Selasa, 21 April 2015

Orang Kudus 21 April: St. Simon bar Sabbae

SANTO SIMON BAR SABBAE, USKUP & MARTIR
Kisah hidup Simon tidak banyak diketahui orang. Umumnya orang mengetahui kalau dia menjabat sebagai uskup di kota Persia pada abad IV. Ketika ia menjadi Uskup Persia, Simon dengan tegas menentang kebijakan penguasa setempat. Ia menolak mengumpulkan pajak ganda dari orang-orang beriman dan tidak bersedia pula menyembah matahari. Oleh karena tindakannya itu, bersama banyak orang Kristen lainnya, ia dijatuhi hukuman mati. Simon bar Sabbae meninggal pada hari Jumat Agung tahun 344.
sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 21 April:

Renungan Hari Selasa Paskah III - B

Renungan Hari Selasa Paskah III, Thn B/I
Bac I  Kis 7: 51 – 8: 1a; Injil                    Yoh 6: 30 – 35;

Kesamaan dua bacaan liturgi hari ini adalah tinjauan akan sejarah masa lalu. Masa lalu dilihat sebagai sebuah pelajaran untuk masa sekarang. Dalam bacaan pertama Stefanus mengajak umat Yahudi untuk belajar dari sejarah nenek moyang mereka. Stefanus menghendaki agar mereka tidak mengulangi kesalahan nenek moyangnya dengan “membunuh orang-orang yang lebih dahulu memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh.” (ay. 52). Warta Stefanus ini bukan hanya mengacu pada pengalaman para nabi dari dunia Perjanjian Lama, tetapi terlebih pada peristiwa penyaliban Tuhan Yesus.

Dalam Injil umat Yahudi diajak untuk melihat sejarah nenek moyang mereka di saat berada di padang gurun. Temanya adalah roti atau soal makanan, karena masih melanjutkan topik Injil kemarin. Pada waktu itu, orang Israel yang nyaris mati kelaparan diberi makan roti dari surga sehingga mereka dapat bertahan hidup. Dari tinjauan masa lalu ini, Tuhan Yesus memperkenalkan Diri-Nya sebagai Roti dari Surga. Sebagaimana nenek moyang orang Israel bisa hidup dengan makan roti dari surga, demikian pula mereka yang makan diri-Nya. Kata “makan” tidak dalam arti harafia. Kata ini memiliki arti percaya. Jadi, orang yang percaya kepada-Nya akan hidup.

Manusia adalah manusia yang hidup saat ini dan sedang melangkah ke depan. Perjalanan melangkah ke depan menyisahkan pengalaman masa lalu. Karena itu, manusia hidup dalam tiga rentang waktu, yaitu waktu lampau, waktu kini dan waktu depan. Sekalipun waktu yang penting adalah saat kini, bukan lantas berarti kita harus melupakan waktu lampau dan depan. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk senantiasa menarik pelajaran dari masa lalu untuk sikap kehidupan masa kini. Atau dengan kata lain, Tuhan menghendaki agar kesalahan pada masa lalu tidak terulang lagi pada masa kini. Sikap ini dapat diterapkan dalam kehidupan rohani, dalam relasi kita dengan Allah, maupun dalam kehidupan duniawi kita.


by: adrian