Siapapun tentu mendambakan
anak dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Anak bisa dianggap segalanya
dalam keluarga, karena anak merupakan anugerah yang dititipkan Allah kepada
kita. Ini berarti anak dapat membawa banyak hal, baik yang bersifat berkah maupun
cobaan. Namun kebaikanlah yang mesti diharapkan.
Kehadiran anak dalam rumah
tangga dapat membawa dampak positip bagi keluarga tersebut. Kehadiran anak
dapat menjadi media untuk mempercepat proses mencairnya konflik di antara suami
dan isteri. Anak juga sering dilihat sebagai pembawa rezeki. Di samping itu
pula, anak merupakan kebanggaan keluarga.
Sebagai kebanggaan keluarga
ini, kebanyakan keluarga mengkhususkan kebanggakan itu pada anak yang berjenis
kelamin laki-laki. Ada banyak suku di Indonesia yang terlalu menekankan
kelahiran anak laki-laki dalam rumah tangganya. Ketiadaan anak laki-laki sering
dianggap sebagai kegagalan atau malah aib. Karena itu, sering para suami
memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan anak laki-laki sekalipun dalam
keluarganya sudah ada banyak anak perempuan. Makanya tak jarang dalam sebuah
keluarga ada begitu banyak anak perempuan dan sedikit anak laki-laki.
Di sini terlihat jelas kalau
para suami hanya menyalurkan kehendaknya untuk mendapatkan anak laki-laki tanpa
adanya persiapan. Ada kesan bahwa para suami hanya bertugas menyatukan sel
sperma dan sel telur isterinya. Soal jadi laki-laki atau perempuan, itu urusan
kemudian. Karena itu, ketika akhirnya yang lahir adalah perempuan, maka
diadakan lagi penyatuan sel telur suami dan isteri ini sampai akhirnya dapat
anak laki-laki.