Sangat menarik membaca buku karya L Fatoohi yang berjudul “The
Historical of Jesus” . Dari judulnya saja, buku tersebut memiliki daya
tarik. Kesan pertama membaca judulnya adalah bahwa buku itu menampilkan kisah
yang bertentangan dengan ajaran Gereja selama ini. Kalau memakai cara pandang
orang islam, buku tersebut akan dianggap melecehkan bahkan menghina agama
kristen. Namun bagi umat islam sendiri buku ini menjadi favorit, karena
bisa dijadikan amunisi menyerang orang kristen.
Akan tetapi, bila buku ini dibaca dengan kritis, yaitu dengan menggunakan akal sehat, maka akan terlihat sejumlah kelemahan argumentasi serta
kesesatan pikir.
Mengkritisi
Fatoohi dan Cara Pandangnya
Fatoohi sekarang adalah seorang mualaf. Dulunya dia katolik. Akan tetapi,
sebagaimana diakui sendiri oleh Fatoohi, ia dan keluarganya bukanlah penganut
katolik yang taat dan religius. Karena itu, wajar bila menginjak usia remaja,
Fatoohi mengalami krisis iman. Hal ini lumrah terjadi dalam diri seorang remaja
(bdk. Elizabeth B Hurlock, Psikologi Perkembangan, 1980, hlm 222).
Dasar imannya saja sudah tak kuat, ditambah lagi dengan gejolak remaja, maka
kekatolikannya pun luntur. Tidak ada semacam usaha pencarian ajaran dan
pengetahuan iman. Karena itu, menginjak usia SMA Fatoohi dengan mudah menjadi
ateis.
Baru pada tahun kedua di universitas, benih iman islam mulai bersemi. Perkenalan dengan islam diikuti dengan pencarian akan ajaran dan pengetahuan iman. Hal ini cukup memadai mengingat saat itu Fatoohi sudah berstatus mahasiswa. Sudah ada kematangan emosi dan intelektual. Fatoohi sendiri mengatakan bahwa ia secara serius mempelajarinya meski tidak secara sistematis; hal mana tidak terjadi ketika ia masih remaja. Dengan ilmu islam yang ia dapat, Fatoohi mulai mengkritisi Injil. Dan ini bisa ditebak apa hasilnya. (bdk. Beda Cara Pandang). Akhirnya, pada usia 23 tahun Fatoohi resmi menganut islam.