Minggu, 09 Maret 2014

(Refleksi) Yesus Digoda Iblis

YESUS DIGODA IBLIS [1])
Setelah menyepi dan bermeditasi selama empat puluh hari empat pulah malam, maka Yesus dibawa oleh Roh untuk dicobai iblis. Oleh iblis Yesus diajak menuju remang-remang kota metropolitan. Yesus menyaksikan banyak VCD porno bebas dijual dan bertebaran di kios-kios PKL. Namun Yesus tidak bergeming. Iblis mengajak-Nya ke tempat hiburan. Mereka langsung disambut mesra oleh tiga cewek seksi dengan pakaian yang menggiurkan. Berkatalah iblis kepada-Nya, “Bukankah Engkau sudah lama menyepi di tempat yang sepi, jauh dari hiburan. Sekaranglah saatnya untuk menikmati hiburan ini. Itu ada cewek cantik. Ambil dan nikmatilah. Sebab ada tertulis: baiklah setiap laki-laki memiliki wanitanya sendiri dan setiap perempuan mempunyai prianya sendiri, dan keduanya telanjang, tapi tidak merasa malu”[2] Tetapi Yesus menjawab, “Manusia harus menjadi tuan atas nafsu, bukan menjadi budak nafsu. Allah yang kudus telah memanggilmu. Maka, hendaknya kamu menjadi kudus. Sebab ada tertulis: hendaknya kamu kudus, sebab Aku ini kudus”[3] Dan Yesus berkata lagi, “Tidak tahukah kamu kalau tubuh bukan untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh. Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuh adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu?[4]

Kemudian iblis membawa-Nya ke mall, pusat perbelanjaan paling lengkap dan termegah di muka bumi. Di sana ada banyak barang-barang super lux dan mewah yang sungguh menarik dan menggoda untuk dimiliki. Iblis berkata, “Bukankah Engkau Tuhan dan Raja. Ambillah dan milikilah barang-barang mewah dan menarik itu tanpa kesulitan. Sebab tentang Engkau ada tertulis: lihat, Rajamu datang kepadamu. Maka orang banyak akan menghamparkan pakaiannya di jalan dan memberi-Mu barang-barang yang Kau sukai sebagai upeti.”[5] Yesus berkata kepadanya, “Ada pula tertulis: penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ciptaan.[6] Manusia dicipta bukan untuk dikuasai, melainkan untuk menguasai ciptaan.”

Dan iblis membawa-Nya pula ke Bank Dunia, dan memperlihatkan kepada-Nya semua jenis mata uang di muka bumi. Ia berkata kepada Yesus, “Saat ini uang adalah maha dewa. Siapa yang memegang uang, dialah yang punya kuasa, mengendalikan semua aspek kehidupan manusia. Nah, semua ini akan kuberikan kepada-Mu jika Engkau sujud menyembah aku.” Maka berkatalah Yesus kepadanya, “Enyahlah, iblis! Sebab ada tertulis: engkau harus menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”[7]

Lalu iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, para malaikat datang melayani Yesus.


[1] Teks ini adalah modifikasi teks Mat 4: 1 – 11 dgn penyesuaian situasi masa kini oleh Adrianus
[2] Bagian miring adalah modifikasi dari penggabungan 1 Kor 7: 2 dan Kej 2: 25
[3] Bagian miring lihat 1 Ptr 1: 15 – 16
[4] Kutipan miring diambil dari 1 Kor 6: 13b, 19
[5] Kutipan miring ini merupakan modifikasi dari teks Mat 21: 5, 8
[6] Lihat Kej 1: 28c
[7] Lihat Mat 4: 10

Orang Kudus 9 Maret: St. Fransiska Romana

SANTA FRANSISKA ROMANA, JANDA
Fransiska lahir di Roma pada tahun 1384. Orang tuanya Paulus dan Yakobella Buso, mendidiknya dengan sangat baik dalam iman kristiani dan perhatian kepada orang-orang yang berada di lingkungan sekitar. Dengan begitu, Fransiska bertumbuh dewasa menjadi orang yang beriman dan penyayang orang-orang kecil. Cita-citanya adalah menjadi seorang biarawati. Tetapi karena suatu pertimbangan khusus, kedua orang tuanya menikahkan dia dengan seorang pemuda bangsawan bernama Lorenzo de Ponziani. Dari perkawinan ini, Fransiska dianugerahi beberapa orang anak. Hidup perkawinan mereka yang berlangsung selama 40 tahun lamanya diwarnai dengan saling pengertian dan cinta kasih yang mendalam. Prinsip hidup yang dipegangnya dengan teguh dalam menjalankan tugas sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga ialah: "Seorang istri dan ibu rumah tangga haruslah meninggalkan Allah di gereja dan mencari-Nya di dalam urusan-urusan rumah tangga dan dalam pengalaman hidup sehari-hari."

Hubungannya yang erat dengan Tuhan melalui doa-doanya menumbuhkan dalam dirinya suatu kepekaan dan keprihatinan besar pada kondisi hidup orang-orang miskin dan sakit. Karena itu, sambil menjalankan tugas sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga, ia bersama adik iparnya Vannoza senantiasa menyempatkan diri membantu dan mengunjungi orang-orang yang malang itu. Banyak hartanya diberikan kepada orang-orang itu. Selama masa kelaparan dan wabah penyakit pes merajalela di Roma pada tahun 1413, ia menyumbangkan harta kekayaannya kepada orang-orang miskin. Ia merombak sebagian rumahnya menjadi suatu rumah sakit untuk menampung orang-orang sakit yang terserang wabah pes. Untuk meringankan bebannya ia juga banyak meminta bantuan pada tetangga-tetangganya. Tetapi permintaan bantuan itu selalu ditanggapi dengan cara-cara yang menyakitkan hati.

Ketika terjadi perang di kota Roma, Lorenzo, suaminya, ditangkap dan diasingkan, tanah dan hartanya dijarah, dan anaknya yang sulung dibawa sebagai sandera. Peristiwa ini sungguh merupakan suatu pengalaman pahit bagi Fransiska. Ia menanggapi semuanya ini dengan tabah dan pasrah pada Tuhan, sambil tetap tinggal di rumahnya yang telah porak poranda itu. Sewaktu keadaan ini telah pulih kembali dan Lorenzo dan anaknya kembali ke rumah, Fransiska bersama beberapa rekannya mendirikan sebuah komunitas religius, semacam “kongregasi” untuk meningkatkan karya-karya amalnya. Komunitas religius ini berafiliasi pada Ordo Benediktin dan dibaktikan pada hidup doa dan karya-karya amal. Tentang kehidupan doa, Fransiska dikenal sebagai seorang pendoa, seorang mistika pada abad ke-15, dan model bagi ibu-ibu rumah tangga di Roma. Ia biasanya berdoa hingga jauh malam dan mengalami banyak penglihatan ajaib serta mendapat banyak rahmat istimewa.
 
Setelah Lorenzo meninggal dunia dan anak-anaknya meningkat dewasa. Fransiska masuk biara yang telah didirikannya. Ia diangkat menjadi pemimpin biara hingga hari kematiannya pada tanggal 9 Maret 1440. Dengan memperhatikan seluruh cara hidupnya dan berbagai penglihatan yang dialaminya, Gereja menyatakannya sebagai Kudus pada tahun 1608.

Renungan Hari Minggu Prapaskah I - A

Renungan Hari Minggu Prapaskah I, Thn A/I
Bac I : Kej 2: 7 – 9, 3: 1 – 7; Bac II  :        Rom 5: 12 – 19;
Injil       : Mat 4: 1 – 11

Bacaan pertama hari ini berbicara tentang kejatuhan manusia pertama ke dalam dosa. Mereka tidak kuat menghadapi godaan setan untuk melawan Allah. Dari sini kita bisa mengetahui bahwa sifat godaan itu adalah enak, nikmat, menarik dan terkesan baik. Karena hal inilah, Adam – Hawa akhirnya tergoda dan jatuh ke dalam dosa.

Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Roma, merefleksikan peristiwa kejatuhan Adam dan penyelamatan Yesus. Dalam bacaan kedua, Paulus melihat bahwa dosa Adam berdampak pada generasi manusia berikutnya. Karena perbuatan Adam, manusia jatuh ke dalam dosa. Perbuatan yang dimaksud Paulus di sini adalah ketidaktaatan. Akan tetapi, Paulus melihat juga bahwa manusia diselamatkan oleh kesetiaan dan ketaatan Yesus Kristus. Ini terjadi pada peristiwa salib.

Injil hari ini menyatukan apa yang disinggung dalam kedua bacaan, yaitu soal godaan (bacaan pertama) dan soal ketaatan (bacaan kedua). Kesatuan itu ada pada diri Yesus. Matius menceritakan bahwa Yesus juga menghadapi godaan dari setan (iblis). Setan menawarkan tiga godaan: popularitas, kenikmatan duniawi dan kekuasaan. Godaan-godaan itu menarik, enak, nikmat dan terkesan baik. Akan tetapi, Yesus menunjukkan ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa. Ketaatan Yesus mendatangkan kebahagiaan, yang terlihat dari ungkapan “malaikat-malaikat datang melayani Yesus.” (ay. 11).

Masa prapaskah adalah masa tobat. Kita diminta untuk mewujudkan tobat kita dengan puasa. Dalam menjalani ibadah puasa ini, tentulah kita akan mengalami godaan. Dan godaan itu selalu menarik. Namun kita disadarkan bahwa dengan puasa kita diajak untuk menyangkal diri. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk meneladani Yesus Kristus. Tuhan menghendaki supaya kita lebih mengutamakan kehendak Allah daripada keinginan pribadi. Di sini kita sudah menunjukkan ketaatan kita. Sabda Tuhan mengingatkan kita bahwa ketaatan itu akan membuahkan keselamatan.

by: adrian