Rabu, 28 Agustus 2013

Yang Keliru ttg Cowok

ANGGAPAN SALAH TENTANG COWOK
Nggak semua anggapan kita tentang cowok itu benar. Bahwa cowok itu egois, emosi tinggi, atau takut berkomitmen, bisa jadi itu hanya tuduhan tanpa bukti. Cowok memang punya sifat yang beda bila dibandingkan dengan para cewek. Sebab kata orang, cowok itu berasal dari Mars dan cewek dari Venus. Mari deh lurusin dulu pemahaman soal cowok! (oxy/bs)

Cowok Takut Berkomiten
Suka mbulet kalau diajak menjalin hubungan ke arah yang lebih serius. Padahal, masa pacaran udah bertahun-tahun. Kedua keluarga juga udah saling kenal. Jika didesak, mereka malah nggak segan untuk pilih putus ketimbang melamar kita.

Sebenarnya...
Tanpa dipaksa pun, akan ada saatnya cowok butuh untuk diikat. Kalau emang udah niat serius sejak awal, dia nggak bakal ragu mengungkapkan keinginannya. Hanya, momen indah itu butuh waktu yang tepat. Dia nggak bakal sembarangan melamar, kalau segalanya dirasa belum siap. Termasuk persoalan keuangan untuk masa depan.

Cowok Suka Ngeres
Hobi berpikiran kotor alias semua hal yang berbau seks, tubuh perempuan, dan film porno.

Sebenarnya...
Cowok emang senang dikelilingi cewek seksi. Tapi, bukan berarti pikiran mereka selalu dipenuhi hal-hal berbau seks. Apalagi kalau sedang sibuk atau banyak masalah, mereka bakal malas mikirin seks. So, nggak perlu jealous sama poster-poster cewek di kamar doi. Mending dia masang poster seleb cewek, ketimbang foto mantannya!

Cowok Benci Romantisme
Diajak nonton film drama, dia ogah! Diajak candle light dinner, dia malas! Disuruh bilang I love you aja, kita mesti memohon bahkan memaksa. Mereka benar-benar mirip makhluk asing.

Sebenarnya...
Kaum adam juga butuh dan menyukai romantisme. Mungkin, bentuknya aja yang berbeda. Mereka nggak terlalu suka merayakan romantisme dengan hal yang ribet. Misalnya dengan dinner yg butuh bujet besar, pakaian baru, serta dandanan super. Kalau boleh milih, mereka lebih suka ngobrol berdua di teras rumah sambil memandang bintang. Romantisnya lebih natural dan hangat.

Cowok Alergi Anak Kecil
Si dia pasti langsung menolak, kalau adik atau keponakan kita ingin ikut serta dalam kencan kalian. Bukannya dianggap bisa menyemarakkan suasana, anak kecil malah dipandang sebagai monster.

Sebenarnya ….
Jangan langsung men-judge gitu donk! Jangankan cowok, cewek aja juga suka ribet kalau disuruh ngurus anak kecil. Takut nangislah, takut jatuhlah, takut ngompollah, dan lain lain. Semua orang butuh waktu untuk bisa dekat dengan orang lain. Kenalkan dulu dia dengan keponakan kita, baru mengajaknya jalan bareng. Pasti seru!

Cowok Asal dalam Berpenampilan
Biarpun kemarin udah pakai kaus itu, hari ini mereka cuek aja pakai kaus yang sama. Saat kita udah dandan habis-habisan, mereka nyantai datang dengan wajah berminyak dan rambut lepek. Arrgghhh!

Sebenarnya ….
Sama kayak cewek, cowok juga pengin dipandang cakep dan keren. Cuma, cara dandan mereka hanya sewajarnya. Misalnya mandi tiga kali sehari dan pakai deodoran. Sebab, kalau dandan berlebihan, bisa-bisa mereka dianggap nggak gentle. Setuju?

Persahabatan Antar-cowok Nggak Mendalam
Sepertinya mereka nggak pernah saling curhat dengan sahabatnya. Hubungan pertemanan cowok hanya sebatas main bola dan makan bareng. Selebihnya, nothing!

Sebenarnya…
Cowok juga manusia kok! Mereka butuh curhat saat sedang ada masalah. Mungkin mereka nggak melakukannya saat sedang kumpul satu geng, tapi saat ketemu man to man. Acara mereka nggak kalah seru dari sesi curhat cewek lho. Ya... meskipun nggak sesering para cewek!

Nah khan! Pasti ada banyak hal yang kita keliru soal cowok. Moga-moga tulisan singkat ini dapat mengubah persepsi salah kita tentang cowok.


Orang Kudus 28 Agustus: St. Agustinus Hippo

Santo agustinus HIPPO, uskup & pujangga gereja
Agustinus adalah Bapa Gereja purba yang terkenal. Ia lahir di Tagaste (Sekarang: Souk-Ahrs), Afrika Utara, pada tanggal 13 November 354. Ibunya, Monika, seorang beriman kristen dari sebuah keluarga yang taat agama; sedangkan ayahnya, Patrisius, seorang tuan tanah dan sesepuh kota yang masih kafir. Berkat semangat doa Monika yang tak kunjung padam, Patrisius baru bertobat dan dipermandikan menjelang saat kematiannya. Kekafiran Patrisius sungguh berpengaruh besar pada diri anaknya, Agustinus. Karena itu Agustinus belum juga dipermandikan menjadi Kristen meskipun ia sudah besar. Usaha ibunya untuk menanamkan benih iman kristen padanya seolah-olah tidak berdaya mematahkan pengaruh kekafiran ayahnya.

Semenjak kecil Agustinus sudah menampilkan kecerdasan yang tinggi. Karena itu ayahnya mencita-citakan agar ia menjadi seorang yang terkenal. Ia masuk sekolah dasar di Tagaste. Karena kecerdasannya, ia kemudian dikirim untuk belajar bahasa Latin dan macam-macam tulisan Latin di Madauros. Pada usia 17 tahun ia dikirim ke Kartago untuk belajar ilmu retorika. Di Kartago ia belajar dengan tekun hingga menjadi seorang murid yang terkenal. Namun hidupnya tidak lagi tertib oleh karena pengaruh cara hidup banyak orang yang tidak mengakui aturan-aturan moral. Ia menganut aliran Manikeisme, suatu sekte keagamaan dari Persia yang mengajarkan bahwa semua barang material adalah buruk. Minatnya pada aliran ini berakhir ketika ia menyaksikan kebodohan Faustus, seorang pengajar Manikeisme. Selanjutnya selama beberapa tahun, ia meragukan semua kebenaran agama-agama.

Pada tahun 383 ia pergi ke Roma lalu ke Milano, kota pemerintahan dan kota kediaman Uskup Ambrosius. Di Milano ia mengajar ilmu retorika. Banyak orang Roma berbondong-bondong datang kepadanya hanya untuk mendengarkan kuliah dan pidatonya. Di kota itu pun ia berkenalan dengan Uskup Santo Ambrosius, seorang mantan gubernur yang saleh. Ia menyaksikan dari dekat cara hidup para biarawan yang mengikuti suatu disiplin hidup yang baik dan membahagiakan. Mereka bijaksana, ramah dan saling mengasihi. Hatinya tersentuh dan mulailah ia berpikir, “Apa yang mendasari hidup mereka? Injilkah yang menjiwai hidup mereka itu?” Kecuali itu, ia sering mendengar kotbah-kotbah Uskup Ambrosius dan tertarik pada semua ajarannya. Semuanya itu kembali menyadarkan dia akan nasehat-nasehat ibunya tatkala ia masih di Tagaste. Suatu hari, ia mendengar suara ajaib seorang anak, “Ambil dan bacalah!” Tanpa banyak berpikir, ia segera menjamah Kitab Suci itu, membukanya dan membaca: “Marilah kita hidup sopan seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan jangan merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.” (Rom 13: 13 – 14).

Agustinus yang telah banyak mendalami filsafat itu akhirnya terbuka pikirannya dan melihat kebenaran sejati, yaitu wahyu ilahi yang dibawakan Yesus Kristus. Ia kemudian bertobat dan bersama dengan sahabatnya, Alipus, ia dipermandikan pada tahun 387. Dalam bukunya Confession ia menulis riwayat hidup dan pertobatannya dan dengan terus terang mengakui betapa ia sangat terbelenggu oleh kejahatan dosa dan ajaran Manikeisme. Suara hatinya terus mendorong dia agar memperbaiki cara hidupnya seperti banyak orang lain yang meneladani Santo Antonius dari Mesir.

Pada tahun 388, ia kembali ke Afrika bersama ibunya, Monika. Di kota pelabuhan Ostia, ibunya meninggal dunia. Tahun-tahun pertama hidupnya di Afrika, ia bertapa dan banyak berdoa bersama beberapa orang rekannya. Kemudian ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 391, dan bertugas di Hippo sebagai pembantu uskup kota itu. Sepeninggal uskup itu pada tahun 395, ia dipilih menjadi Uskup Hippo. Selama 35 tahun ia menjadi pusat kehidupan keagamaan di Afrika. Rahmat Tuhan yang besar atas dirinya dimuliakannya di dalam berbagai bentuk kidung dan tulisan. Tulisan-tulisannya meliputi 113 buah buku, 218 buah surat dan 500 buah kotbah. Tak terbilang banyaknya orang berdosa yang bertobat karena membaca tulisan-tulisannya. Tulisan-tulisannya itu hingga kini dianggap oleh para ahli filsafat dan teologi sebagai sumber penting dari pengetahuan rohani. Semua kebenaran iman kristiani diuraikan secara tepat dan mendalam sehingga mampu menggerakkan hati orang.

Sebagai seorang uskup, Agustinus sangat menaruh perhatian besar pada umatnya terutama yang miskin dan melarat. Dialah yang mendirikan asrama dan rumah sakit pertama di Afrika Utara demi kepentingan umatnya.

Agustinus meninggal dunia pada tanggal 28 Agustus 430 tatkala bangsa Vandal mengepung Hippo. Jenazah Agustinus berhasil diamankan oleh umatnya dan kini dimakamkan di Basilika Santo Petrus.

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Rabu Biasa XXI-C

Renungan Hari Rabu Biasa XXI, Thn C/I
Bac I   : 1Tes 2: 9 – 13; Injil         : Mat 23: 27 – 32

Salah satu titik temu sabda Tuhan hari ini adalah tindakan memuji diri. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari surat Paulus yang pertama kepada Jemaat di Tesalonika, Paulus “memuji” diri dalam kesaksiannya. Di sini Paulus mensyeringkan apa yang dilakukan untuk memberitakan Injil Allah kepada umat. Dan dalam sharing itu muncul kesan bahwa Paulus memuji dirinya. Akan tetapi, dalam sharing  itu juga Paulus menekankan bahwa dalam melaksanakan tugasnya itu ia tidak mau menjadi beban bagi umat. Untuk itu umat adalah saksinya. Artinya, Paulus tidak mengada-ada.

Dalam Injil, aksi memuji diri ada pada kaum Farisi dan ahli Taurat. Berbeda dengan Paulus, kesaksian para ahli Taurat dan kaum Farisi ini bertentangan dengan kenyataan. Hal ini tampak dalam sikap mereka terhadap para nabi yang telah dibunuh. Para ahli Taurat dan orang Farisi ini mengecam aksi mereka yang membunuh para nabi, padahal bagi Yesus mereka sendiri juga merupakan “keturunan pembunuh nabi-nabi itu.” (ay. 31).

Dalam kehidupan, tanpa disadari kita seringkali memuji diri sendiri. Dan tak jarang pula apa yang kita puji itu bertentangan dengan kenyataan. Misalnya, ada pastor paroki berkata bahwa karena ada dia maka keadaan di paroki itu kembali tertib, padahal sama sekali tidak benar. Sayangnya, hal ini sama sekali tidak disadari. Karena itu, sabda Tuhan hari ini mau membuka mata kita agar senantiasa mengoreksi diri dan memilih sikap rendah hati. Hendaknya kita sadar diri bahwa orang lain selalu menilai diri kita.

by: adrian