Kamis, 06 Juni 2013

Konsep Diri Positif dan Negatif

KONSEP DIRI POSITIF & NEGATIF

Konsep diri merupakan faktor penting di dalam berinteraksi. Hal ini disebabkan oleh setiap individu dalam bertingkah laku sedapat mungkin disesuaikan dengan konsep diri. Kemampuan manusia bila dibandingkan dengan mahluk lain adalah lebih mampu menyadari siapa dirinya, mengobservasi diri dalam setiap tindakan serta mampu mengevaluasi setiap tindakan sehingga mengerti dan memahami tingkah laku yang dapat diterima oleh lingkungan.

Dengan demikian manusia memiliki kecenderungan untuk menetapkan nilai-nilai pada saat mempersepsi sesuatu. Setiap individu dapat saja menyadari keadaannya atau identitas yang dimilikinya akan tetapi yang lebih penting adalah menyadari seberapa baik atau buruk keadaan yang dimiliki serta bagaimana harus bersikap terhadap keadaan tersebut. Tingkah laku individu sangat bergantung pada kualitas konsep dirinya yaitu konsep diri positif atau konsep diri negatif.

Menurut Brooks dan Emmart (1976), orang yang memiliki konsep diri positif menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
  • Merasa mampu mengatasi masalah. Pemahaman diri terhadap kemampuan subyektif untuk mengatasi persoalan-persoalan obyektif yang dihadapi.
  • Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia dilahirkan tidak dengan membawa pengetahuan dan kekayaan. Pengetahuan dan kekayaan didapatkan dari proses belajar dan bekerja sepanjang hidup. Pemahaman tersebut menyebabkan individu tidak merasa lebih atau kurang terhadap orang lain.
  • Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian, atau penghargaan layak diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa yang telah dikerjakan sebelumnya.
  • Merasa mampu memperbaiki diri. Kemampuan untuk melakukan proses refleksi diri untuk memperbaiki perilaku yang dianggap kurang.
Sedangkan orang yang memiliki konsep diri yang negatif menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
  • Peka terhadap kritik. Kurangnya kemampuan untuk menerima kritik dari orang lain sebagai proses refleksi diri.
  • Bersikap responsif terhadap pujian. Bersikap yang berlebihan terhadap tindakan yang telah dilakukan, sehingga merasa segala tindakannya perlu mendapat penghargaan.
  • Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Perasaan subyektif bahwa setiap orang lain disekitarnya memandang dirinya dengan negatif.
  • Mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan kritik negatif secara berlebihan terhadap orang lain.
  • Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya. Merasa kurang mampu dalam berinteraksi dengan orang-orang lain.
sumber ; Brooks, W.D., Emmert, P. Interpersonal Community. Iowa. Brow Company Publisher. 1976

Orang Kudus 6 Juni: St. Filipus

Santo filipus, diakon & penginjil

Filipus adalah salah seorang dari ketujuh diakon yang diangkat para Rasul untuk melayani umat Kristen perdana. Ia berkarya sebagai diakon di Yerusalem (Kis 6: 5 – 6), kemudian mewartakan Injil di Samaria (Kis 8: 5 – 13), di daerah Gaza (Kis 8: 26 – 39) dan di Asdod. Oleh karena itu ia disebut “Filipus Pemberita Injil”. Akhirnya ia tinggal menetap di Kaisarea. Di situ ia menerima Paulus (Kis 21: 8). Filipus ini sering dicampuradukkan dengan ‘Filipus Murid Yesus’ yang berasal dari Betsaida (Mrk 3: 18; Kis 1: 13).


sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Kamis Biasa IX-C

Renungan Hari Kamis Biasa IX, Thn C/I
Bac I   : Tb 6: 10 – 11, 7: 1, 9 – 17, 8: 4 – 9; Injil       : Mrk 12: 28 – 34

Sabda Tuhan hari ini mau berbicara tentang kasih. Bacaan pertama mengangkat tema kasih dalam konteks relasi suami-isteri-Allah. Hubungan suami isteri tidak semata-mata dilihat sebagai penyaluran nafsu birahi, melainkan ungkapan kasih. Dan karena ia merupakan perwujudan kasih, Allah dilibatkan lewat doa. Itulah yang dilakukan Sara dan Tobia. Karena kasih dan perlibatan Allah inilah maka Tobia luput dari kutukan kematian.

Tema kasih dalam Injil menyangkut relasi antar manusia dan dengan Allah. Yesus menekankan bahwa kasih kepada Tuhan dan kepada sesama merupakan hukum terutama. “Tidak ada hukum lain yang lebih utama daripada kedua hukum ini.” (Mrk 12: 31).

Tema kasih mungkin sudah terlalu sering kita dengar. Namun pertanyaannya adalah sejauh mana kita sudah menghayatinya? Karena itu, pesan Tuhan dalam sabda-Nya hari ini adalah agar kita dapat dan mau berlaku kasih, baik kepada Tuhan maupun kepada sesama. Tuhan tidak akan pernah bosan mengingatkan kita untuk senantiasa mewujudkan kehendak-Nya dalam hal kasih.

by: adrian