Minggu, 31 Mei 2015

Mengenal Salib Yerusalem

SEKILAS TENTANG SALIB YERUSALEM
“Kami memberitakan Kristus yang disalibkan untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan.” (1Kor 1: 23). Demikianlah kata-kata Rasul Paulus tentang salib, tempat Tuhan Yesus tergantung. Bagi Paulus, salib merupakan keselamatan.
Salib sudah dikenal jauh sebelum Tuhan Yesus dihukum mati. Dan salib tidak selalu diidentikkan dengan sarana hukuman. Ternyata salib juga menjadi salah satu simbol kota Yerusalem. Inilah yang dikenal dengan Salib Yerusalem. Bentuknya adalah sebagai berikut: ada satu salib besar di tengah dan empat salib kecil di samping. Lebih lanjut lihat gambar di samping.
Salib Yerusalem, yang menjadi lambang kota Yerusalem, sudah dikenal jauh sebelum kelahiran Yesus Kristus. Makna dari gambar tersebut adalah salib besar merujuk ke kota Yerusalem, sedangkan empat salib kecil mengacu pada empat benua yang ada di bumi. Pada zaman dulu, orang melihat hanya ada empat benua, yaitu Asia, Eropa, Afrika dan Amerika. Jadi, Yerusalem berada di tengah-tengah; ia menjadi pusat bumi. Hal ini sudah dinubuatkan Nabi Yehezkiel dalam kitabnya (Yeh 38: 12).
Ketika kekristenan mulai muncul, salib Yerusalem tetap dipertahankan. Malah bisa dikatakan bahwa salib Yerusalem itu bukan lagi menjadi milik orang Yahudi saja, melainkan milik orang Kristen. Bukankah dengan kematian Tuhan Yesus di kayu salib membuat orang Yahudi melihat salib sebagai batu sandungan?
Bagi orang Kristen, Salib Yerusalem tidak lagi melambangkan kota Yerusalem, melainkan Yesus Kristus. Hal ini sesuai dengan cara pandang orang Kristen sendiri, yang melihat salib sebagai melihat keselamatan dalam Kristus. Orang muslim juga selalu mengkonotasikan salib dengan Tuhan Yesus dan kekristenan. Karena itu, di beberapa negara, yang mayoritas penduduknya islam, menggantikan lambang Palang Merah dengan Bulan Sabit Merah.
Jadi, Salib Yerusalem menjadi milik orang Kristen. Sekalipun namanya tetap Salib Yerusalem, pemaknaannya sudah mengalami perubahan. Ada beberapa makna Salib Yerusalem dalam kaitannya dengan Tuhan Yesus. Pertama, Salib Yerusalem melambangkan Yesus Kristus dengan keempat Injil. Salib besar adalah Yesus Kristus, yang adalah Injil itu sendiri, dan empat salib kecil itu melambangkan keempat penginjil, yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.
Kedua, Salib Yerusalem seperti gambaran Seorang yang diduduk di takhta dan dikelilingi oleh empat makhluk. Ini mirip dengan apa yang ditulis oleh Yohanes dalam Kitab Wahyu. Salib besar menunjuk pada Seorang yang diduduk di takhta, dan empat salib kecil mengacu pada empat makhluk yang berada di sekeliling takhta itu (lih. Why 4: 1 – 6). Seorang yang diduduk di takhta itu adalah gambaran Tuhan Yesus.
Ketiga, Salib Yerusalem melambangkan Yesus Kristus dengan kelima luka-Nya. Ada lima salib yang menunjukkan lima luka Tuhan Yesus. Salib besar yang di tengah merujuk pada luka lambung Yesus (bekas luka tombak), dua salib di atas merujuk pada dua luka di telapak tangan (bekas luka paku), dan dua salib di bawah merujuk pada dua luka di telapak kaki (bekas luka paku).
Keempat, sama seperti makna awalnya dimana Yerusalem menjadi pusat bumi, demikian pula Yesus Kristus. Dengan ditinggikan di salib (salib besar) Tuhan Yesus menjadi pusat perhatian, pusat kehidupan dan pusat iman umat manusia. Hal ini seperti yang sudah pernah dikatakan-Nya (lih Yoh 12: 32), dan kembali ditegaskan oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi (Flp 2: 9 – 11).
Bandung, 24 April 2015
by: adrian

Renungan HR Tritunggal Mahakudus, Thn B

Renungan Hari Raya Tritunggal Mahakudus, Thn B/I
Injil    Mat 28: 16 – 20;

Hari ini Gereja Universal mengajak kita untuk merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Cukup menarik bahwa hari raya Tritunggal Mahakudus ini dirayakan setelah kita merayakan Pentakosta. Hari raya pentakosta merupakan hari raya Roh Kudus. Hal ini seakan hendak merangkum perjalanan Allah dalam sejarah keselamatan umat manusia: Allah Bapa sang Pencipta, Allah Putera (Tuhan Yesus) sang Kasih dan Allah Roh Kudus sang Penghibur. Ketiganya menjadi satu kesatuan tak terpisahkan, yaitu Tritunggal Mahakudus.
Tritunggal Mahakudus merupakan salah satu ajaran iman orang kristiani. Namun pada titik inilah umat sering bingung dan “diserang” oleh umat lain: satu koq ada tiga? Ada umat bertanya pendasaran ajaran ini. Sabda Tuhan hari ini, jika dibaca sebagai satu kesatuan bacaan liturgi, secara implisit mengungkapkan adanya Allah Tritunggal itu. Bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Ulangan, menampilkan Allah sebagai Tuhan-nya orang Israel. Di sini diungkapkan perbuatan-perbuatan Allah untuk menyelamatkan bangsa Israel, karena di antara mereka sudah ada perjanjian. Allah senantiasa hadir dalam perjalanan hidup bangsa Israel.
Kehadiran Allah dalam perjalanan hidup bangsa Israel tampak nyata dalam diri Tuhan Yesus. Dalam kehadiran-Nya di tengah-tengah bangsa Israel itu, Tuhan Yesus memposisikan diri-Nya sebagai Putera. Dalam Injil dikatakan bahwa Tuhan Yesus memiliki kuasa atas sorga dan bumi (ay. 18), suatu kuasa yang hanya dimiliki Allah. Ini mau menunjukkan dimensi keallahan Yesus. Dan Tuhan Yesus meneruskan rencana keselamatan Allah bagi umat manusia dengan memerintahkan para murid-Nya untuk membaptis dalam nama Tritunggal Mahakudus: Bapa, Putera dan Roh Kudus (ay. 19). Roh Kudus ini bukanlah sesuatu yang lain dari Allah, melainkan Allah itu sendiri. Sama seperti Putera yang adalah Allah. Jadi, Roh Kudus adalah, seperti yang dikatakan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Roh Allah.
Sabda Tuhan hari ini mau menegaskan kepada kita kebenaran Tritunggal Mahakudus. Umat tak perlu lagi merasa bingung memikirkannya. Satu hal yang perlu disadari adalah Tritunggal Mahakudus bukanlah suatu ajaran pengetahuan sehingga harus dipahami dan dimengerti dengan akali, melainkan lebih dari suatu ajaran iman yang harus diimani dan dihayati. Dengan mengimani Tritunggal Mahakudus, kita disadarkan akan status kita sebagai ahli waris keselamatan. Namun diingat pula bahwa kita diminta untuk mewartakan keselamatan itu kepada orang lain supaya mereka pun dapat merasakannya.***

by: adrian

Sabtu, 30 Mei 2015

Orang Kudus 30 Mei: St. Ferdinandus Kastilia

SANTO FERDINANDUS KASTILIA, PENGAKU IMAN
Ferdinandus adalah putera Raja Alfonso dari Kerajaan Leon, dan Ratu Berengaria dari Kastilia. Ia lahir di sebuah Biara di Valparaiso (sekarang Provinsi Zamora, Spanyol) pada 5 Agustus 1199. Ketika berumur 18 tahun, ia diangkat menjadi Raja Kastilia. Kemudian ketika ayahnya meninggal dunia pada tahun 1230, Ferdinandus diangkat lagi menjadi Raja Leon. Dengan demikian ia menjadi raja, baik di Kerajaan Kastilia maupun di Kerajaan Leon. Dia memerintah kedua kerajaan ini sampai hari kematiannya pada 30 Mei 1252.
Sebagai raja, Ferdinandus membuktikan dirinya sebagai seorang penguasa yang adil dan bijaksana. Di masa kepemimpinannya, dua kerajaan yang diwariskan kepadanya oleh kedua orang tuanya, digabungkan menjadi satu kerajaan. Masa pemerintahannya mempunyai arti yang sangat penting bagi sejarah Spanyol. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menyebarkan agama Kristen di seluruh kerajaannya. Ia behasil mengusir pergi orang-orang Moor, yang beragama islam, dari seluruh wilayah Spanyol, termasuk kota-kota penting seperti Kordova (1236) dan Seville (1248). Sampai pada saat kematiannya, hanya Granada dan Alicante masih berada di bawah pendudukan orang Moor.
Selain usaha-usaha di atas, ia terus berjuang mempertahankan tegaknya ajaran iman yang benar terhadap rongrongan bidaah Albigensia.
Ferdinandus tergolong seorang raja yang beriman teguh. Ia berusaha memajukan perkembangan agama Kristen. Ia mendirikan banyak biara, mengubah mesjid-mesjid menjadi katedral-katedral dan membantu rumah-rumah sakit dengan berbagai pemberian. Pada tahun 1242 ia mendirikan Universitas Salamanca sebagai pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Ketika ia meninggal dunia, ia dikuburkan di Katedral Seville dalam pakaian Ordo ketiga Santo Fransiskus. Pada kuburnya terjadi banyak mujizat. Banyak orang menganggap dia sebagai orang kudus. Pada 31 Mei 1655, Ferdinandus dibeatifikasi oleh Paus Alexander VII, dan oleh Paus Klemens X dia dikanonisasi pada tahun 1671.
sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 30 Mei:

Renungan Hari Sabtu sesudah Pentakosta - Thn I

Renungan Hari Sabtu VII, Thn B/I
Bac I  Sir 51: 12 – 20; Injil        Mrk 11: 27 – 33;

Sabda Tuhan hari ini mau berbicara kepada kita tentang kebijaksanaan. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Putera Sirakh, penulis mengungkapkan madah syukurnya atas karunia kebijaksanaan yang dia terima. Bagi penulis, kebijaksanaan bagaimana harta yang tak ternilai, sehingga ia akan selalu berjuang mencarinya. Ada rasa sesal jika ia melalaikannya. Di sini penulis ingin mengajak pembacanya untuk juga berusaha mengejar kebijaksanaan dan menghormati mereka yang mengaruniakannya.
Dalam Injil hari ini kebijaksanaan terlihat pada diri Tuhan Yesus ketika Dia memberi jawaban kepada imam-imam kepala, para ahli Taurat dan tua-tua. Mereka bertanya tentang asal kuasa Yesus, yang “membersihkan” Bait Allah dari para pedagang dan penukar uang. Pertanyaan mereka dijawab dengan pertanyaan soal asal baptisan Yohanes. Para petinggi agama Yahudi itu tidak mau menjawab, sekalipun mereka tahu, karena jawaban itu dapat merusak reputasi mereka. Di sini terlihat bahwa demi kepentingan pribadi, orang rela mengorbankan kebenaran.
Kebijaksanaan merupakan suatu sikap yang terarah keluar dari diri sendiri. Orang yang bijaksana adalah orang yang mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi; berjuang demi kebenaran sekalipun kebenaran itu menyakitkan diri sendiri. Sabda Tuhan hari ini mau mengajak kita untuk senantiasa bersikap bijaksana. Tuhan menghendaki agar kita selalu memperjuangkan kebenaran. Kebijaksanaan tidaklah berasal dari diri kita sendiri. Dia dapat datang dari siapa saja, meski sumber utama kebijaksanaan adalah Tuhan. Kita diminta untuk menaruh hormat kepada mereka yang telah mengajarkan kita kebijaksanaan.***
by: adrian

Jumat, 29 Mei 2015

Akibat Mabuk Berat

Romo Yosef dan Romo Anto baru saja mengikuti acara pesta perak imamat Rm. Agus di keuskupan. Dalam acara itu mereka banyak minum sehingga mabuk. Meski sudah ditawari untuk bermalam di keuskupan, keduanya ngotot ingin pulang. Dengan meminjam mobil keuskupan, malam itu juga mereka pulang.
Ketika mau masuk garasi pastoran, Rm. Yosef mulai berteriak, “To, depan tu ada dinding. Awas, ada dinding! Dinding itu…., hati-hati! Stooooop…!!”
“Baaaaam!” Mereka menabrakkan mobilnya ke dinding sehingga bemper depan mobil penyok.
Keesokan harinya, keduanya duduk sarapan bersama.
Rm. Yosef   : Habislah kita dimarahi Bapak Uskup. Mobilnya rusak parah.
Rm. Anto     : Paling mereka tagih biaya perbaikan.
Rm. Yosef     : Kamu payah sih. Padahal aku sudah teriak padamu untuk hati-hati. Kenapa kamu tak mau dengar?
Rm. Anto     : Dengar gimana? Kan yang nyetir mobil kamu!
Rm. Yosef   : &#@$%*&@#????
edited by: Adrian
Baca juga humor lainnya:

Renungan Hari Jumat sesudah Pentakosta - Thn I


Renungan Hari Jumat VII, Thn B/I
Bac I  Sir 44: 1, 9 – 13; Injil                Mrk 11: 11 – 26;

Kitab Putera Sirakh, yang menjadi bacaan pertama hari ini, menampilkan refleksi penulis atas kehidupan orang-orang terdahulu. Di sini Putera Sirakh hendak menanamkan suatu sikap kepada pembacanya untuk menghormati para leluhur yang termasyhur hidupnya dan meninggalkan warisan baik kepaa keturunannya. Dengan kata lain, penulis kitab ini mau mengajak mereka untuk meneladani hidup mereka. Meneladani hidup mereka merupakan salah satu wujud penghormatan atas mereka.
Sikap yang diajarkan penulis Kitab Putera Sirakh, tidak terdapat pada orang-orang Yahudi di Yerusalem. Mereka tidak menaruh rasa hormat atas Bait Allah. Bait Allah yang seharusnya dihormati sebagai tempat doa, dijadikan mereka sebagai tempat berjualan. Karena itulah, Tuhan Yesus marah dan mengusir mereka dari dalam Bait Allah. Di sini Tuhan Yesus menghendaki supaya orang-orang menaruh rasa hormat kepada Bait Allah sebagai tempat kudus.
No man is an island. Demikian bunyi pepatah Inggris, yang berarti tidak ada manusia hidup seorang diri. Manusia adalah makhluk sosial. Kesosialannya membuat ia bersentuhan dengan orang lain, baik itu dari lingkar terdalam (keluarga) maupun lingkar luar, yaitu masyarakat. Orang lain ini memiliki banyak peran dalam perkembangan hidup setiap orang. Kita tidak mungkin berkembang dari diri kita sendiri. Ada banyak manusia yang berjasa di dalamnya. Untuk itu, kita diminta untuk menaruh rasa hormat kepada mereka. Inilah pesan dari sabda Tuhan hari ini. Menghormati mereka dapat dilakukan dengan cara mengikuti teladan baik mereka.***
by: adrian

Kamis, 28 Mei 2015

Orang Kudus 28 Mei: St. Bernardus Montjoux

SANTO BERNARDUS MONTJOUX, IMAM
Bernardus dari Montjoux dikenal sebagai pelindung para pencinta pengunungan Alpen dan para pendaki gunung. Untuk membantu para wisatawan, Bernardus bersama pembantu-pambantunya mendirikan dua buah rumah penginapan. Dari nenek moyangnya, ia diketahui berketurunan Italia. Tanggal kelahirannya tidak diketahui dengan pasti, tapi hari kematiannya diketahui terjadi pada 28 Mei 1081 di Boara Santo Laurensius, Novara, Italia.
Kisah masa kecilnya dan masa mudanya telah banyak dikaburkan oleh berbagai legenda. Meski demikian, suatu hal yang pasti tentang dirinya ialah tentang pendidikan imamatnya. Pendidikan imamatnya dijalaninya bersama Petrus Val d’ Isere, seorang Diakon Agung di Keuskupan Aosta. Aosta adalah sebuah kota di Italia yang terletak di pegunungan Alpen dan berjarak 50 mil dari perbatasan Perancis dan Swiss.
Karena semangat kerasulannya yang tinggi, ia diangkat menjadi Vikaris Jenderal Keuskupan Aosta. Dalam jabatan ini, Bernardus membawa angin pembaharuan di antara rekan-rekannya, biarawan-biarawan Kluni di Burgundia. Ia berusaha mendorong mereka merombak aturan-aturan biara yang terlalu klerikal dan keras. Ia mendirikan sekolah-sekolah dan rajin mengelilingi seluruh wilayah diosesnya.
Pada abad pertengahan, peziarah-peziarah dari Perancis dan Jerman rajin datang ke Italia melalui dua jalur di pengunungan Alpen. Banyak dari mereka mati kedinginan karena badai salju, atau karena ditangap oleh perampok di jalan. Melihat kejadian-kejadian itu, maka pada abad IX Bernardus berusaha mendirikan dua buah rumah penginapan di antara dua jalur jalan itu, tepatnya di gunung Javis (Mentjoux), yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Blanc. Dua rumah penginapan ini sungguh membantu para peziarah itu. Tetapi kemudian pada abad XII, rumah-rumah itu runtuh diterpa badai salju. Sebagai gantinya Bernardus mendirikan lagi dua buah rumah penginapan baru, masing-masing terletak di dua jalur jalan itu dengan sebuah biara berdiri di dekatnya. Kedua jalan ini sekarang dikenal dengan nama Jalan Besar dan Jalan Kecil Santo Bernardus. Untuk membina akhlak para petgas rumah penginapan dan anggota-angota biarawan yang menghuni biara itu, Bernardus menetapkan aturan-aturan Biara Santo Agustinus. Ia menerima pengakuan dan izin khusus dari Bapa Paus untuk membimbing para novisnya dalam bidang karya pelayanan para wisatawan.
Karya mereka ini berkembang pesat dari hari ke hari didukung oleh seekor anjing pembantu. Tugas utama mereka ialah berusaha membantu para wisatawan dalam semua kesulitannya dengan makanan dan rumah penginapan, serta menguburkan orang-orang yang mati. Ketenaran karya pelayanan mereka ini kemudian berkembang dalam berbagai bentuk legenda. Kemurahan hati dan keramah-tamahan mereka menarik perhatian banyak orang, terutama keluarga-keluarga kaya. Keluarga-keluarga kaya ini menyumbangkan sejumlah besar dana demi kemajuan karya pelayanan Bernardus dan kawan-kawannya. Legenda tentang anjing pembantu Bernardus masih berkembang hingga sekarang. Setelah berkaya selama 40 tahun lamanya sebagai Vikaris Jenderal, Bernardus meninggal dunia pada 28 Mei 1081 di Biara Santo Laurensius. Paus Innocentius XI (1676 – 1689) menggelari dia ‘kudus’ pada tahun 1681. Dan pada tahun 1923, oleh Paus Pius XI (1922 – 1939), Bernardus diangkat sebagai pelindung para pencinta pegunungan Alpen dan para pendaki gunung.
sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 28 Mei:

Renungan Hari Kamis sesudah Pentakosta - Thn I

Renungan Hari Kamis VII, Thn B/I
Bac I  Sir 42: 15 – 25; Injil                  Mrk 10: 46 – 52;

Dalam kitabnya, yang menjadi bacaan pertama hari ini, Putera Sirakh menampilkan kebesaran dan kemuliaan Tuhan. Semua itu dapat dilihat dari segala ciptaan-Nya yang mengagumkan. Bagi penulis, semua buatan tangan Tuhan sungguh menjadi tontonan yang mulia, sehinga ia tidak pernah merasa bosan menyaksikan kemuliaan Tuhan itu. Di sini Putra Sirakh secara implisit mau menyatakan kekecilan dirinya di hadapan karya Tuhan itu. Karena itu, sikap yang hendak dibangun adalah sikap bersyukur.
Kebesaran dan kemuliaan Tuhan juga terlihat dalam Injil hari ini. Kebesaran dan kemuliaan ada dalam diri Tuhan Yesus. Dikisahkan dalam Injil bahwa pada waktu Tuhan Yesus keluar dari Yerikho, ada seorang pengemis buta, bernama Bartimeus, anak Timeus. Bartimeus memohon kepada Tuhan Yesus untuk menyembuhkannya. Dan Tuhan mengabulkan permohonannya. Dalam peristiwa ini orang dapat melihat kebesaran dan kemuliaan Tuhan. Bartimeus menghaturkan syukur kepada Tuhan Yesus dengan mengikuti Dia dalam perjalanan.
Sabda Tuhan hari ini mau mengatakan kepada kita bahwa Allah adalah Tuhan yang maha agung dan mulia. Keagungan dan kemuliaan-Nya dapat dilihat dalam ciptaan dan peristiwa kehidupan kita. Tak jarang pula kita merasakan dan menikmati kebesaran-Nya. Namun penjadi persoalan adalah apakah kita menyadarinya? Ketidaksadaran itu membuat kita melihat segala peristiwa dan juga alam ciptaan sebagai sesuatu yang biasa saja, sehingga kita lupa untuk bersyukur. Melalui sabda-Nya ini Tuhan menghendaki supaya kita senantiasa menanamkan rasa syukur kepada Tuhan atas apa yang kita alamai dalam kehidupan.***
by: adrian

Rabu, 27 Mei 2015

Aneka Manfaat Bersyukur

BERSYUKUR DARI PERSPEKTIF PSIKOLOGI
Umumnya semua agama mengajak umatnya untuk selalu bersyukur atas apa yang terjadi dalam hidupnya. Namun apa kata psikologi tentang bersyukur? Dalam kajian psikologi, terutama psikologi positif, perasaan bersyukur selama ini telah banyak dijelaskan dalam berbagai konsep seperti sebuah emosi, sikap, watak, kebiasaan, nilai moral dan juga sebagai sebuah respon untuk mengurangi stress.
McCullough, seorang peneliti yang telah banyak meneliti mengenai fenomena bersyukur mendefinisikannya sebagai detektor yang mengingatkan seseorang secara emosi, bahwa mereka telah mendapatkan keuntungan dari pertolongan orang lain, Tuhan, hewan, dll.
Perasaan bersyukur berbeda dari perasaan memiliki kewajiban (obligation). Singkatnya, kalimat “Saya harus membalas kebaikanmu” berbeda dengan kalimat “Saya bersyukur atas bantuanmu”, walaupun di masa depan orang yang mendapat bantuan akan membalas kebaikan yang didapat. Perasaan memiliki kewajiban untuk “mengganti” pertolongan orang lain lebih dekat perasaan negatif dan tidak nyaman. Sementara perasaan bersyukur biasanya dihubungkan dengan kesejahteraan dan perasaan bahwa hidup terasa utuh.
“Kewajiban” ini mirip dengan perasaan berhutang budi (indebtedness) yang biasanya keluar saat si pemberi menunjukkan ekspektasi atau keinginan adanya sebuah balasan. Biasanya reaksi yang terjadi adalah stress dan keinginan untuk menghindar si pemberi. Sedangkan saat orang bersyukur, ia akan lebih cenderung untuk menolong, memuji dan berdekatan dengan si pemberi.
Apa yang bisa dipelajari dari hal di atas? Bahwa pemberian kita dapat diartikan berbeda-beda oleh orang yang menerimanya. Jadi, ikhlaslah dalam memberi. Bagi seseorang yang mendapatkan pemberian, berprasangkalah baik saat menemukan pertolongan yang ikhlas dan bersyukurlah.
Ada banyak manfaat dari sikap bersyukur ini. Pertama, dari penelitian McCullough dan Emmons didapat bahwa orang yang bersyukur lebih merasa bahwa mereka lebih memiliki kehidupan yang baik dan pandangan yang optimis mengenai minggu depan. Selain itu, mereka jarang sekali mengeluh soal keluhan fisik dan cenderung untuk menghabiskan banyak waktu berolaraga.
Kedua, dari penelitian Masingale didapat bahwa orang yang dapat bersyukur merasakan trauma yang lebih ringan saat sesuatu yang buruk terjadi pada mereka. Ini sejalan dengan penelitian McCullough dan Emmons, yang melihat orang bersyukur jarang menderita depresi. Hal ini dikarenakan mereka memiliki cara yang tepat untuk berhadapan dengan keadaan hidup yang menyulitkan dan lebih mampu mengingat hal-hal positif.
Ketiga, kehidupan sosial sehari-hari dapat dipengaruhi secara positif oleh kebiasaan bersyukur. Perasaan bersyukur dapat memotivasi seseorang untuk membantu orang lain dan mengurangi motivasi untuk berperilaku merusak.
Keempat, orang yang bersyukur juga cenderung tidak terlalu mengejar hal materialistik. Asumsinya karena mereka sudah bersyukur dengan apa yang telah dimiliki, maka hasrat untuk memiliki hal material menjadi lebih sedikit. Mereka juga tidak terburu-buru untuk mendapatkan kepuasan materi.
Kelima, orang yang bersyukur memiliki harga diri yang tinggi dan lebih mudah melihat dukungan sosial dari sekitarnya. Setelah memiliki cukup rasa syukur, orang yang sering bersyukur cenderung akan mudah dalam membantu orang lain dan tidak memiliki banyak rasa iri.
Perasaan bersyukur memiliki kaitan timbal balik dengan spiritualitas. Orang yang memiliki spiritualitas tinggi lebih mudah untuk bersyukur; dan orang yang bersyukur juga mudah menjadi sangat religius.
Melihat aneka manfaat dari bersyukur, tentulah tak salah jika kita mulai menerapkannya dalam kehidupan. Berikut ini ada beberapa tips bersyukur yang diberikan oleh Emmons, dalam tulisannya di Challenge in Good Health.
1.    Berjanji untuk bersyukur terlebih dahulu sebelum memulai sesuatu
2.    Membuat jurnal rasa syukur. Setiap harinya catatlah 3 hal yang kita syukuri
3.    Gunakan pengingat visual seperti foto dari orang yang disayangi atau pemandangan alam yang indah untuk membawa perasaan syukur ini.
4.    Rasakan semua indera bekerja. Hargai tubuh fisik dan banyak fungsinya yang menakjubkan. Bersyukurlah atas kemampuan untuk melihat, mendengar, berjalan, makan dan lain sebagainya.
5.    Perhatikan bahasa yang digunakan. Pembicaraan positif akan meningkatkan perilaku bersyukur sementara pembicaraan negatif akan menurunkan tingkat bersyukur dan menciptakan ketidakbahagiaan.
6.    Biasakan diri untuk membuat orang lain tahu bagaimana kita berterima kasih dan menghargai mereka setiap harinya. Bukan hanya akan meningkatkan kebahagiaan, tapi juga dapat membuat orang tersebut bahagia mendengar penghargaan kita.
7.    Tulis dan sampaikan sebuah surat penuh rasa syukur kepada seseorang yang telah memiliki dampak positif di dalam hidup kita. Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa satu kali saja melakukan ini dapat menyebabkan perasaan positif untuk lebih dari sebulan.
8.    Berpikir di luar kotak. Pikirkan daftar hal-hal yang mungkin selama ini tidak terlihat untuk disyukuri.
edited by: adrian dari sumber: ruang psikologi
Baca juga tulisan lainnya:

Orang Kudus 27 Mei: St. Yulius

SANTO YULIUS, MARTIR
Informasi tentang orang kudus ini amat sangat terbatas. Yulius adalah seorang tentara Romawi. Ia menjalani dinas ketentaraan selama 27 tahun. Saat ini ia belum memeluk iman Kristen. Setelah pensiun dari dinas militer, ia baru menjadi Kristen. Dan karena memeluk agama Kristen inilah ia ditangkap. Bersama dengan Valensio dan Hesikius, ia dipenjarakan di Silistria, Rumania, sampai dijatuhi hukuman pancung karena tidak mau menyembah berhala.
sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 27 Mei:

Renungan Hari Rabu sesudah Pentakosta - Thn I

Renungan Hari Rabu VII, Thn B/I
Bac I  Sir 36: 1, 4 – 5a, 10 – 17; Injil            Mrk 10: 32 – 45;

Bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Putera Sirakh, berisi tentang doa permohonan umat Israel kepada Allahnya. Permohonan itu ditujukan kepada Allah, pertama-tama bukan demi kepentingan pribadi, melainkan demi kemuliaan nama Allah dan demi bangsa Israel sendiri. Pendoa ingin supaya Allah dimuliakan sehingga hanya Dia saja yang diakui. Pendoa juga mau supaya Allah memperhatikan bangsa Israel. Jadi, dalam doa permohonan itu, pendoa menyingkirkan kepentingan pribadinya.
Injil hari ini juga berbicara soal permohonan. Akan tetapi, berbeda dengan pendoa dalam bacaan pertama, pemohon dalam Injil lebih mementingkan kepentingan dirinya. Dikisahkan bahwa kedua putera Zebedeus mengajukan permohonan kepada Tuhan Yesus. Permohonan itu semata-mata demi kepentingan diri mereka berdua, agar mereka bisa berkuasa dan memerintah. Dari sini Tuhan Yesus menyampaikan pengajaran-Nya, yaitu supaya mereka bersedia menjadi pelayan. Tuhan Yesus memberi contoh Diri-Nya sendiri, yang datang untuk melayani bahkan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.
Sebagai umat beriman, tentulah kita sering berdoa. Dalam doa kita sering mengajukan permohonan-permohonan dengan satu harapan supaya Tuhan mengabulkannya. Akan tetapi, kita lebih sering memohon untuk diri kita sendiri. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk memperhatikan juga kepentingan di luar diri kita sendiri. Tuhan menghendaki agar kita tidak berlaku egois. Tuhan mau supaya kita bersedia menjadi pelayan bagi sesama dan mendahulukan kepentingan orang lain.***
by: adrian

Selasa, 26 Mei 2015

(Pencerahan) Diam dalam Keheningan

BIARLAH AKU DIAM
Biarlah aku buang di tengah lautan
Kerinduan yang bergelora memecahkan kepala
Semoga terhempas gelombang
dan berhenti mengejarku

Bahkan pernah kucuri sehelai rambutnya
Aku tanam di depan pintu jelas ada maksudnya
Setiap pagi aku langkahi
agar dia yang terjerat
dalam bayang-bayanganku

Mungkin aku telah keliru mencoba melupakannya
Kalah dengan semua suara-suara yang menghujat
Walau jauh di dasar hati masih aku simpan senyumnya
Bagaimanakah? Harus bagaimana?

Biarlah aku diam di tengah gelombang
Aku tunggu tetesan embun, kuhirup sampai tuntas
Bayanganya melompat-lompat,
bermain dalam fikiran,
bermain dalam impian

Rasakah yang harus kubela? Atau suara mereka?
Biarkanlah aku sendiri
Aku perlu waktu untuk merenung, berfikir,
dan kemudian memutuskan

by: Ebiet G Ade

Orang Kudus 26 Mei: St. Mariana Quito

SANTA MARIANA QUITO, PENGAKU IMAN
Mariana de Paredes Y. Flores lahir di Quito, Ekuador, pada 31 Oktober 1618. Ayahnya seorang bangsawan kaya raya Spanyol. Tetapi sayang sekali bahwa semenjak kecilnya, Mariana sudah ditinggal mati kedua orang tuanya. Hidupnya ditanggung oleh seorang kakaknya perempuan yang sudah berumah tangga.
Meski hidup sebagai anak yatim piatu, Mariana memiliki suatu keistimewaan adikodrati. Semenjak kecilnya, ia sudah menaruh minat besar pada hal-hal kerohanian dan kehidupan bakti kepada Tuhan. Ia rajin sekali berdoa dan mengikuti perayaan misa kudus. Sebelum batas waktu untuk menerima komuni suci, seperti yang ditentukan aturan Gereja, ia sudah diperkenankan oleh pastor paroki untuk menerima komuni suci. Ketika berusia 12 tahun, ia mengatakan kepada kakaknya, niat untuk membentuk sebuah perkumpulan untuk mempertobatkan bangsa Jepang yang masih kafir. Niat luhur ini gagal. Sebagai gantinya, ia berniat lagi menjalani hidup bertapa di daerah pegunungan dekat Quito. Niat ini pun gagal lagi. Kawan-kawannya mendesak ia masuk biara. Namun semuanya ini selalu saja menemui jalan buntu.
Menyaksikan semua kegagalan ini ia mulai menyadari bahwa Tuhan mempunyai suatu rencana lain atas dirinya. Tuhan lebih menghendaki agar dia tetap tinggal di rumah kakaknya sambil menjalani hidup menyendiri dalam kemiskinan, matiraga dan doa-doa. Untuk itu, dengan bantuan kakaknya, ia membangun sebuah gubuk sederhana guna melaksanakan rencana Tuhan itu di bawah bimbingan seorang Yesuit sebagai pembimbing rohani dan bapa pengakuan. Dia tidak pergi ke mana-mana kecuali ke gereja untuk berdoa dan merayakan misa kudus.
Matiraganya sangat luar biasa. Hal ini mengkhawatirkan banyak orang di sekitarnya, bahkan membuat mereka bertanya-tanya, “Mengapa bapa pengakuannya membiarkan gadis remaja ini menjalani hidup sekeras itu?” Setiap hari Jumat malam, ia berbaring di dalam sebuah peti mayat seperti layaknya seorang yang benar-benar mati. Tangan dan kakinya diikat dengan rantai. Sementara itu, waktu tidurnya dalam sehari hanya tiga jam saja. Sisa waktunya dipakai untuk melakukan latihan rohani. Cara hidup ini memang aneh di mata kakaknya. Tetapi justru itulah kehendak dan rencana Tuhan atas dirinya. Sebagai pahalanya, Tuhan mengaruniakan kepadanya kemampuan meramal dan membuat mujizat.
Pada tahun 1645 kota Quito digetarkan oleh gempa bumi yang dahsyat disertai wabah penyakit menular yang ganas. Menghadapi bencana ini, timbullah tekad dalam dirinya untuk mengorbankan diri sebagai tebusan bagi dosa-dosa penduduk kota Quito. Tekad ini disampaikannya secara tegas kepada Tuhan. Wabah penyakit menular itu berhenti. Sebagai gantinya, Mariana sendiri jatuh sakit dengan komplikasi berat sampai akhirnya meninggal dunia pada 26 Mei 1645 dalam usia 25 tahun. Segenap penduduk kota Quito yang selamat dari bahaya maut itu sangat sedih karena kematian Mariana. Mereka menyebut dia ‘Bunga Lily dari Quito’ karena kesalehan hidupnya di tengah-tengah penduduk kota yang buruk kelakuannya. Pada 10 November 1853 ia dibeatifikasi oleh Paus Pius IX, dan dikanonisasi oleh Paus Pius XII pada 9 Juli 1950.
sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 26 Mei:

Renungan Hari Selasa sesudah Pentakosta - Thn I


Renungan Hari Selasa VII, Thn B/I
Bac I  Sir 35: 1 – 12; Injil          Mrk 10: 28 – 31;

Sabda Tuhan hari ini mau mengajak kita hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Putra Sirakh, dalam kitabnya yang menjadi bacaan pertama, menulis tentang hidup yang berkenan di hadirat Tuhan. Dikatakan bahwa Tuhan menghendaki supaya umat menjauhi kejahatan dan menolak kelaliman. Penulis menegaskan bahwa Allah adalah hakim yang adil dan tidak akan memihak. Dia tidak akan mudah disuap, karena itu jangan pernah mencoba menyuap Tuhan. Umat tak perlu memikirkan imbalan, karena semua itu sudah dipikirkan Allah.
Hal itulah yang ditekankan Tuhan Yesus dalam Injil hari ini. Dikisahkan bahwa para murid bertanya soal imbalan dari mengikuti Yesus. Ada kesan bahwa para murid masih memakai prinsip dagang dalam mengikuti Tuhan Yesus. Memang Tuhan Yesus memberikan jawaban kepada mereka, dan jawaban itu merupakan sebuah keuntungan dalam mengikuti Yesus. Namun, bagian akhir dari pernyataannya mau mengatakan kepada mereka bahwa bisa saja semua itu menjadi buyar. Tuhan Yesus meminta mereka untuk tidak terlalu memikirkan hitung-hitungan dalam mengikuti Dia.
Tak jarang pula kita bersikap seperti para murid. Kita mengakui telah mengikuti Tuhan Yesus. Akan tetapi, seringkali kita menuntut suatu keuntungan dari pilihan itu. Kita tidak begitu rela dalam mengikuti-Nya. Melalui sabda-Nya hari ini, Tuhan mengajak kita untuk tidak menjalankan prinsip dagang dalam mengikuti Tuhan. Hendaknya kita selalu mengikuti Dia dalam kata dan perbuatan. Mengikuti Yesus beraarti kita hidup sesuai dengan kehendak Allah. Kita tak bisa memakai prinsip untung – rugi, karena Allah sama sekali tak mudah disuap. ***
by: adrian

Senin, 25 Mei 2015

Orang Kudus 25 Mei: St. Magdalena Sofia Barat

SANTA MAGDALENA SOFIA BARAT, PENGAKU IMAN
Magdalena Sofia Barat (Madeleine Sophiebarat) lahir di Joigny, Burgundy, Perancis, pada 12 Desember 1779. Di bawah bimbingan seorang kakaknya yang sudah menjadi imam, Magdalena dididik secara ketat dengan disiplin dan latihan-latihan matiraga. Pendidikan ini terasa sangat berat untuk seorang wanita yang masih muda belia. Namun itulah yang kiranya menjadi persiapan baik bagi Magdalena menuju keberhasilannya di masa depan.
Pada waktu itu, Varin, Pastor Paroki setempat, memulai pembangunan sebuah perkumpulan yang mengabdikan diri secara khusus kepada karya pendidikan bagi para puteri-puteri. Perkumpulan ini menjadi bagian dari Serikat Yesus, dan dipersembahkan kepada perlindungan Hati Yesus Mahakudus. Ketika perkumpulan ini mulai berjalan, Magdalena bersama tiga orang kawannya mendaftarkan diri sebagai anggota pertama. Pada tahun berikutnya, keempat puteri ini memulai kehidupannya di dalam perkumpulan itu sebagai postulan.
Setelah mendapat pendidikan intensif, Magdalena diutus ke kota Amiens untuk mengajar di sebuah sekolah yang ada di sana. Tugasnya sebagai guru dijalaninya dengan sangat baik. Dalam waktu singkat, ia mendirikan sebuah biara di kota itu. Ia sendiri menjadi pemimpin biara itu, meskipun usianya tergolong masih sangat muda, yaitu 23 tahun. Kepribadiannya yang menarik, kesalehan dan kebijaksanaannya membuat dia mampu membina biara ini dengan sukses. Megdalena memang seorang pemimpin yang penuh semangat dalam karya pengabdiannya. Pada usia 26 tahun, ia mengumpulkan dan membina sekelompok guru yang bercita-cita membangun kembali Pendidikan Katolik bagi puteri-puteri, yang sudah tidak berjalan karena Revolusi Perancis.
Dalam waktu singkat kelompok guru baru yang tergabung di dalam Kongregasi Suster Hati Kudus (Sacre Coeur) ini menyebar ke seluruh Perancis untuk menjalankan misinya di bidang pendidikan bagi puteri-puteri. Magdalena sebagai pemimpin mendampingi suster-susternya dengan bijaksana dan penuh keberanian. Ia membimbing mereka sebagai pemimpin selama 63 tahun dengan hasil yang sangat memuaskan. Banyak sekolah dibuknya di banyak tempat. Di antara sekolah-sekolah itu, ada satu sekolah yang dikhususkan untuk menampung anak-anak dari Biara Visitasi yang ada di Grenonle. Dari antaranya terdapat orang-orang seperti Philippine Duchesne, yang kemudian menyebarkan biara itu ke Amerika pada tahun 1818.
Kongregasi Hati Kudus ini kemudian mendapat pengakuan dan pengesahan dari Paus Leo XII  pada tahun 1826. Pada tahun 1830, novisiatnya di Piters ditutup karena revolusi yang terjadi di negeri itu. Sebagai gantinya, Magdalena mendirikan sebuah novisiat di Swiss.
Dalam kepemimpinannya, Magdalena senantiasa menyemangati para susternya untuk mencari kemliaan Tuhan Yesus dengan bekerja keras menyucikan jiwa-jiwa. Semboyannya ialah: “Memikul penderitaan untuk diri sendiri dan tidak membuat orang lain menderita”. Kebaktiannya yang mendalam kepada Hati Yesus yang Mahakudus membuat hatinya sendiri tetap tenang sampai hari kematiannya di Paris pada 21 Mei 1865. Sampai wafatnya, ia telah mendirikan lebih dari 100 biara dan sekolah di 12 negara.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini: