Senin, 31 Agustus 2015

Menghidupkan Gairah Hidup yang Redup

Hidup adalah karunia yang perlu disyukuri, dijaga dan dikembangkan. Di dalam hidup ada pengalaman suka maupun duku, ada kisah-kisah sedih maupun senang; membuat kita bisa menangis maupun tertawa. Hidup membawa cerita yang mencipta alurnya dan kita pun ada di dalamnya.
Supaya hidup memiliki arti dan tidak sia-sia, sudah sewajarnya kita menjaga gairah hati dan pikiran. Dengan demikian, kita bisa menikmati hidup yang dianugerahkan kepada kita dengan riang, penuh syukur dan hanya sedikit keluhan. Ketika gairah hidup meredup pun, segera lakukan tindakan agar kita tidak “mati gaya”. Bagaimana menyalakan gairah hidup yang hampir padam itu?
1.    Nyalakan Optimisme
Gairah hidup yang meredup, nyalakan kembali dengan optimism yang masih tersimpan di dalam hati. Mungkin saja Anda sedang lupa bahwa di dalam dasar hati yang paling dalam ada harapan yang masih terpendam, dan belum Anda ungkapkan. Dengan memahami bahwa masih ada harapan yang tersimpan dan harus diwujudkan maka gairah hidup perlahan muncul kembali.
Tanpa optimisme, tanpa ada harapan yang harus direalisasikan, hidup tidak akan bisa berkembang. Gairah hidup tidak akan mudah muncul karena tidak ada pendoronga untuk menjalani hari demi hari dengan baik. Tidak ada yang “mencambuk” sang diri untuk bergerak karena tanpa harapan, tanpa optimisme, tidak ada arah yang dituju ke masa depan yang lebih baik. Jadi, nyalakan optimisme dalam diri Anda dan bergairahlah kembali dalam mensyukuri hidup.
2.    Nyalakan Kembali Energi Diri yang Padam
Hidup dan kesuksesan membutuhkan energi untuk meraih dan menikmatinya. Energi di dalam hati dan pikiran yang padam tidak akan bisa membuat Anda sukses dan menikmati kebahagiaan dengan sempurna. Gairah hidup pun meredum ketika energi Anda hilang. Tidak ada hal yang bisa Anda perbuat dan tidak ada tindakan yang bermakna ketika Anda tidak berenergi.
Jangan tunda lagi, sadari bahwa energi Anda sedang padam ketika Anda merasa tidak bergairah dalam menjalani aktivitas. Mungkin saja Anda sedang lelah, butuh istirahat yang cukup. Mungkin saja Anda perlu refreshing karena pikiran terlalu suntuk dan menutup energi terbaik untuk berkarya. Mungkin juga banyak persoalan yang menguras energi hati dan pikiran sehingga gairah hidup pun redup. Hanya Anda yang tahu penyebab energi padam maka nyalakanlah kembali sesuai situasi dan kondisi Anda.
3.    Nyalakan Api Persahabatan
Sukses akan lebih bermakna jika diawali dengan persahabatan. Demikian pun, dengan hidup yang Anda jalani, suka maupun duka, tetaplah indah dalam bingkai persahabatan. Jika gairah hidup meredup, mungkin juga karena api persahabatan sedang padam. Anda perlu lebih cerdas lagi menyalakannya dan bawalah kembali maknanya untuk mendorong Anda menikmati hidup dengan lebih baik. Tanpa nyala api persahabatan yang menghangatkan dan memotivasi untuk bersyukur, gairah hidup mudah redup.
Setiap hal yang dilandasi dengan persahabatan akan memberikan warna lain dalam karya-karya Anda; memberikan makna yang lebih dalam di saat Anda sedang merancang kesuksesan dan mengusahakannya dengan lebih cerdas. Tidak ada persahabatan, tidak akan ada gairah hidup; dan Anda perlu menyadarinya. Jika saat ini, Anda tidak punya sahabat yang bisa memberikan pencerahan dalam hidup Anda, semoga di lain waktu Anda akan menemukan sahabat yang memahami kelebihan dan kekurangan diri Anda.
GAIRAH HIDUP akan mengantar Anda kepada kesuksesan, dalam bentuk apa pun, sesuai minat dan bidang yang Anda geluti. Ketika Anda menyadari ada tanda-tanda mulai meredup, segera nyalakan kembali. Jangan biarkan langka Anda terhenti karena tidak ada cahaya optimisme dalam diri hingga Anda terjatuh. Jangan sampai terjadi.
Baca juga tulisan lainnya:

Renungan Hari Senin Biasa XXII - Thn I

Renungan Hari Senin  Biasa XXII, Thn B/I
Bac I  1Tes4: 13 – 17a; Injil               Luk 4: 16 – 30;
Inti sabda Tuhan hari ini ada pada ayat 21 Injil hari ini, yaitu “Pada hari ini genaplah nas ini.” Sabda Tuhan hari ini mau menyatakan bahwa apa yang disampaikan Tuhan lewat bacaan-bacaan liturgi hari ini adalah benar adanya. Pusat kebenaran itu ada pada Tuhan Yesus. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika, yang menjadi bacaan pertama hari ini, Paulus mengungkapkan satu kebenaran bahwa Tuhan Yesus menjadi jaminan bagi kehidupan kekal setelah kematian umat manusia. “Mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.” (ay. 14).
Kebenaran yang berpusat pada Tuhan Yesus juga diungkapkan dalam Injil hari ini. Dikisahkan bahwa Tuhan Yesus, yang berada di rumah ibadat di Nazaret, membacakan Kitab Nabi Yesaya. Apa yang dibacakan merupakan ungkapan misi-Nya, yaitu “menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin,” (ay. 18), “pembebasan kepada orang-orang tawanan dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang tertindas...” (ay. 19). Dan Tuhan Yesus menegaskan bahwa pernyataan Nabi Yesaya terpenuhi dalam diri-Nya. “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.”
Lewat sabda-Nya hari ini, Tuhan menyadarkan kita akan kebenaran tentang Tuhan Yesus. Penyadaran ini semata-mata bukan untuk tahu, melainkan juga supaya kita semakin mencintai-Nya. Karena dengan cinta itu, kita tidak akan mudah terpengaruh oleh begitu banyak hujatan dan pemutarbalikan kebenaran tentang Tuhan Yesus. Ada begitu banyak cara orang untuk memisahkan kita dengan Tuhan Yesus. Mereka seperti orang Nazaret yang berusaha menyingkirkan Dia dari orang-orang yang percaya kepada-Nya.***
by: adrian