Minggu, 04 November 2012

Renungan Hari Minggu Biasa XXXI-B

Renungan Hari Minggu Pekan Biasa XXXI B/II
Bac I : Ul 6: 2 – 6; Bac II         : Ibr 7: 23 – 28
Injil  : Mrk 15: 28b – 34

Sabda Tuhan hari ini berbicara tentang cinta kasih sebagai hukum terutama. Cinta kasih merupakan esensi dari kehidupan kristiani, murid Kristus. Jika kita melakukan cinta kasih, kita adalah benar-banar murid Kristus.

Dalam Injil Yesus mengutip kembali apa yang pernah dikatakan Musa kepada umat Israel pada jaman Perjanjian Lama. Musa menyampaikan perintah dari Yahwe, Allah Israel. Ada dua hukum yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, ibarat dua sisi dari satu koin yang sama. Dua hukum itu adalah kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. 

Hubungan kedua hukum ini bisa saling melengkapi, bisa juga saling mengandaikan. Kita dapat mengatakan bahwa kita mengasihi Allah jika kita mengasihi sesama manusia. Kasih kita kepada Allah tak akan lengkap jika tanpa kasih kepada sesama, demikian juga sebaliknya. Hormat kita kepada Allah akan menjadi percuma jika kita tidak menghormati sesama. Jadi, kasih kepada Allah harus dilengkapi dengan kasih pada sesama.

Jika kita melaksanakan kasih kepada sesama, itu sudah mengandaikan bahwa kita sudah mengasihi Allah. Karena wajah Allah ada dalam diri sesama kita manusia. Jadi, bila kita mengasihi orang lain, bila kita menghormati sesama kita, tanpa pandang suku, ras, agama dan golongan juga status, kita sudah mengasihi dan menghormati Allah.
 
Inilah yang dikehendaki Allah kepada kita lewat sabda-Nya hari ini. Karena itu, marilah kita saling mengasih satu sama lain. Kasih merupakan wujud ilahi. Rasul Yohanes berkata, "Allah itu adalah kasih." Jika kita berbuat kasih, kita sudah menunjukkan diri kita sebagai citra Allah.

by: adrian


Orang Kudus 4 November: St. Carolus Borromeus


Santo Carolus Borromeus, uskup & pengaku iman
St. Carolus Borromeus adalah seorang muda yang kaya. Ia lahir pada 2 Oktober 1538. Ayahnya bernama Gilbert Borromeus dan ibunya Margaret de Medici.  Dia berasal dari keluarga bangsawan. Pamannya adalah Paus Pius IV.

Sejak kecil Carolus muda sudah bercita-cita menjadi seorang pastor yang baik. Pada masanya komunitas Protestan baru saja lahir. Komunitas ini tidak percaya pada Sakramen Ekaristi dan sakramen lainnya. Carolus sedih karena hal tersebut.

Pada masa itu, di samping karena kehancuran akibat perang dan berbagai penyakit menular, Italia sangat membutuhkan pastor-pastor yang biak, yang hidup menurut cara hidup orang pilihan Kristus. Italia juga sangat membutuhkan orang-orang Katolik yang baik, yang hidup menurut cara hidup Injili. Carolus melihat kebutuhan tersebut. Dia juga berusaha mewujudkannya.

Maka untuk menjawab kebutuhan tersebut, Carolus menjadi seorang pastor. Setelah menjadi pastor, ia sekolah jurusan hukum. Ia memperoleh gelar Doctor untuk Hukum Sipil dan Hukum Gereja pada tahun 1559. Sebagai Pastor muda, ia sudah dipercayakan banyak tugas penting oleh Tahta Suci.

Pada usia 22 tahun ia diangkat oleh Paus Pius menjadi Kardinal untuk Milan. Pada masa itu juga ia bertugas sebagai diplomat khusus untuk Kepausan. Ia secara khusus ditugaskan sebagai diplomat untuk “menangani” Konsili Trente.

Sebagai seorang Uskup dan Kardinal, dengan segala semangat muda yang ada padanya, Carolus bekerja keras untuk kepentingan orang miskin dan sakit. Dia mengunjungi orang-orang sakit ke rumah-rumah mereka dan ia juga meluangkan waktu untuk merawat orang-orang tersebut. Dia juga tidak merasa segan untuk duduk dipinggir jalan dan berbicara kepada orang-orang jalanan perihal cara hidup yang baik menurut ajaran agama Katolik. Dia memberi mereka pelajaran-pelajaran di jalan-jalan. Dia berdoa bersama mereka.

Carolus begitu mencintai Gereja Katolik sebagai tanda cintanya yang luar biasa akan Kristus. Dia dipakai oleh Allah untuk membawa orang-orang yang sempat “tersesat” kembali kepangkuan bunda Gereja.

Carolus juga sangat aktif mendirikan seminari-seminari yang berkualitas untuk pendidikan calon pastor. Ia sadar bahwa seminari berperan penting untuk “pastor masa depan”. Di samping itu ia juga mendirikan banyak sekolah untuk anak-anak miskin dan juga untuk siapa saja yang berminat mendapat pendidikan bermutu.

Pada suatu waktu, penyakit menular berjangkit di Milan, kota keuskupannya. Carolus melibatkan diri merawat orang-orang yang sudah terjangkit dan membawa mereka untuk dirawat di rumah uskup.Sebagian pasien bahkan dirawat di kamar pribadinya. Ia begitu menaruh perhatian kepad pasien sehingga pada akhirnya ia sendiri juga terjangkiti oleh penyakit menular tesebut. Ia wafat karena penyakit menular yang berusaha dia sembuhkan. Carolus adalah martir cinta kasih. Ia wafat karena cinta kepada Kritus yang tampak dalam diri kaum menderita.

St. Carolus adalah Santo Pelindung untuk seminari, Borromeus Societies, perpustakaan umum, asrama-asrama, Keuskupan Basel dan Lugano dan Universitas Salzburg.