Rabu, 15 Juli 2020

DEVOSI KEPADA SANTO YUDAS TADEUS

Hidup selalu dipenuhi dengan masalah. Ada yang kecil ada pula yang besar. Datangnya pun tidak pernah diduga. Terkadang menghadapi permasalahan dalam hidup, kita sering kehilangan akal dan bahkan iman. Tak jarang, ketika masalah tak selesai, kita menyalahkan Tuhan; mengatakan bahwa Dia tidak peduli kepada kita.
Tuhan tak pernah meninggalkan kita, bahkan di saat kita menghadapi masalah. Tuhan juga menyediakan untuk kita “asisten” yang siap membantu kita, “bagaikan awan yang mengelilingi kita” (Ibr 12: 1). Salah satunya adalah Santo Yudas Tadeus. Berhadapan dengan masalah, tak salah jika kita datang memohon bantuan pada St. Yudas Tadeus. Berikut ini adalah langkah-langkah doanya.

PAUS FRANSISKUS: MENERIMA SABDA TUHAN BERARTI MENERIMA KRISTUS


Dalam Angelus hari Minggu, 12 Juli lalu, dari jendela studionya di atas Lapangan Santo Petrus, Paus Fransiskus menarik inspirasi dari Injil hari itu (Mat 13: 1 – 23) saat Yesus menceritakan perumpamaan tentang sang penabur kepada orang banyak. Perumpamaan tersebut disebut sebagai ibu dari semua perumpamaan, karena perumpamaan itu berbicara tentang mendengarkan Sabda. Perumpamaan tersebut menceritakan kisah seorang penabur yang melemparkan benih ke empat jenis tanah yang berbeda.
Paus Fransiskus menjelaskan sabda Tuhan yang dilambangkan dengan benih, bukanlah sabda yang abstrak, tetapi adalah Kristus sendiri, sabda Allah yang menjadi daging di dalam rahim Bunda Maria. Karena itu, menerima sabda Tuhan sama artinya dengan menerima pribadi Kristus. Ada banyak cara untuk menerima sabda Tuhan. “Kita mungkin melakukannya seperti di pinggir jalan, dimana burung segera datang dan memakannya sampai habis,” jelas Paus Fransiskus. Ini merupakan penyimpangan dan bahaya besar zaman kita, ingat Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus melanjutkan, “dikelilingi banyak obrolan ringan, banyak ideologi, kebingungan terus menerus di dalam dan di luar rumah, kita bisa kehilangan semangat untuk diam, untuk merenung, untuk berdialog dengan Tuhan sehingga kita beresiko kehilangan iman kita.”
Cara lain untuk menerima sabda Tuhan, tegas Paus Fransiskus, adalah “di tanah yang berbatu, yang tidak banyak tanahnya.” Di sana benih-benih segera tumbuh, namun segera layu karena akar-karnya tidak bisa masuk sampai ke kedalaman.” Itulah gambaran antusiasme sesaat, meskipun itu masih dangkal; tidak menerima sabda Tuhan. “Dengan cara ini, pada kesulitan, ketidak-nyamanan atau gangguan kehidupan pertama, iman yang masih lemah itu larut, seperti benih layu sehingga jatuh di antara batu-batu.”