Kamis, 03 April 2014

Bunda Maria dan Para Imam

BUNDA MARIA SANDARAN PARA IMAM
“Oh puteraku, kamu harus lebih peduli untuk selalu tinggal di dalam Hatiku yang Tak Bernoda, dan tidak membiarkan dirimu diserap atau dicemaskan oleh hal-hal lain, khususnya kalau hal-hal itu tidak bergantung pada kehendakmu.

Betapa banyak keinginan manusiawi berkecamuk di dalam hatimu! Penting sekali bahwa aku, sebagai seorang ibu, memurnikan hatimu, kalau kamu menghendaki aku membimbing kamu kepada kesempurnaan yang menyenangkan Hatiku.

Bersandarlah hanya kepadaku dan bukan kepada sarana-sarana manusiawi; percayakanlah dirimu hanya kepadaku. Hanya ada satu hal yang dapat selalu kamu lakukan dan yang aku kehendaki kamu lakukan setiap saat, sebab hal itu berguna bagiku untuk Gerakanku, yakni doamu, pengorbananmu dan kepercayaanmu kepadaku. Hendaknya kamu menyerahkan diri kepadaku dan tidak dipenuhi dengan kekhawatiran-kekhawatiran lain.

Semua imamku harus memiliki sikap berikut: mereka tidak boleh mengandalkan sarana-sarana manusiawi; dan mereka harus mempercayakan diri kepadaku. Aku tahu bahwa hal ini menuntut banyak pengorbanan dari kodrat manusia.

Kalau sekarang mereka tidak membiasakan diri mencari aku, mendengarkan aku dan mempercayakan diri kepadaku, bagaimana mereka akan menemukan aku pada saat diterpa badai besar, tatkala segala sesuatu tiba-tiba ditelan kegelapan? Mulai sekarang hendaknya mereka membiasakan diri untuk melihat aku sebagai Terang mereka dalam setiap kegiatan.”
10 Februari 1974
diedit dari: Marian Centre Indonesia, Kepada Para Imam: Putra-putra Terkasih Bunda Maria. (hlm 120 – 121)

Orang Kudus 3 April: St. Richard dari Chicherster

SANTO RICHARD CHICHERSTER, USKUP & PENGAKU IMAN
Richard lahir di Wych (sekarang: Droithwich), Inggris pada tahun 1197. Orang tuanya tergolong bangsawan yang kaya-raya. Sepeninggal ayah-ibunya Richard bersama kakaknya mulai jatuh miskin. Kemiskinan ini menyebabkan Richard masuk Universitas Oxford sebagai seorang mahasiswa yang miskin. Ia mengalami banyak hambatan terutama dalam soal keuangan. Kendatipun demikian, ia berhasil meraih gelar Master di Universitas Oxford. Setelah itu melanjutkan lagi studinya di Universitas Paris dan Bologna, hingga meraih gelar Doktor dalam bidang hukum kanon.

Pada tahun 1235 ia ditunjuk menjadi rektor Universitas Oxford, tetapi tak lama kemudian ia meletakkan jabatan ini dan menjadi penasehat Santo Edmundus Rich, Uskup Agung Canterbury. Pada waktu itu, Edmund meninggal dunia pada tahun 1240 di Siossy, dekat Provins, Perancis, Richard sedang menyiapkan diri untuk menerima tabhisan imamatnya. Ia ditabhiskan di Orleans, Perancis pada tahun 1243, lalu kembali ke Inggris untuk bekerja sebagai pastor paroki. Namun, di Inggris ia kembali ditugaskan kembali sebagai penasehat Bonifasius dari Savoy, Uskup Agung Canterbury pengganti Edmund.

Pada tahun 1244, Richard dipilih oleh Bonifasius menjadi Uskup Chischester untuk menggantikan Uskup Ralph Neville yang meninggal dunia pada tahun itu. Penunjukkan ini menimbulkan pertikaian antara Bonifasius dan Raja Henry III. Raja tidak menyetujui pengangkatan Richard, karena ia lebih suka pada Robert Passelew yang dipilih oleh banyak imam untuk menduduki tahkta keuskupan Chicherster menggantikan Ralp Neville. Bonifasius menolak memberi pengesahan atas Robert Passelew dan tetap mendukung Richard sebagai Uskup Chichester. Raja menjatuhkan hukuman kepada para pemimpin dioses dan menolak mengesahkan penunjukkan atas diri Richard. Pada tahun 1245 -- sementara pertikaian ini terus berlanjut -- Bonifasius dengan dukungan kuat dari Sri Paus di Roma menahbiskan Richard menjadi Uskup Chicherster di Lyons, Perancis.

Raja Henry tidak mengakui otoritas Paus dalam masalah ini dan tidak tunduk kepada pimpinan Dioses. Henry menyita seluruh kekayaan Gereja dan penghasilan keuskupan. Tindakan ini membuat Richard tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik hingga hukuman ekskomunikasi dijatuhkan atas diri Henry pada tahun 1246.

Richard seorang Uskup yang sederhana dan banyak melakukan perbuatan-perbuatan amal. Dengan cinta yang tulus ia aktif melayani orang-orang sakit dan miskin. Demi kehidupan orang-orang ini, ia rela menjual harta miliknya. Ia ramah terhadap imam-imamnya dan berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan pendidikan dan pembinaan hidup rohani mereka. Dengan semangat ini ia berhasil menenangkan kesetiaan imam-imam dan seluruh umat, sekalipun ia menggalakkan suatu program yang tegas. Ia juga melakukan banyak hal untuk memperbaharui liturgi gereja dan menuntut imam-imamnya untuk merayakan upacara-upacara gerejawi dengan kewibawaan yang tinggi dan dalam keadaan ber-rahmat. Setelah menjalani suatu kehidupan yang keras dengan berbagai usaha untuk memajukan keuskupannya, Richard meninggal dunia di Dover pada tahun 1235 ketika ia sedang berkhotbah untuk mendorong umat melancarkan suatu perang salib terhadap bangsa Sarasin.

Renungan Hari Kamis Prapaskah IV - A

Renungan Hari Kamis Prapaskah IV, Thn A/II
Bac I   : Kel 32: 7 – 14; Injil          : Yoh 5: 31 – 47

Bacaan pertama yang diambil dari Kitab Keluaran, mengisahkan tawar menawar antara Musa dan Allah. Tuhan Allah ingin membinasakan umat Israel karena tingkah dan perbuatan mereka telah menyimpang dari perintah Allah. Mereka telah membuat allah yang lain selain Allah Israel. Bagi Allah, bangsa Israel merupakan “suatu bangsa yang tegar tengkuk.” (ay. 9). Akan tetapi Musa meminta belas kasih Allah atas mereka yang sudah Allah selamatkan sendiri dari bangsa Mesir. Musa berhasil melunakkan hati Allah. Hal ini selalu dikenang oleh bangsa Israel, sehingga mereka seakan berutang budi kepada Musa.

Berbeda dengan bacaan pertama, Injil hari ini berkisah tentang perdebatan antara Yesus dengan orang-orang Farisi. Kaum Farisi menolak Yesus, namun mereka percaya kepada Musa. Dasar kepercayaan ini mungkin berdasarkan utang budi. Akan tetapi, sikap mereka ini dikritik dan dikecam Yesus. “Jikalau kamu percaya keada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku.” (ay. 46). Kecaman Yesus kepada kaum Farisi ini muncul karena ketidak-percayaan mereka pada apa yang dilakukan Yesus. Padahal Kitab Suci sudah memberi kesaksian tentang Yesus, dan kaum Farisi sudah menyelidiki Kitab Suci (ay. 39).

Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk tidak mengulangi sikap kaum Farisi. Kita sudah mengetahui dari Kitab Suci tentang Yesus. Oleh karena itu, hendaklah kita tidak lagi meragukan-Nya. Sikap orang Farisi masih banyak kita temui dalam diri manusia modern sekarang. Dengan kepicikan pikirannya, mereka meragukan keallahan Yesus. Tak sedikit juga yang meninggalkan Yesus. Maka dari itu, di masa prapaskah ini kita diajak untuk mendoakan mereka-mereka itu agar mendapatkan terang ilahi.

by: adrian