Rabu, 29 September 2021

MARI KITA BERCERMIN

 

Seorang teman bercerita kepada saya tentang sahabatnya, yang adalah juga sahabat saya. Dia berkata bahwa setelah pindah ke tempat yang baru, sahabat kami ini mengalami perubahan. Tentulah perubahan yang baik yang dimaksud. Karena sebelum pindah, sahabat kami ini selalu menampilkan perilaku buruk dan sedikit agak nyeleneh. Namun di tempatnya yang baru, perilaku-perilaku buruk itu sedikit demi sedikit mulai hilang.

Lantas teman saya ini memberikan penilaian bahwa tempat merupakan faktor penentu perubahan itu terjadi. Di tempat baru itu, sahabat kami ini benar-benar merasa enjoy sehingga dapat menemukan jati dirinya. Tempat baru yang pas membantu perubahan perilaku seseorang.

Saya dalam hati berkata, jika memang tempat yang telah mengubah perilaku buruk seseorang menjadi baik, masukkan saja orang-orang yang berperilaku buruk ke tempat itu. Tentulah agak susah menerima fakta ini. Karena itu, musti ada faktor lain yang menentukan perubahan tersebut. Dan faktor itu bisa saja ada di dalam diri sahabat kami ini yang berkaitan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan orang-orang yang ada di lingkungan tempatnya yang lama.

Dalam hati kecil saya sangat prihatin dengan pernyataan teman saya ini. Dia hanya melihat diri sahabat kami ini, tanpa pernah berusaha melihat dirinya sendiri. Siapa tahu dirinya menjadi faktor yang membuat sahabat ini berperilaku buruk. Ada kemungkinan bahwa perilaku buruk yang ditampilkan sahabat ini merupakan ungkapan protes dan perlawanan dalam diam terhadap ulah, kebijakan, sikap dan perilaku teman saya ini. Karenanya, pemindahan ke tempat baru ini dapat dilihat bahwa sahabat ini lepas dari sosok yang berperan pada pembentukan perilaku itu.

Seringkali terjadi kita hanya melihat keluar dari diri kita. Keanehan-keanehan orang lain sepertinya selalu terlepas dari diri kita. Padahal bisa saja diri kita punya andil dalam terwujudnya keanehan tersebut. Diri kitalah yang telah membuat seseorang selalu menampilkan tingkah laku, yang di mata kita aneh.

Oleh karena itu, perlu disadari bahwa keberadaan orang lain ditentukan juga oleh keberadaan kita. Hendaklah kita jangan hanya melihat keluar dari diri kita sendiri. Kita perlu melihat diri kita sendiri. Kita butuh kemampuan untuk refleksi. Refleksi selalu terarah kepada diri sendiri, meski obyeknya adalah orang lain atau sesuatu yang ada di luar diri sendiri.

diambil dari tulisan 7 tahun lalu