Jumat, 31 Juli 2020

KENAPA ISLAM PALING NGOTOT GANYANG PKI. INI PENJELASANNYA


Ketika ada isu PKI (Partai Komunis Indonesia), ormas islam paling getol tampil menentang. Seperti saat demo menentang pembahasan Rancangan Undang-undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP). Persaudaraan Aliansi (PA) 212, sebuah kelompok islam yang dulu menjatuhkan Basuki Tjahaya Purnama (BTP), tampil garang. Sekalipun di tengah bahaya pandemic covid-19, mereka turun ke jalanan tanpa memperhatikan protocol kesehatan. Bahkan anak-anak pun diikut-sertakan. Kelompok ini tekesan mempunyai tujuan luhur, yakni membela Pancasila. Ketua PA 212, Slamet Maarif, mengaku tak khawatir terjangkit virus covid-19 setelah berkerumun dalam demonstrasi menolak RUU HIP. Menurut Slamet, demonstran yang mengatas-namakan Aliansi Nasional Antikomunis itu rela mengorbankan hidupnya demi menyelamatkan Pancasila dan NKRI.
Jika diperhatikan dan dicermati aksi-aksi menentang komunisme dan antek-anteknya seperti PKI, kelihatan ormas-ormas islam ini terkesan mengidap fobia. Wikipedia mengartikan fobia sebagai rasa takut yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Ketakutan itu terkadang irrasional. Misalnya, orang fobia pada hantu, melihat bayangan saja sudah ketakutan, atau melihat di kejauhan daun melambai-lambai mengira hantu, atau mendengar suara kresek-kresek di kamar sebelah di malam gelap sudah ketakutan karena menyangka itu hantu, padahal hantunya sama sekali tidak ada. Secara sederhana, orang yang fobia mengalami ketakutan pada hal-hal yang sebenarnya tidak ada, atau takut pada hal-hal yang mirip, identik, mendekati dengan apa yang ditakuti.
Demikianlah dengan ormas-ormas islam. Ketika melihat ada gambar palu arit, mereka langsung bergejolak dan ketakutan akan bahaya kebangkitan komunisme atau PKI. Bahkan ketika ada seminar yang membahas komunisme pun langsung dituding dengan kebangkitan PKI. Hal seperti inilah yang terjadi saat demo menentang RUU HIP. Juru bicara PA 212, Novel Bamukmin, dalam acara diskusi di Kompas TV mengungkapkan kecurigaan kelompoknya akan tumbuhnya benih-benih komunisme yang tertuang dalam RUU HIP. Padahal bila membaca teks-teks RUU tersebut, sama sekali tidak ada indikasi ke sana. Pakar Komunikasi Univesitas Indonesia, Ade Armando, dalam acara yang sama menegaskan hal tersebut. Bagi Ade, pasal-pasal yang ada di RUU lebih pada pro rakyat, tidak ada unsur kebangkitan komunisme sebagaimana dicurigai kelompok PA 212.