Minggu, 09 Desember 2012

Orang Kudus 9 Desember: St. Fransiskus Antonius

SANTO FRANSISKUS ANTONIUS, PENGAKU IMAN
Fransiskus Antonius lahir di Lucera, Apulia, Italia, pada tahun 1681. Nama kecilnya ialah Antonius Nikolas dan dipanggil dengan nama Yohanie. Ayahnya, Fasani, seorang petani miskin di daerah itu. Tatkala Yohanie berusia 10 tahun, ayahnya meninggal dunia. Dengan itu ia tidak begitu dalam mengalami pendidikan dan kehangatan cinta seorang ayah di dalam keluarga. Namun hal itu dialaminya kembali ketika ibunya menikah lagi dengan seorang petani di situ. Ayah tirinya sangat baik hati dan mendidiknya sungguh-sungguh seperti anak kandungnya sendiri. Atas bimbingan ayah tirinya, Yohanie dapat berkembang baik dan kemudian masuk sekolah dasar di Lucera. Setelah menamatkan studinya Yohanie masuk biara di Lucera atas kehendaknya sendiri yang direstui kedua orang tuanya.

Pada usia 15 tahun ia sudah mengenakan jubah novisiat dan tinggal di kota Monte Gargano. Pada tahun 1707 ia ditahbiskan menjadi imam di kota Asisi. Kemungkinan pada waktu itulah ia mengambil nama ‘Fransiskus Antonius’. Setelah menjadi imam ia masih melanjutkan studinya dalam bidang filsafat. Berkat ketekunan dan kecerdasannya maka dalam waktu singkat ia dapat menyelesaikan pelajarannya. Selanjutnya ia menjabat dosen filsafat di Kolese Lucera, sambil berkarya melayani umat. Ia giat berkotbah demi pengembangan iman umatnya dan rekan sebiaranya.

Masa tuanya dihabiskan di Lucera. Keberhasilan hidupnya tidak terletak pada jabatannya sebagai dosen yang terkenal, tetapi karena cinta kasih dan pelayanannya yang tulus kepada umatnya. Ia pun sering berkotbah di Apulia. Dengan aktif ia mengumpulkan dana bagi kaum miskin dan menghibur para tahanan yang menghadapi hukuman mati. Meskipun berbagai kesibukannya, ia tetap menyediakan waktu untuk menerima orang-orang yang datang untuk meminta nasehatnya. Umatnya sungguh mencintai dia: menerima dia apa adanya, kebaikan dan kekurangannya. Fransiskus Antonius sering mengajak umatnya untuk berdoa rosario bersama, berziarah dan mengadakan novena. Ia wafat pada tahun 1742

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Dokumen Konsili Vatikan II: Konstitusi Dogmatis Wahyu Ilahi

Sambungan Minggu Lalu.....

BAB LIMA
PERJANJIAN BARU

17. (Keluhuran Perjanjian Baru)
Sabda Allah, yang merupakan kekuatan Allah demi keselamatan semua orang yang beriman (lih. Rom 1:16), dalam kitab-kitab Perjanjian Baru disajikan secara istimewa dan memperlihatkan daya kekuatannya. Sebab setelah genap waktunya (lih. Gal 4:4), Sabda yang menjadi daging dan diam di antara kita penuh rahmat dan kebenaran (lih. Yoh 1:14). Kristus mendirikan Kerajaan Allah di dunia, dengan karya dan sabda-Nya menampakkan Bapa-Nya dan Diri-Nya sendiri, dengan wafat, kebangkitan serta kenaikan-Nya penuh kemuliaan, pun dengan mengutus Roh Kudus menyelesaikan karya-Nya. Setelah ditinggikan dari bumi Ia menarik semua orang kepada diri-Nya (lih. Yoh 12:32, yun). Dialah satu-satunya, yang mempunyai sabda kehidupan kekal (lih. Yoh 6:68). Adapun rahasia itu tidak dinyatakan kepada angkatan-angkatan lain, seperti sekarang telah diwahyukan dalam Roh Kudus kepada para Rasul-Nya yang suci serta para Nabi (lih. Ef 3:4-6, yun), supaya mereka mewartakan Injil, membangkitkan iman akan Yesus Kristus dan Tuhan, dan menghimpun Gereja. Tentang peristiwa-peristiwa itu dalam kitab-kitab Perjanjian Baru terdapat kesaksian kekal dan ilahi.

18. (Asal-usul Injil dari para Rasul)
Semua orang tahu, bahwa di antara semua kitab, juga yang termasuk Perjanjian Baru, Injillah yang sewajarnya menduduki tempat istimewa. Sebab Injil merupakan kesaksian utama tentang hidup dan ajaran Sabda yang menjadi daging, Penyelamat kita. Selalu dan di mana-mana Gereja mempertahankan dan tetap berpandangan, bahwa keempat Injil berasal dari para rasul. Sebab apa yang atas perintah Kristus diwartakan oleh para rasul, kemudian dengan ilham Roh ilahi diteruskan secara tertulis kepada kita oleh mereka dan orang-orang kerasulan, sebagai dasar iman, yakni Injil dalam keempat bentuknya menurut Mateus, Markus, Lukas dan Yohanes.[31]

19. (Sifat historis Injil)
Bunda Gereja yang kudus di masa lampau mempertahankan dan tetap setia berpegang taguh pada pandangan, bahwa keempat Injil tersebut, yang sifat historisnya diakui tanpa ragu-ragu, dengan setia meneruskan apa yang oleh Yesus Putera Allah selama hidupnya di antara manusia sungguh telah dikerjakan dan diajarkan demi keselamatan kekal mereka, sampai hari Ia diangkat (lih. Kis 1:1-2). Sesudah kenaikan Tuhan para Rasul meneruskan kepada para pendengar mereka apa yang dikatakan dan dijalankan oleh Yesus sendiri, dengan pengertian yang lebih penuh, yang mereka peroleh[32] karena dididik oleh peristiwa-peristiwa mulia Kristus dan oleh terang Roh kebenaran.[33] Adapun cara penulis suci mengarang keempat Injil dan memilih berbagai dari sekian banyak hal yang telah diturunkan secara lisan atau tertulis; beberapa hal mereka susun secara agak sintetis, atau mereka uraikan dengan memperhatikan keadaan Gereja-gereja; akhirnya dengan tetap mempertahankan bentuk pewartaan, namun sedemikian rupa, sehingga mereka selalu menyampaikan kepada kita kebenaran yang murni tentang Yesus.[34] Sebab mereka menulis, entah berdasarkan ingatan dan kenangan mereka sendiri, entah berdasarkan kesaksian mereka “yang dari semula menjadi saksi mata dan pelayan sabda”, dengan maksud supaya kita mengenal “kebenaran” kata-kata yang diajarkan kepada kita (lih. Luk 1:2-4).

20. (Kitab-kitab Perjanjian Baru lainnya)
Kecuali memuat keempat Injil kanon Perjanjian Baru juga mencantumkan surat-surat St. Paulus serta tulisan para Rasul lainnya yang dikarang dengan ilham Roh Kudus. Menurut rencana Allah yang bijaksana dalam tulisan-tulisan itu diteguhkan mengenai segala sesuatu mengenai Kristus Tuhan, ajaran-Nya yang sejati semakin jelas, diwartakan daya kekuatan karya ilahi Kristus yang menyelamatkan, dikisahkan awal mula Gereja dan penyebarannya yang mengagumkan, dan dinubuatkan penyelesaiannya dalam kemuliaan.

Sebab Tuhan Yesus menyertai para Rasul-Nya seperti telah dijanjikan-Nya(lih. Mat 28:20), dan Ia mengutus Roh Pembantu kepada mereka, untuk membimbing mereka memasuki kepenuhan kebenaran (lih. Yoh 16:13).


[31] Lih. S. IRENIUS, Melawan bidaah-bidaah, III,11,8: PG 7:885; terb. SAGNARD, hlm. 194.
[32] Yoh 2:22; 12:16; lih. 14:26; 16:12-13; 7:39
[33] Lih. Yoh 14:26; 16:13.
[34] Lih. Instruksi Sancta Mater Ecclesia, yang dikeluarkan oleh panitia Kepausan untuk memajukan studi Kitab suci: AAS 56 (1964) hlm. 715.
 Bersambung Minggu Depan....

Renungan Hari Minggu Adven II-C

Renungan Hari Minggu Adven II, Thn C/I
Bac I : Bar 5: 1 – 9; Bac II         : Flp 1: 4 – 6, 8 – 11
Injil  : Luk 3: 1 – 6

Inti sabda Tuhan hari ini adalah ajakan untuk bertobat. Dalam bacaan pertama yang diambil dari Kitab Barukh, ajakan bertobat itu dikiaskan dengan "menanggalkan pakaian kesedihan dan kesengsaraan dan mengenakan perhiasan kemuliaan Allah." (ay. 1).

Ajakan bertobat dalam Injil Lukas, yang disuarakan oleh Yohanes Pembaptis, tanpa memakai kiasan. Yohanes langsung to the point. "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis." (ay. 3). 'Dibaptis' juga merupakan salah satu ritus tobat, karena 'dibaptis' berarti dibersihkan; yang kotor-kotor pada diri kita dibersihkan dengan air.

Untuk apa orang bertobat? Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi memberikan salah satu alasannya, yaitu "supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus." (ay. 10).

Saat ini kita sedang dalam masa adven, persiapan menyambut hari kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus dalam perayaan natal. Seruan sabda Tuhan hari ini menjadi salah satu persiapan kita di masa adven. Tuhan menghendaki agar kita bertobat.

by: adrian