Minggu, 09 Agustus 2020

MEMAHAMI PERISTIWA YESUS MENAMPAKKAN KEMULIAAN DI TABOR


Peristiwa penampakan kemuliaan Yesus terjadi di puncak Gunung Tabor. Karena itu Gunung Tabor sering disebut Gunung Kemuliaan. Gunung Tabor terletak di sebelah utara Israel, tepatnya di ujung timur Lembah Yizreel, 17 km (11 mil) sebelah barat Danau Galilea. Secara geografis, gunung yang terletak di tengah dataran rendah ini memiliki ketinggian 575 meter di atas permukaan laut. Jika kini puncaknya dapat dicapai dengan kendaraan, maka pada masa lalu para pengunjung harus mencapainya dengan mendaki 4.340 anak tangga.

Letaknya yang unik menjadikan gunung ini mudah dikenali dan menjanjikan pemandangan menarik bagi yang mengunjunginya. Secara tradisional, Gunung Tabor diyakini sebagai tempat terjadinya transfigurasi Yesus. Kisah mencengangkan ini dicatat dalam Mat. 17:1-8, Mrk. 9:2-8 dan Luk. 9:28-36. Saat itu para murid yang menyertai-Nya melihat Yesus berubah rupa. Wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya putih bersinar laksana terang. Setelah itu Dia nampak bercakap-cakap dengan Musa dan Elia. Peristiwa tersebut jelas bukan sesuatu yang biasa karena secara tegas membuktikan keilahian Yesus.

Tiga Bagian
Di puncak gunung itu, terdapat Gereja Transfigurasi yang dibangun dengan tiga bagian. Sebuah basilika yang diapit oleh dua kapel di kedua sisinya. Ketiga bagian ini mengingatkan kita akan pernyataan Petrus untuk membangun tiga kemah, satu untuk Yesus, satu untuk Elia dan satu lagi untuk Musa.

Pada bagian kanan adalah Kapel Elia. Di dindingnya terdapat lukisan Elia yang sedang berdoa dan nyala api turun dari langit melahap kurban yang telah disediakan di atas mezbah (1 Raj. 18:20-46). Di bagian kiri terdapat Kapel Musa. Musa dilukiskan dengan kedua tangan memegang dua loh batu (Kel. 20 :1-17).

RENUNGAN HARI MINGGU BIASA XIX – A


Renungan Hari Minggu Biasa XIX, Thn A

Bac I  1Raj 19: 9, 11 – 13; Bac II        Rom 9: 1 – 5;

Injil    Matius 14: 22 – 33;

Tema utama bacaan-bacaan liturgi hari ini adalah percaya. Kata ini bisa disama-artikan dengan yakin. Karena itu, orang yang percaya adalah orang yang yakin. Lawan kata “percaya” adalah ragu-ragu. Orang yang tidak percaya atau kurang percaya sama artinya dengan orang yang ragu-ragu, alias tidak yakin. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk mempunyai kepercayaan, dan kepercayaan itu ditujukan hanya kepada Allah. Tuhan tidak menghendaki kita hidup dalam keragu-raguan.

Sikap ragu-ragu diperlihatkan oleh nabi Elia dalam bacaan pertama. Kisah yang dibacakan hari ini merupakan kelanjutan dari kisah kemenangan nabi Elia melawan nabi-nabi Baal. Para nabi itu akhirnya dibunuh. Kemenangan itu bukan semata-mata karena kehebatan nabi Elia, tetapi karena penyertaan Allah. Elia tahu akan hal tersebut. Akan tetapi, ketika Izebel mengancam akan membunuhnya, Elia takut dan lari menyembunyikan diri. Elia bukannya berserah diri kepada Tuhan, tapi malah lari. Karena itulah, Tuhan bertanya kepadanya dua kali, “Apakah kerjamu di sini, hai Elia?” (ay. 9, 13).

Sikap ragu-ragu juga ditunjukkan oleh para rasul, secara khusus oleh Petrus, dalam Injil hari ini. Ketika melihat Yesus berjalan di atas air, mereka mengira itu hantu sehingga mereka ketakutan. Karena itulah Yesus berkata, “Ini Aku, jangan takut!” (ay. 27). Perkataan Yesus ini bertujuan untuk membangkitkan kepercayaan pada para rasul. Hal ini terlihat ketika Petrus dengan berani datang kepada Yesus dengan berjalan di atas air seperti-Nya. awalnya Petrus percaya, namun sekejap saja ia mulai ragu-ragu sehingga ia mulai tenggelam (ay. 30).

Melalui bacaan liturgi hari ini, Tuhan menghendaki agar kita senantiasa percaya kepada-Nya. Percaya di sini bisa dimaknai dengan menyerahkan hidup kita kepada penyelenggaraan-Nya. Tuhan akan memberikan yang terbaik dan terindah buat kita. Kita tak perlu ragu itu. Kepercayaan kita ditujukan kepada Allah, karena Dia-lah pemberi hidup bagi kita. Rasul Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Roma, melihat bahwa Yesus itu adalah Allah yang menjadi manusia. Karena itu, tidak salah juga kalau kita menaruh kepercayaan kepada-Nya. paulus berkata, “Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin” (ay. 5).
by: adrian