Sabtu, 17 Juni 2017

SILENCE: SUSAHNYA MENJADI PENGIKUT KRISTUS

Butuh waktu 28 tahun bagi sutradara kawakan Martin Scorsese untuk mengarap kembali film Silence. Salah satu alasannya adalah tema film ini, yaitu menyangkut soal iman. Film yang diangkat dari novel karya penulis Jepang, Shusaku Endo, sebenarnya pernah diangkat ke layar lebar oleh Masahiro Shinoda pada tahun 1971.
Silence berkisah tentang dua orang misionaris katolik (dari Serikat Yesus), Sebastiao Rodrigues dan Francisco Garupe, yang berusaha mencari senior mereka, Cristovao Ferreira, yang sedang menjalani misi di negeri Sakura. Oleh petinggi kongregasi, Ferreira sudah dianggap “meninggal”. Hal ini disebabkan pada waktu itu (sekitar abad XVII) telah terjadi penganiayaan terhadap orang-orang yang mengimani Yesus Kristus. Para misionaris luar pun dilarang masuk. Masa ini dikenal dengan masa Kakure Kirishitan (Hidden Christian).
Ada dua makna dari kata “meninggal” yang dikenakan kepada Ferreira, yaitu mati secara biologis dan mati secara rohani (murtad). Baik Rodrigues maupun Garupe tidak sependapat dengan keputusan petinggi kongregasi. Alasannya, hingga kini tidak ada kabar tentang Ferreira dan jasadnya tidak ditemukan. Selain itu, keduanya tidak yakin apabila Ferreira dikatakan murtad. Ferreira adalah mentor bagi kedua Rodrigues dan Garupe. Keduanya sangat mengidolakannya. Perkenalan dengan Ferreira membuat mereka yakin bahwa Ferreira masih hidup dan kini bersembunyi.
Dengan keyakinan itu, keduanya menghadap pimpinan untuk diizinkan pergi ke Jepang. Selain tetap menjalani misi, mereka juga akan berusaha mencari keberadaan Ferreira. Seandainya pun Ferreira benar-benar sudah meninggal, mereka akan membawa jasadnya. Kepada keduanya sudah diingatkan bahwa situasi di Jepang saat itu sangatlah menakutkan. Kongregasi sudah menutup karya misi di sana. Namun kegigihan keduanya membuat mereka tetap kokoh pada pilihannya. Mereka siap menerima segala resiko.
Karena ketegaran hati keduanya, pimpinan akhirnya merestui niat mereka. Namun pimpinan langsung menegaskan bahwa sebenarnya kedua misionaris itu pergi kepada kematiannya sendiri.
Di Jepang mereka bertemu dengan sekelompok hidden Christian. Kehadiran mereka menimbulkan sukacita besar di hati umat. Kerinduan akan sabda Tuhan dan ekaristi terobati. Beberapa kali mereka merayakan ekaristi. Dengan berbagai cara, karena keterbatasan bahasa, Rodrigues dan Garupe senantiasa meneguhkan mereka. Akan tetapi, kehadiran mereka diketahui oleh kelompok Inoue (Issei Ogata), sehingga kelompok ini mendatangi desa tempat misionaris itu berada. Namun, keduanya sudah terlebih dahulu disembunyikan.