Minggu, 08 Februari 2015

Beda Tipis Anjing dan Manusia

Di sela-sela pertemuan, tiba-tiba seorang perempuan datang ke ruang pertemuan sambil berteriak-teriak. Sasarannya adalah Pak Anu, salah seorang peserta pertemuan. Perempuan itu menyatakan bahwa dirinya adalah teman selingkuh Pak Anu. Ia datang bukan hanya untuk mewartakan hubungan gelapnya dengan Pak Anu, melainkan juga meminta pertanggungjawaban Pak Anu.

Ternyata, Pak Anu menjalin relasi gelap lagi dengan perempuan lain. Relasi itu diketahui oleh perempuan itu. Ia merasa cemburu. Karena itu, ia datang mengamuk di ruang rapat itu. Tindakannya itu benar-benar membuat wajah Pak Anu merah karena malu.

Ketika satpam hotel menggiring perempuan itu ke luar dari ruang pertemuan, Pak Anu segera mengetik sesuatu di handphone-nya. Tak lama kemudian, muncul tiga orang pemuda ke lokasi perkara. Melihat ketiga pemuda itu, perempuan tadi langsung kabur. Maklum, ketiganya dikenal sebagai preman. Mereka ternyata mendapat mandat dari Pak Anu untuk mengamankan situasi.

Tampak jelas kalau ketiga preman itu begitu setia dengan Pak Anu. Hal ini bisa dimengerti karena Pak Anu sering memberi mereka uang atau hal lainnya. Jadi, kesetiaan mereka dilihat sebagai ungkapan balas budi atas kebaikan yang mereka terima dari Pak Anu.

Cerita lain. Nana memiliki seekor anjing jenis Belgian Malinois. Nana sudah memelihara anjing itu sejak kecil. Ia selalu memberi makan pada anjingnya itu. Ia suka mengelus-elus dan memandikan anjingnya. Atas kebaikan yang diberikan Nana, anjing itu begitu setia kepada Nana. Apa saja yang diperintahkan Nana pasti akan dituruti.

Suatu ketika, Nana diganggu oleh 3 bocah laki-laki. Awalnya Nana ketakutan. Segera ia memanggil anjingnya. Anjing itu datang dan berusaha menyerang ketiga bocah itu. Sontak ketiganya lari tunggang langgang. Nana tersenyum puas.

Dari dua cerita di atas, ada satu hal yang menarik, yaitu kesetiaan. Tiga orang preman dalam kisah pertama menunjukkan kesetiaan mereka kepada “tuan”-nya; demikian pula anjing milik Nana. Kesetiaan terjadi sebagai ungkapan balas budi atas kebaikan yang telah diterima. Tiga pemuda preman itu menerima kebaikan dari Pak Anu, sementara anjing menerimanya dari Nana.

Di sini terlihat bahwa baik manusia maupun anjing (hewan) memiliki semacam kewajiban untuk membalas budi. Karena sudah menerima kebaikan, adalah pantas membalasnya. Kesetiaan merupakan salah satu wujudnya. Akan tetapi, apakah bisa dikatakan bahwa ketiga pemuda itu sama dengan anjing?

Sekalipun sama-sama memperlihatkan kesetiaan sebagai ungkapan balas budi, manusia tetap berbeda dari anjing. Namun perbedaan ini sangatlah tipis, karena jika tidak manusia tak ubahnya seperti anjing. Ada satu hal yang membedakan manusia dari anjing meski sama-sama setia. Tanpa satu hal itu, manusia adalah anjing (dalam perilaku).

Yang membedakan manusia dari anjing adalah kesadaran moral, atau bisa juga disebut hati nurani. Kesadaran moral ini membuat manusia dapat membedakan mana yang baik dan tidak; mana yang benar dan salah. Dengan adanya kesadaran moral manusia tidak menunjukkan kesetiaan secara membabi-buta sebagaimana yang ditunjukkan anjing.

Anjing tidak mempunyai kesadaran moral. Ia tidak bisa menilai apakah tindakannya menyerang ketiga bocah, yang menggangu tuannya, berbahaya atau tidak, baik atau buruk, benar atau salah. Ia hanya mendengar perintah tuannya dan melaksanakannya. Tidak ada pertimbangan moral atau pertimbangan lainnya. Semua tindakannya semata-mata hanya sebagai ungkapan kesetiaannya kepada tuannya; juga sebagai ungkapan balas budi atas kebaikan yang diterima dari tuannya.

Berbeda dengan anjing, manusia memiliki kesadaran. Manusia yang benar-benar sadar, akan membuat pertimbangan atas tindakannya, sekalipun tindakannya itu untuk membuktikan kesetiaan. Sekalipun mendapat perintah dari atasannya yang sering berbuat baik kepadanya, manusia yang sadar akan mempertimbangkan perintah itu: apakah baik atau tidak, benar atau salah. Jika perintah itu tidak baik, manusia yang sadar akan menolaknya.

Sebagai contoh. Polan diminta oleh ayahnya untuk mengambil uang di kasir sebuah toko yang ditinggal sebentar oleh petugasnya. Selama ini Polan dipelihara dengan baik oleh ayahnya. Kebutuhan-kebutuhannya selalu dipenuhi. Ayahnya sering bersikap baik kepadanya. Tapi di sekolah Polan diajari bahwa mencuri itu tidak baik. Kekuatan ajaran itu lebih kuat dari pengaruh ayahnya, sehingga Polan menolak perintah ayahnya.

Orang Kudus 8 Februari: St. Yohanes Matha

SANTO YOHANES MATHA, PENGAKU IMAN
Putera manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mat 20: 28). Kebenaran sabda Yesus ini dapat dilihat dalam kesaksian hidup pribadi Yohanes dari Matha. Sebagian besar masa hidupnya diabdikan secara total kepada Allah dan sesama.

Yohanes lahir pada abad XII di Portugis Selatan. Semenjak kecil, Yohanes sudah menampilkan benih-benih kesalehan hidup. Ketika usianya menanjak dewasa ia memutuskan untuk mengikuti pendidikan calon imam agar lebih penuh mengabdikan diri kepada Tuhan. Ia sungguh berjuang agar pantas menjadi seorang imam Allah. Tuhan menyertai dia hingga ia meraih mahkota imamat.

Renungan Hari Minggu Biasa V - B

Renungan Hari Minggu Biasa V, Thn B/I
Injil      Mrk 1: 29 – 39;

Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Nabi Ayub. Di sini Ayub mengingatkan bahwa selagi masih hidup di bumi, manusia harus bergumul di bumi. Ada banyak makna di balik kata “bergumul” itu. Kita dapat memahaminya dengan beraktivitas; dan aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas yang membangun kehidupan, bukan hanya untuk diri sendiri melainkan juga untuk sesama. Karena itu, aktivitas kebaikan ini hendaknya dapat mewarnai kehidupan bumi seluruhnya, tidak hanya bersifat parsial saja.

Apa yang disampaikan oleh Nabi Ayub dalam kitabnya terlihat dalam bacaan Injil. Diceritakan bahwa awalnya Yesus menyembuhkan ibu mertua Simon yang sakit demam. Dari sini dibawalah kepada Yesus “semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan.” (ay. 32). Karya Yesus ini membuat orang semakin senang pada-Nya dan Yesus menjadi popular, sehingga keesokan harinya masih ada yang mencari Dia. Akan tetapi, Tuhan Yesus mengajak para murid-Nya untuk pergi ke tempat lain supaya di sanapun Dia dapat berkarya, “karena itu Aku telah datang.” (ay. 38). Yesus sadar bahwa kedatangan-Nya di dunia ini adalah untuk menyelamatkan dunia, dan keselamatan itu hendaknya dirasakan oleh semua.

Kesadaran Tuhan Yesus akan tugas dan perutusan-Nya menjadi kesadaran Paulus juga. Dalam bacaan kedua, yang diambil dari suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, Paulus mengatakan bahwa tugas dan perutusannya adalah mewartakan Injil. Bagi Paulus, mewartakan Injil adalah keharusan. “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.” (ay. 16). Karena itu, kapan dan dimana pun Paulus akan terus mewartakan Injil. Karena sudah menjadi kewajibannya, maka Paulus tidak punya alasan untuk memegahkan diri atau mencari upah.

Sabda Tuhan hari ini benar-benar membuka kesadaran kita akan status diri kita. Kita terpanggil untuk menebarkan kebaikan kepada sesama. Ini merupakan panggilan hidup kita, yang tidak dibatasi oleh waktu, tempat dan subyek. Kapan, dimana saja dan kepada siapa saja kita hendaknya selalu berbuat baik dan mewartakan Injil Kristus. Karena sudah menjadi panggilan hidup, maka tidak ada alasan bagi kita untuk bermegah atau menuntut upah.

by: adrian