Paus
Fransiskus mengatakan kepada umat beriman bahwa Allah datang ke dunia untuk
memberi kita rahmat-Nya agar kita bisa melakukan kehendak-Nya, dan menjelaskan
bahwa melalui hukum-Nya Yesus mengajarkan kita kebebasan dan tanggung jawab
yang sejati. Hal ini dikatakan kepada para peziarah yang berkumpul di Lapangan
St. Petrus untuk Doa Angelus, 16 Februari 2020. Pesan Paus Fransiskus ini
berangkat dari bacaan Injil hari Minggu ke-6 masa biasa, yang diambil dari “Kotbah
di Bukit” dan membahas masalah menggenapi hukum Taurat. “Jangan lupakan ini:
jalankan hukum sebagai alat kebebasan, yang membantu saya untuk menjadi lebih
bebas, yang membantu saya untuk tidak menjadi budak nafsu dan dosa,” ujar Paus
Fransiskus.
Paus
Fransiskus merenungkan perang dan konsekuensinya dengan mengatakan, “begitu
banyak bencana, begitu banyak.” Perang merupakan buah dari nafsu. “Orang yang
berperang tidak tahu cara menguasai mereka,” lanjut Paus Fransiskus. Kalau kita
menyerah pada godaan dan nafsu, kita menyerah untuk bertanggung jawab atas
kehidupan kita. Yesus memperingatkan para murid-Nya akan bahaya pemikiran akan
pembunuhan, perzinahan, perceraian atau sumpah palsu.
Yesus
tidak meniadakan perintah dari hukum-hukum itu, tetapi menjelaskan maknanya
yang lebih mendalam dan menunjukkan semangat yang mereka harus perhatikan. Dia menyerukan
kepada kita untuk berubah dari ketaatan formal terhadap hukum menjadi ketaatan
substansial dengan “menerima hukum di dalam hati kita,” jelas Paus Fransiskus.