Selasa, 27 September 2016

CITA-CITA WARNI: Sebuah Cerpen

Setiap manusia pasti mempunyai cita-cita. Sadar tak sadar, tak jarang kehidupan dibangun dari sebuah cita-cita. Kehidupan sekarang ini ada bukan terjadi begitu saja, melainkan melalui proses. Dan proses itu berawal dari cita-cita. Cita-cita menjadi motor pendorong manusia untuk membangun kehidupan sesuai dengan keinginannya.
Karena itu, tak heran kalau Bung Karno, Presiden pertama Republik Indonesia, pernah berujar kepada kaum muda Indonesia untuk “menggantungkan cita-citamu setinggi langit!”. Bagi Bung Karno, cita-cita yang tinggi akan membuat manusia berusaha keras meraihnya. Di sini bukan soal tinggi-nya cita-cita, melainkan proses-nya yang hendak ditekankan. Karena tanpa cita-cita, manusia seakan bergerak tanpa arah yang jelas dan pasti.
Cerpen “Cita-cita Warni” membahas soal cita-cita. Sejak kecil cita-cita memang harus sudah dipupuk, meski tetap harus disadari bahwa suatu saat cita-cita itu bakal berubah. “Kadang cita-cita pada masa kecil pun tidak terlaksana. Berubah setelah dewasa. Aku dulu sebenarnya bercita-cita jadi tentara, tapi kini…, cuma puas jadi pekerja pabrik.” Demikian sepenggal dialog dalam cerpen ini.
Akan tetapi, yang menarik dari cerpen ini bukan soal pembicaraan cita-citanya, melainkan persoalan kehidupan manusia. Dengan kata lain, lewat pembahasan cita-cita, cerpen ini mengungkap sisi-sisi gelap dan terang kehidupan manusia. Lebih lanjut tentang cerpen ini, silahkan baca di sini: Budak Bangka: (C E R P E N) Cita-cita Warni