Kamis, 25 September 2014

Upacara Pernikahan di Paroki Nanga Taman, Sekadau, Kalbar

 Persiapan upacara






Mempelai perempuan menunggu di depan gereja
 
 Tarian penyambutan kedua mempelai

Orang Kudus 25 September: St. Sergius Radonezh

SANTO SERGIUS RADONEZH, ABBAS
Sergius atau Sergij lahir di Rostov, Rusia, pada tahun 1315 dari sebuah keluarga petani sederhana. Di kalangan rakyat Rusia, Sergij dikenal luas karena kesucian hidupnya. Ia hidup bertapa di sebuah hutan rimba di luar kota Moskwa. Banyak orang datang kepadanya untuk menjadi muridnya. Karena banyak muridnya, ia akhirnya memutuskan untuk mendirikan sebuah biasa pertamaan dekat kota Zagorsk. Biara itu dinamakannya Biara Tritunggal Mahakudus; sampai kini biara itu tetap menarik perhatian banyak peziarah, walaupun mereka diolok-olok oleh kaum komunis Soviet.

Seperti St. Bernardus di Eropa Barat, demikian juga Sergij sering diminta nasehat dan pendapatnya oleh para pembesar Gereja dan Negara. Karena kesalehan hidup dan kejujurannya, Sergij beberapa kali ditawari jabatan uskup atau Patriark Moskwa, namun ia selalu menolak tawaran itu karena lebih suka hidup menyendiri bersama rekan-rekannya di hutan rimba. Demikian juga seperti St. Fransiskus Asisi, Sergij juga dikenal sebagai pencinta lingkungan hidup. Dalam hidupnya Sergij menaruh devosi yang besar kepada Santa Perawan Maria setelah ia mengalami peristiwa penampakan Maria. Ia meninggal dunia pada tahun 1392 di tengah saudara-saudaranya sebiara dalam usia 83 tahun


Baca juga riwayat orang kudus 25 September
St. Nikolaus dari Flue

Renungan Hari Kamis Biasa XXV - Thn II

Renungan Hari Kamis Biasa XXV, Thn A/II
Bac I    Pkh 1: 2 – 11; Injil                Luk 9: 7 – 9;

Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Pengkhotbah. Di dalam kitabnya, penulis memberikan nasehat-nasehat bagi para pembaca. Salah satu nasehatnya yang menarik adalah bahwa tidak ada sesuatu yang baru di bawah matahari atau di muka bumi ini (ay. 9). Akan tetapi perlu disadari, sekalipun yang ada itu merupakan sesuatu yang lama, namun penulis menyatakan bahwa telinga tak puas mendengar dan mata tidak kenyang melihat. Artinya, manusia tetap saja menikmati sekalipun bukan merupakan sesuatu yang baru; manusia selalu saja mencari meskipun yang dicari itu merupakan sesuatu yang lama tapi terkesan baru.

Apa yang dilukiskan penulis Kitab Pengkhotbah ini terlihat dalam diri Raja Herodes. Dalam Injil dikisahkan bahwa Herodes merasa tertarik dengan Tuhan Yesus. Apa yang dilakukan Tuhan Yesus, tak jauh berbeda dengan Yohanes Pembaptis, bahkan ada yang mengatakan seperti Elia. Artinya, tindakan dan pengajaran Tuhan Yesus tak jauh berbeda dengan apa yang pernah disuarakan para nabi, Elia bahkan Yohanes Pembaptis yang telah dibunuh Herodes. Sekalipun Yohanes sudah dibunuhnya, namun karena ketertarikannya pada sabda dan perbuatan Yesus, yang bagi Herodes tak jauh berbeda dengan Yohanes, membuat Herodes berusaha untuk dapat bertemu dengan Yesus.

Ajaran dan teladan Tuhan Yesus tentulah sudah terlalu sering kita dengar, dari satu imam ke imam yang lain, dari satu pengajar ke pengajar yang lain. Apa yang disampaikan bukanlah merupakan sesuatu yang baru. Namun, sejauh mana kita merasa tertarik pada ajaran dan teladan Yesus itu? Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa ajaran Tuhan Yesus dari dulu hingga kini tidak mengalami perubahan. Sekalipun tidak mengalami perubahan, Tuhan menghendaki kita untuk senantiasa menumbuhkan rasa tertarik padanya. Kita diajak untuk seperti Herodes yang berupaya untuk dapat bertemu dengan Yesus. Sekalipun kita sudah tahu tentang Dia, kita tetap berusaha untuk selalu bertemu dengan Yesus.

by: adrian