Jumat, 26 Juni 2015

Kenapa Waktu Misa Anak Harus Tenang?

Di Gereja St. Mikael, pelajaran Sekolah Minggu diadakan sebelum perayaan ekaristi, sehingga setelah Sekolah Minggu anak-anak dapat mengikuti misa. Pastor paroki mewajibkan agar anak-anak sejak dini dibiasakan mengikuti perayaan ekaristi, berdampingan dengan orang tuanya.
Karena seringkali anak-anak membuat kebisingan saat perayaan ekaristi, Kakak pendamping Sekolah Minggu memberi pengarahan kepada anak-anaknya.
“Adik-adik, sebentar lagi kalian akan bergabung bersama keluarga untuk mengikuti perayaan ekaristi. Tapi, ingat ya! Kalian harus tenang saat perayaan ekaristi nanti. Ayo, siapa yang tahu, kenapa kita harus tenang saat perayaan ekaristi?”
Seorang bocah langsung mengacungkan tangan dan menjawab, “Agar tidak menganggu umat yang sedang tidur saat kotbah.”
edited by: adrian
Baca juga humor lainnya:

Renungan Hari Jumat Biasa XII - Thn I

Renungan Hari Jumat Biasa XII, Thn B/I
Bac I  Kej 17: 1, 9 – 10, 15 – 22; Injil            Mat 8: 1 – 4;

Kitab Kejadian masih menjadi bacaan pertama hari ini, dengan menampilkan kisah lanjutan tentang kehidupan Abram. Salah satu topik pembicaraan hari ini adalah Sarai, isteri Abram. Tuhan menghendaki supaya Abram menggantikan nama Sarai menjadi Sara. Bagi Tuhan Sara akan “menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan lahir dari padanya.” (ay. 16). Di sini mau ditunjukkan kuasa Tuhan. Kuasa Tuhan itu terlihat dari kehendak-Nya untuk menggantikan nama isteri Abram. Terlihat bahwa awalnya Abram meragukan keinginan Allah. Namun sekali lagi iman dibutuhkan. Sebab dengan iman, apa yang mustahil bagi manusia akan menjadi nyata.
Dalam Injil hari ini kuasa Allah itu terlihat dalam diri Tuhan Yesus. Sama seperti dalam bacaan pertama kuasa itu tampak dalam kemauan Allah untuk mengubah nama Sarai, demikian pula dalam Injil kuasa itu tampak dalam kemauan Tuhan Yesus. Injil berkisah tentang penyembuhan orang kusta. Kepada orang kusta itu Tuhan Yesus berkata, “Aku mau, jadilah engkau tahir!” (ay. 2). Dan kemauan Tuhan Yesus ini ditanggapi dengan iman sehingga terjadilah penyembuhan. Peristiwa ini bukan hanya memperlihatkan kuasa Tuhan Yesus, melainkan juga keallahan-Nya.
Sabda Tuhan hari ini mau mengatakan kepada kita bahwa Allah itu Mahakuasa. Kemahakuasaan Allah selalu hadir dalam setiap kehidupan manusia. Namun, agar kuasa itu terjadi dalam kehidupan kita, maka dibutuhkan iman dalam menanggapinya. Kita tidak bisa hanya mengatakan dan mengakui Allah itu mahakuasa, sementara kita tidak menangapinya dengan iman. Ketika iman tidak dipakai, maka muncullah aneka kepercayaan, seperti tahayul. Misalnya, ketika sakit melanda kita dan kita tidak menanggapinya dengan iman, maka dapat muncul tanggapan bahwa sakit itu disebabkan oleh guna-guna atau hal lainnya. Tuhan menghendaki supaya kita mau menyerahkan hidup kita kepada Dia.***
by: adrian