alkohol dalam wine sekitar 8 hingga 14%. Yang masuk kategori wine adalah Red wine, White wine, Champagne, Carlo-Rossi, dll
3.   Vodka

PAUS FRANSISKUS: KERAMAHAN ADALAH MILIK TRADISI KOMUNITAS DAN KELUARGA KRISTEN


Umat kristen harus ramah dalam hidupnya, demikian kata Paus Fransiskus dalam homili doa ekumenis menutup Pekan Doa untuk Persatuan Umat Kristen yang diikuti para pemimpin kristen dari semua denominasi di Roma, 18 – 25 Januari 2020. Keterbukaan dan kepedulian terhadap sesama, khususnya para migran menjadi poin utama pekan itu. Tema Pekan Doa 2020 yang dipilih oleh sekelompok perwakilan dari gereja-gereja kristen di Malta diambil dari Kisah Para Rasul: “Mereka sangat ramah terhadap kami.”
Kebaktian penutup di Basilika Santo Petrus di luar tembok, yang secara tradisional berlangsung pada pesta pertobatan St. Paulus, 25 Januari, dimeriahkan oleh Paduan Suara Kapel Sistina Vatikan dan Paduan Suara Biarawan Benediktin.
Menurut Paus Fransiskus, seperti yang ditulis St. Lukas dalam bagian terakhir Kisah Para Rasul, Paulus tinggal di Pulau Malta. “Penduduk aslinya menunjukkan keramahan yang luar biasa” dan mengingatkan tindakan-tindakan serta sikap penyambutan terhadap para pengembara yang karam, yang kemudian dibayar oleh Paulus. “Dari Pekan Doa ini kami ingin belajar menjadi lebih ramah, pertama-tama di antara kami umat kristen dan di antara saudara-saudari kami dari berbagai kepercayaan,” papar Paus Fransiskus.
Saat merenungkan pembacaan Kisah Para Rasul 28 itu, Paus Fransiskus mengingat tiga kelompok berbeda di atas kapal yang membawa St. Paulus ke Roma sebagai tahanan, yakni kelompok tentara, pelaut dan sekelompok tahanan yang paling lemah dan rentan. Ketika kapal kandas di lepas pantai Malta, jelas Paus Fransiskus, para prajurit berencana membunuh para tahanan untuk memastikan tidak ada yang melarikan diri, tetapi mereka dihentikan oleh seorang perwira yang ingin menyelamatkan Paulus.