Senin, 23 Agustus 2021

CINTA ITU MENGHIDUPKAN

 


Sigmund Freud, bapak pendiri psikoanalitik, menggolongkan insting manusia ke dalam dua kelompok besar, yaitu insting hidup dan insting mati. Insting mati, yang terkadang disebut juga dengan istilah insting merusak (destructive) merupakan hasrat setiap manusia untuk mati. Kematian mendapat perhatian lebih bagi Freud. Ia pernah berkata bahwa tujuan semua kehidupan adalah kematian.

Hasrat kematian itu bisa ditujukan keluar dari diri sendiri (external object) seperti orang lain atau lingkungan (vandalism), bisa juga terarah kepada diri sendiri (internal object). Salah satu derivatif insting mati ini adalah benci. Kebencian selalu membawa dampak pada kehancuran atau kerusakan. Misalnya, jika kita benci kepada seseorang, maka kita dapat merusak orang itu, baik secara fisik (mencederainya atau bahkan membunuh) maupun secara psikis (fitnah, menghina, dll).

Kebencian atau rasa benci kepada orang, entah itu diri sendiri maupun orang lain, dan kepada lingkungan, bukanlah merupakan akar dari insting mati. Ada banyak faktor yang menjadi penyebab timbulnya rasa benci ini. Salah satunya adalah iri hati. Contohnya dalam kasus perseteruan antara Tuhan Yesus di satu sisi dengan kaum Farisi, ahli Taurat dan para imam Yahudi di sisi lain. Mereka sangat iri akan popularitas Yesus sehingga muncul hasrat untuk menyingkirkan Yesus dari pengaruh sosial. Puncak perseteruan adalah penyaliban Tuhan Yesus di Bukit Golgota. Namun entah kenapa, dengan berdasarkan QS an-Nisa: 157, umat islam tidak mengakui kematian Yesus disalib.

Seperti insting mati, insting hidup juga dapat ditujukan keluar dari diri sendiri (external object) seperti orang lain atau lingkungan, dan bisa juga terarah kepada diri sendiri (internal object). Salah satu derivatif insting hidup ini adalah cinta. Jika rasa benci selalu membawa dampak pada kehancuran atau kerusakan, maka cinta membawa kehidupan. Ungkapan cinta dapat terlihat dari sikap-sikap seperti menghormati, menghargai, memelihara, merawat, perhatian, dll. Semua sikap ini akan menimbulkan efek harmoni, damai, hidup nyaman dan bahagia.