Selasa, 09 Oktober 2012

Generasi Teknologi


Sudah empat hari ini Joko tidak masuk sekolah. Mamanya bingung. Memang sehari sebelumnya dia mendengar putranya mengeluh sakit. Tapi sudah berbagai jenis obat diberikan, tapi tidak ada perubahan dalam diri anaknya. Tetap ia tidak masuk sekolah.

Dalam keadaan putus asa, sang ibu mendatangi sekolah Joko. Ia ingin menerima masukan dari guru, khususnya guru BP, berkaitan dengan puteranya.

Ibu    : Anak saya sakit, Pa. Sudah tiga hari tidak masuk sekolah.
BP     : Sakit apa putera Ibu?
Ibu    : saya juga bingung sakit apa putera saya ini. Yang jelas tidak tidak mau masuk sekolah. Katanya sakit.
BP     : Sudah diberi obat?
Ibu    : Sudah. Semua jenis obat sudah saya berikan. Pil ini, pil itu sudah. Kapsul ini, kapsul itu juga sudah. Tetap ia tak mau ke sekolah.
BP     : Siapa nama putera Ibu
Ibu    : Joko, Pa.

Guru BP coba mengingat-ingat murid satu ini. Tiba-tiba dia tahu siapa Joko itu: siswa maniak teknologi.

BP     : Bu, obat untuk Joko itu bukan pil atau kapsul, melainkan tablet. Nah, sekarang ibu pulang, belikan dia tablet.

Guru BP menulis di secarik kertas lalu memberikannya kepada ibu Joko. Dengan senang sang ibu menerimanya lalu pamit pulang. Ia tidak langsung pulang ke rumah, melainkan mampir ke toko komputer dan membeli sebuah tablet.

Keesokan harinya Joko masuk ke sekolah. Tablet android ada di tangannya.

BP     : Emang dasar generasi teknologi

by: adrian
Baca juga humor lainnya:

Orang Kudus 9 Oktober: St. Yohanes Leonardi


SANTO YOHANES LEONARDI, PENGAKU IMAN
Semenjak kecilnya ia sudah menentukan imamat sebagai pilihan hidupnya. Tetapi cita-cita luhur ini tidak bisa terwujudkan karena orang tuanya tidak mampu membiayai sekolahnya. Pada umur 26 tahun, sepeninggal ayahnya, ia memutuskan untuk masuk seminari meskipun biaya studi tetap menjadi masalah baginya. Untuk membiayai studinya, terpaksa ia belajar sambil bekerja sebagai asisten dokter di sebuah apotek di Lucca, Italia. Ia memang tekun belajar sehingga dapat menyelesaikan studinya dalam waktu singkat lalu ditahbiskan menjadi imam. Ia lalu menjadi anggota komunitas religius yang didirikan oleh Beato Yohanes Golombini.

Dari sana ia ditugaskan sebagai pastor penjara dan rumah sakit dengan sebuah rumah pusat di Lucca. Segera nyata bahwa Yohanes, seorang imam yang aktif dan sangat bertanggungjawab terhadap semua pekerjaannya. Teladan hidupnya yang luhur itu menarik simpatik banyak orang awam. Ada yang dengan rela membantu dia dalam melaksanakan tugas-tugas itu. Beberapa pemuda yang mengikutinya dididiknya secara khusus hingga ada yang menjadi imam. Bersama pemuda-pemuda itu, Yohanes merencanakan pendirian sebuah kongregasi untuk imam-imam projo. Tetapi ia mendapat tentangan politis yang hebat dari pihak penganut aliran sesat di Lucca. Yohanes kemudian dibuang dari Lucca selama masa-masa akhir hidupnya.

Dari tempat pembuangan itu, ia terus mendorong para pengikutnya agar tetap setia pada rencana pendirian kongregasi itu. Ia sendiri pergi ke Roma untuk menyampaikan rencana pendirian kongregasinya itu kepada Paus. Di sana ia mendapat bantuan istimewa dari Santo Philipus Neri. Dalam pada itu keprihatinannya yang besar pada bangsa-bangsa kafir yang belum mengenal Injil Kristus, mendorong dia untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan bagi imam-imam misionaris yang mau bekerja di luar negeri bagi penyebarluasan iman Kristiani. Lembaga ini kemudian terkenal dengan nama 'Kongregasi Penyebaran Iman' (Propaganda Fide). Untuk maksud itu, ia menyusun sebuah 'Kompendium' yang memuat ajaran-ajaran dasar Gereja. Dengan lembaga ini Yohanes Leonardi dan para imam pendukungnya menjadi sarana Tuhan untuk mempertahankan harta kekayaan iman Gereja. Kongregasinya disahkan oleh Paus Klemens VIII (1592-1605) pada tahun 1595. Yohanes wafat dalam usia 68 tahun pada tanggal 9 Oktober 1069, dan dinyatakan sebagai 'santo' oleh Paus Pius XI (1922-1939) pada tahun 1938.

Renungan Hari Selasa Biasa XXVII - Thn II


Renungan Hari Selasa Pekan Biasa XXVII B/II
Bac I  Gal 1: 13 – 24 ; Injil      Luk 10: 38 – 42

Dalam Injil hari ini ditampilkan dua sosok yang menjadi sorotan: Marta dan Maria. Dua wanita ini menampilkan dua aktivitas yang berbeda terhadap Yesus. Marta sibuk melayani, sedangkan Maria duduk manis mendengarkan sabda Yesus.

Atas dua sikap berbeda itu orang memberikan makna sikap hidup doa dan meditatif untuk sikap Maria; dan sikap aktif melayani untuk sikap Marta. Kita akhirnya tahu bahwa Yesus memuji sikap Maria dan “mencela” sikap Marta. Dari sini orang melihat bahwa sikap hidup doa dan meditatif adalah yang terpenting dalam hidup.

Tentulah hal itu tidak dimaksudkan oleh Tuhan lewat sabda-Nya ini. Tuhan tetap menghendaki adanya keseimbangan antara sikap melayani dan sikap doa meditatif. Dalam Injil ini memang terlihat bahwa prioritas ada pada sikap doa meditatif. Ini bisa dimengerti jika kita melihat konteksnya.

Yesus waktu itu hanya mampir sebentar di rumah Marta dan Maria. Mungkin tujuannya hanya melihat keadaan mereka, setelah itu Yesus dan rombongan melanjutkan perjalanan. Selain itu juga waktu Yesus di dunia tidaklah lama. Nah, dalam waktu yang serba singkat ini Yesus melihat tidak perlu merepotkan diri dengan urusan-urusan yang kurang penting.

Lewat Injil-Nya ini Tuhan menghendaki agar kita senantiasa belajar untuk melihat prioritas dalam hidup kita. Prioritas itulah yang hendaknya dikerjakan. Tuhan tidak menghendaki agar prioritas lain mengalahkan prioritas utama kita.

by: adrian