Kamis, 29 Januari 2015

Efek Tidur dlm Gelap bagi Kehamilan

INGIN CEPAT HAMIL, TIDURLAH DALAM GELAP
Mematikan lampu kamar saat tidur merupakan salah satu cara untuk membuat tidur lebih nyenyak. Tidur dalam gelap ternyata juga dianjurkan bagi wanita yang ingin segera hamil. Suasana gelap ternyata dibutuhkan untuk kesehatan reproduksi pada wanita dan juga untuk melindungi perkembangan janin. Demikian disampaikan Russel J. Reiter, pakar bidang biologi seluler dari Universitas Texas Health Science Center.

Dalam analisa studi yang dimuat dalam jurnal Fertility and Sterility, Reiter dan timnya menemukan bahwa kadar melatonin dan irama sirkadian berperan penting dalam proses reproduksi wanita. "Jika kita tidur dengan lampu kamar menyala, produksi melatonin akan berkurang," kata Reiter.

Melatonin adalah hormon yang dilepaskan oleh kelenjar pineal di otak saat kondisi gelap dan memicu kantuk. Hormon ini disebutkan sangat penting saat seorang wanita berusaha untuk hamil karena akan melindungi sel telur dari stres oksidatif.

Melatonin diketahui memiliki kandungan antioksidan kuat yang akan melindungi sel telur dari kerusakan akibat radikal bebas, terutama pada masa pembuahan. "Jika seorang wanita berusaha untuk hamil, sebaiknya tidur cukup setidaknya 8 jam setiap malam dan tidurlah dalam gelap. Tidur dalam gelap juga harus menjadi rutinitas, jika tidak jam biologis bisa kebingungan," katanya.

Ia menambahkan, selama kehamilan tidur dalam gelap sebaiknya tidak diganggu dengan cahaya, terutama pada trimester ketiga kehamilan. Menyalakan lampu saat tidur malam akan mengurangi produksi melatonin pada wanita, dan ini bisa berbahaya pada otak janin sehingga jumlah melatonin yang berfungsi mengatur jam biologis terganggu.

Penelitian pada hewan menunjukkan, lingkungan tidur yang gelap kemudian terang terkait dengan gangguan perilaku pada bayi baru lahir. Penelitian lain juga menduga tidur dengan lampu kamar terus menyala terkait dengan gangguan hiperaktif atau autisme pada anak.

sumber: Kompas Health

Orang Kudus 29 Januari: St. Arkanjela Girlani

BEATA ARKANJELA GIRLANI
Eleanor Girlani lahir pada tahun 1460 di Trino, Italia. Sejak kecil ia sudah hidup dalam kehidupan religius dan berencana menjadi biarawati Benediktin. Sewaktu akan berangkat menuju biara Benediktin di Rocca delle Donne, kereta kuda yang ia gunakan tidak mau bergerak sama sekali. Hal ini ia anggap sebagai tanda dari Tuhan. Ia kemudian bergabung menjadi biarawati Karmelit di biara di Parma pada tahun 1478 bersama dua saudarinya, Maria dan Skolastika. Eleanor mengambil nama Arkanjela.

Seiring berjalannya waktu, Arkanjela diangkat sebagai priorin biara di Parma. Kemudian ia menjadi priorin untuk biara baru di mantua. Arkanjela dikenal karena devosinya kepada Tritunggal Mahakudus. Selain itu ia juga diberikan banyak karunia oleh Tuhan, di antaranya adalah melakukan mukjizat, melayang dan ekstase. Arkanjela Girlani, O.Carm meninggal dunia pada 25 Januari 1495 di Mantua, Italia. Pada 1 Oktober 1864 ia dibeatifikasi oleh Paus Pius X.

Baca juga riwayat orang kudus 29 Januari:

Renungan Hari Kamis Biasa III - Thn I

Renungan Hari Kamis Biasa III, Thn B/I
Bac I    Ibr 10: 19 – 25; Injil             Mrk 4: 21 – 25;

Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus mengajar orang banyak tentang menjadi pelita. Tuhan Yesus menghendaki supaya pendengar-Nya mau menjadi pelita. Fungsi pelita adalah menyingkirkan kegelapan dan memberi penerangan. Namun pelita tidak menghasilkan cahaya dari dirinya sendiri sehingga bisa menerangi. Terang itu diberikan kepada kepada pelita. Terang di sini merupakan simbol kebaikan atau hal-hal positif yang dianugerahkan Tuhan kepada umat manusia. Tuhan Yesus menghendaki supaya pendengar-Nya menjadi terang, yang memancarkan cahaya kebaikan sehingga hal-hal negatif dalam kehidupan menjadi sirna.

Apa yang disampaikan Injil di atas sejalan dengan harapan penulis Surat kepada Orang Ibrani. Dalam bacaan pertama, penulis mengajak para pembacanya untuk hidup saling memperhatikan, saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik (ay. 24), dan saling menasehati (ay. 25). Di sini orang bisa berperan sebagai pelita bagi sesamanya yang masih tinggal dalam kegelapan. Dengan tindakan kasih, orang lain dapat melihat kebaikan; dan dengan menasehati dan menolong, orang lain bisa terbantu untuk keluar dari situasi gelapnya.

Kita adalah pelita. Kita menerima terang dari Tuhan. Terang itu membuat kita bercayaha. Dengan cahaya itu kita terpanggil untuk menerangi kegelapan dalam kehidupan kita. Dengan cahaya itu, orang bukan saja bisa melihat terang itu, melainkan juga dapat terbantu untuk keluar dari kegelapan hidupnya. Inilah yang dikehendaki Tuhan melalui sabda-Nya. Tuhan menghendaki supaya kita menjadi alat bagi-Nya untuk membantu sesama kita yang masih tinggal dalam kegelapan. Namun terlebih dahulu kita harus keluar dari kegelapan kita dan menerima terang dari Tuhan sehingga kita bisa memancarkan cahaya kebaikan Tuhan.

by: adrian