Senin, 07 Oktober 2019

SELAIN PATUNG, INILAH LARANGAN LAIN LAGI YANG MASUK AQIDAH ISLAM


“Di salib ada jin kafir” dan “di dalam patung ada jin kafir” merupakan dua pernyataan Ustadz Abdul Somad (UAS) dalam ceramah keagamaannya 3 tahun lalu di Pekanbaru. Sempat dipersoalkan oleh segelintir umat kristiani, UAS membela diri bahwa 2 pernyataannya tersebut sesuai dengan aqidah islam (karenanya, UAS menolak untuk minta maaf). Setiap orang muslim dipanggil untuk mewartakan dan melaksanakan aqidah islam. Pembelaan UAS pun diamini oleh Mejelis Ulama Indonesia (MUI). Intisari dari 2 pernyataan UAS itu, yang dikatakan sesuai dengan aqidah islam, adalah patung salib.
Apa aqidah islam tentang patung, dan dari mana dasarnya? Pendasaran aqidah islam tentang patung terdapat dalam Hadis Sahih Muslim. Beginilah kutipannya, “Angels do not enter a house in which there is a dog or a statue.” (HS. Muslim 24: 5250). Kutipan kalimat tersebut berasal dari perkataan Nabi Muhammad, yang dilaporkan oleh Abu Talha. Lewat hadis ini mau dikatakan bahwa patung itu dilarang dalam agama islam. Atau dengan perkataan lain, umat islam dilarang memiliki dan menyimpan patung. Inilah aqidah islam.
Bagaimana bila berdiri dekat patung atau menyentuh patung? Apakah hal ini juga dilarang?
Memang bila hanya mendasarkan diri pada hadis di atas orang tidak akan dapat memahami 2 pernyataan UAS yang kontroversial. Dalam hadis tersebut hanya disebutkan patung. Tidak ada penjelasan tentang jenis, bentuk atau pun model patung itu. Jadi, tidak ada rincian soal patung seperti apa yang dilarang dalam ajaran islam. Yang jelas dan pasti adalah patung. Selain itu, tidak jelas kaitan antara patung dan jin kafir. Mungkin karena patung itu dilarang, dan berhubung juga jin merupakan salah satu sosok halus yang jahat (apalagi dengan tekanan kafir), maka dihubungkanlah patung dengan jin. Apakah setiap patung itu ada jin kafir, ataukah disetiap larangan yang sesuai aqidah islam ada jin kafir? Mungkin UAS bisa menjawabnya.

(KEMARAU + KEKERINGAN) X (KEBAKARAN + KABUT ASAP) = DOA

Ada fenomena unik, menarik sekaligus lucu yang biasa terjadi di saat musim kemarau. Musim kemarau selalu diidentikkan dengan panas dan kekeringan. Panasnya sinar matahari membuat tumbuh-tumbuhan pada kering kerontang. Hal inilah yang kemudian memicu timbulnya kebakaran. Kebakaran-kebakaran yang terjadi bisa karena faktor kesengajaan, seperti membuka lahan pertanian/perkebunan, bisa juga karena ketidak-sengajaan, seperti membuang puntung rokok.
Peristiwa kebakaran yang terjadi di musin kemarau selalu membawa dampak pada kabut asap. Terkadang kepekatan kabut asap membuat kota seperti diselimuti sehingga menggangu jarak pandang. Tentu saja hal ini berdampak pada kelancaran lalu lintas, baik darat, laut maupun udara. Sering terjadi adanya penundaan atau bahkan pembatalan penerbangan lantaran kabut asap. Kabut asap tidak hanya membahayakan lalu lintas, tetapi juga kesehatan.
Kabut asap yang ditimbulkan dari kebakaran, ternyata tidak hanya menyelimuti daerah dimana lokasi kebakaran terjadi. Kabut asap tersebut ternyata berdampak juga hingga ke daerah lain, yang mungkin tidak ada titik api. Bahkan kabut asap menjangkau juga negara lain.
Dua peristiwa tersebut (kemarau dan kebakaran dengan kabut asap sebagai turunannya) sepertinya telah menjadi agenda tetap tahunan. Sebenarnya masih ada satu lagi, yang dapat dilihat sebagai hasil dari akumulasi dua peristiwa tersebut, yaitu doa. Jadi, di setiap musim kemarau panjang, dimana ada kebakaran lahan yang berdampak pada kabut asap, selalu saja melahirkan doa dari sekelompok orang. Hal inilah yang kemudian melahirkan enam refleksi berikut ini.