Rabu, 23 April 2014

Jenis Disiplin pada Awal Masa Kanak-Kanak

JENIS DISIPLIN YANG DIGUNAKAN PADA AWAL MASA KANAK-KANAK
Disiplin Otoriter
Ini merupakan bentuk disiplin tradisional dan yang berdasarkan pada ungkapan kuno yang mengatakan bahwa ‘menghemat cambukan berarti memanjakan anak.’ Dalam disiplin yang bersifat otoriter, orang tua dan pengasuh yang lain menetapkan peraturan-peraturan dan memberitahukan anak bahwa ia harus mematuhi peraturan-peraturan tersebut. Tidak ada usaha untuk menjelaskan pada anak, mengapa ia harus patuh dan padanya tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat tentang adil tidaknya peraturan-peraturan atau apakah peraturan-peraturan itu masuk akal atau tidak. Kalau anak tidak mengikuti peraturan, ia akan dihukum yang seringkali kejam dan keras dan yang dianggap sebagai cara untuk mencegah pelanggaran peraturan di masa mendatang. Alasan mengapa pelanggaran peraturan oleh anak tidak pernah dipertimbangkan adalah bahwa ia mengetahui peraturan itu dan sengaja melanggarnya, juga tidak perlu diberikan hadiah karena telah mematuhi peraturan. Hal ini dianggap sebagai kewajibannya dan tiap pemberian hadiah dipandang dapat mendorong anak untuk mengharapkan sogokan agar melakukan sesuatu yang diwajibkan masyarakat.

Disiplin yang lemah
Disiplin yang lemah berkembang sebagai proses terhadap disiplin otoriter yang dialami oleh banyak orang dewasa dalam masa kanak-kanaknya. Filsafat yang mendasari teknik disiplin ini adalah bahwa melalui akibat dari perbuatannya sendiri anak akan belajar bagaimana berperilaku secara sosial. Dengan demikian anak tidak diajarkan peraturan-peraturan, ia tidak dihukum karena sengaja melanggar peraturan, juga tidak ada hadiah bagi anak yang berperilaku sosial baik. Banyak orang dewasa saat ini yang cenderung meninggalkan bentuk disiplin ini karena tidak berhasil memenuhi tiga unsur penting dari disiplin

Disiplin Demokratis
Kecenderungan untuk menyenangi disiplin yang berdasarkan prinsip-prinsip demokratis sekarang meningkat. Prinsip demikian menekankan hak anak untuk mengetahui mengapa peraturan-peraturan dibuat dan memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya sendiri bila ia menganggap bahwa peraturan itu tidak adil. Sekalipun anak masih sangat muda tetapi daripadanya tidak diharapkan perilaku patuh yang buta-butaan. Diusahakan agar anak mengerti apa arti peraturan-peraturan dan mengapa kelompok sosial mengharapkan anak mematuhi peraturan-peraturan itu. Dalam disiplin yang demokratis hukuman “disesuaikan dengan kejahatan” dalam arti diusahakan agar hukuman yang diberikan berhubungan dengan kesalahan perbuatannya, tidak lagi diberikan hukuman badan. Penghargaan terhadap usaha-usaha untuk menyesuaikan dengan harapan sosial yang tercakup dalam peraturan-peraturan diperlihatkan melalui pemberian hadiah terutama dalam bentuk pujian dan pengakuan sosial.

sumber: Elizabeth B. Hurlock, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5). Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 125

Renungan Hari Rabu Oktaf Paskah, Thn A

Renungan Hari Rabu Oktaf Paskah, Thn A/II
Bac I   : Kis 3: 1 – 10; Injil : Luk 24: 13 – 35;

Injil hari ini mengisahkan perjumpaan Yesus yang bangkit dengan dua orang murid dalam perjalanan mereka ke Emaus. Yesus berjalan bersama mereka, namun mereka tidak dapat mengenalnya. Kedukaan dan ketiadaan asa membuat mata indrawi mereka tak bisa melihat Yesus. Baru pada saat perjamuan (ekaristi) mereka dapat mengenal Yesus. Perjamuan atau ekaristi merupakan peristiwa iman. Hal inilah yang membuka mata iman kedua murid sehingga mereka bisa melihat dan mengenal Yesus.

Peristiwa iman itu juga yang terlihat dalam bacaan pertama. Berbeda dengan kedua murid dalam Injil, yang sekalipun Yesus dekat dengan mereka namun mereka tidak melihatnya karena mata iman mereka tertutup, Petrus dan Yohanes menyadari bahwa Yesus bersama mereka sekalipun Yesus tidak terlihat. Mata iman mereka telah terbuka sehingga mereka yakin Yesus ada bersama mereka saat mereka berhadapan dengan seorang penderita lumpuh. Petrus yakin Yesus akan menyembuhkan orang lumpuh itu. Karena itu dia berkata, “Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!” (ay. 6). Dan jadilah demikian.

Hari ini sabda Tuhan mau menyadarkan kita bahwa dengan kebangkitan, Yesus ada bersama kita senantiasa. Akan tetapi, dibutuhkan mata iman agar kita dapat melihat dan mengenalnya, sekalipun mata indrawi kita tak melihat-Nya. Inilah yang dikehedaki Tuhan melalui sabda-Nya, yaitu iman. Kita diajak untuk mengimani Dia yang telah bangkit demi penebusan umat manusia.

by: adrian