Minggu, 10 Maret 2013

(Pencerahan) Sekali lagi soal Ego

Buanglah kehampaanmu!
Ia mengira sungguh amat penting
menjadi miskin dan hidup bermatiraga.
Tidak pernah ia menyangka,
bahwa yang paling penting ialah
melepaskan ‘ego’-nya.
‘Ego’ dapat menjadi-jadi
karena kesucian maupun karena keduniawian,
karena kemiskinan maupun karena kekayaan,
karena bermatiraga maupun karena hidup mewah.
Tidak ada sesuatu pun yang tidak digunakan
oleh ‘ego’ untuk melambungkan diri.

Murid:
Aku datang kepadamu
dengan tangan hampa

Guru:
Buanglah kehampaan itu
sekarang juga!
                Murid:
                        Bagaimana aku dapat
membuangnya? Hanya
kehampaan belaka.
                Guru:
                        Kalau begitu, bawalah serta
                        ke mana saja engkau pergi.

ð  Engkau dapat membuang kehampaan menjadi milikmu. Dan membawa serta matiragamu bagaikan sebuah piala penghargaan. Jangan membuang milikmu. Buanglah ‘ego’-mu!

by: Anthony de Mello, Burung Berkicau
Baca juga refleksi lainnya:

Dokumen Konsili Vatikan II: Lumen Gentium (10)

Sambungan sebelumnya....
KONSTITUSI DOGMATIS TENTANG GEREJA

BAB EMPAT
PARA AWAM
30.(Prakata)
Seusai menguraikan tugas hirarki, Konsili suci dengan rela mengarahkan perhatiannya kepada status kaum beriman kristiani yang disebut awam. Segala sesuatu, yang telah dikatakan tentang Umat Allah, sama-sama dimaksudkan bagi kaum awam, pria maupun wanita, mengingat kedudukan dan perutusan mereka. Karena situasi khas seperti zaman kita sekarang hal-hal itu perlu diselidiki azas-azasnya secara lebih mendalam. Sebab para Gembala Gereja betul-betul memahami, betapa besar sumbangan kaum awam bagi kesejahteraan seluruh Gereja. Para Gembala mengetahui bahwa mereka diangkat oleh Kristus bukan untuk mengemban sendiri seluruh misi penyelamatan Gereja di dunia. Melainkan tugas mereka yang mulia yakni: menggembalakan umat beriman dan mengakui pelayanan-pelayanan serta kurnia-kurnia (karisma) mereka sedemikian rupa sehingga semua saja dengan cara mereka sendiri sehati-sejiwa bekerja sama untuk mendukung karya bersama. Sebab mereka semua wajib “menjalankan kebenaran dalam cinta kasih, dan dalam segalanya bertumbuh dalam Kristus, yakni Kepala kita: dari pada-Nya bertumbuhlah seluruh tubuh, guna membangun diri dalam cinta kasih, dipersatukan dan dihubungkan dengan segala macam sendi-sendi yang harus melayani keseluruhannya sekedar pekerjaan yang sesuai dengan tenaga masing-masing anggota” (Ef 4:15-16).

31.(Apa yang dimaksud dengan istilah “awam”)
Yang dimaksud dengan istilah awam di sini ialah semua orang beriman kristiani kecuali mereka yang termasuk golongan imam atau status religius yang diakui dalam Gereja. Jadi kaum beriman kristiani, yang berkat Baptis telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi Umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus, dan dengan demikian sesuai dengan kemampuan mereka melaksanakan perutusan segenap umat kristiani dalam Gereja dan di dunia.

Ciri khas dan istimewa kaum awam yakni sifat keduniaannya. Sebab mereka yang termasuk golongan imam, meskipun kadang-kadang memang dapat berkecimpung dalam urusan-urusan keduniaan, juga dengan mengamalkan profesi keduniaan berdasarkan panggilan khusus dan tugas mereka terutama diperuntukkan bagi pelayanan suci. Sedangkan para religius dengan status hidup mereka memberi kesaksian yang cemerlang dan luhur bahwa dunia tidak dapat diubah dan dipersembahkan kepada Allah tanpa semangat Sabda bahagia. Berdasarkan panggilan mereka yang khas, kaum awam wajib mencari kerajaan Allah dengan mengurusi hal-hal yang fana dan mengaturnya seturut kehendak Allah. Mereka hidup dalam dunia, artinya: menjalankan segala macam tugas dan pekerjaan duniawi dan berada di tengah kenyataan biasa hidup berkeluarga dan sosial. Hidup mereka kurang lebih terjalin dengan itu semua. Di situlah mereka dipanggil oleh Allah untuk menunaikan tugas mereka sendiri dengan dijiwai semangat Injil dan dengan demikian ibarat ragi membawa sumbangan mereka demi pengudusan dunia bagaikan dari dalam. Begitulah mereka memancarkan iman, harapan dan cinta kasih terutama dengan kesaksian hidup mereka serta menampakkan Kristus kepada sesama. Jadi tugas mereka yang istimewa yakni: menyinari dan mengatur semua hal-hal fana, yang erat-erat melibatkan mereka, sedemikian rupa, sehingga itu semua selalu terlaksana dan berkembang menurut kehendak Kristus demi kemiliaan Sang Pencipta dan Penebus.

32.(Martabat kaum awam sebagai anggota Umat Allah)
Atas penetapan ilahi Gereja kudus diatur dan dipimpin dengan keanekaragaman yang mengagumkan. “Sebab seperti kita dalam satu tubuh mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota mempunyai tugas yang sama: begitu pula kita yang banyak ini merupakan satu tubuh dalam Kristus sedangkan kita masing-masing merupakan anggota yang seorang terhadap yang lain” (Rom 12:4-5).

Jadi satulah Umat Allah yang terpilih: satu Tuhan, “satu iman, satu Baptis” (Ef 4:5). Samalah martabat para anggota karena kelahiran mereka kembali dalam Kristus; sama rahmat para putera; sama pula panggilan kepada kesempurnaan; satu keselamatan, satu harapan dan tak terbagilah cinta kasih. Jadi dalam Kristus dan dalam Gereja tidak ada perbedaan karena suku atau bangsa karena kondisi sosial atau jenis kelamin. Sebab “tidak ada Yahudi atau Yunani: tidak ada budak atau orang merdeka: tidak ada pria atau wanita. Sebab kamu semua itu ‘satu’ dalam Kristus Yesus” (Gal 3:28 yun; lih. Kol 3:11).

Maka kendati dalam Gereja tidak semua menempuh jalan yang semua jalan sama namun semua dipanggil dalam kesucian dan menerima iman yang sama dalam kebenaran Allah (lih 2Ptr 1:1). Meskipun ada yang atas kehendak Kristus diangkat menjadi guru, pembagi misteri-misteri dan gembala bagi sesama, namun semua toh sungguh-sungguh sederajat martabatnya, sederajat pula kegiatan yang umum bagi semua orang beriman dalam membangun Tubuh Kristus. Sebab pembedaan yang diadakan Tuhan antara lain para pelayan yang ditahbiskan dan para anggota Umat Allah yang lain, membawa serta suatu hubungan sebab para gembala dan orang-orang beriman lainnya saling terikat karena kebutuhan mereka bersama. Dengan menganut teladan Tuhan, para Gembala Gereja saling mengabdi dan melayani umat beriman lainnya. Sedangkan kaum beriman dengan suka hati bekerja sama dengan para Gembala dan guru mereka. Begitulah dengan aneka cara semua memberi kesaksian tentang kesatuan yang mengagumkan dalam Tubuh Kristus: sebab keanekaan rahmat, pelayanan dan kegiatan manghimpun para anak Allah menjadi satu, sebab “semua itu dikerjakan oleh Roh yang satu dan sama” (1Kor 12:11).

Berkat kerahiman Allah para awam bersaudarakan Kristus, yang sungguhpun Ia Tuhan segala sesuatu – telah datang tidak untuk dilayani melainkan untuk melayani (lih Mat 20:28). Begitu pula kaum awam bersaudarakan mereka, yang diangkat ke dalam pelayanan suci dan dengan mengajar, menguduskan serta membimbing dengan kewibawaan Kristus menggembalakan keluarga Allah sedemikian rupa sehingga perintah baru tentang cinta kasih dilaksanakan oleh semua. Perihal itu bagus sekali dikatakan oleh S. Agustinus : “Bila saya merasa takut karena saya ini untuk kamu, saya merasa terhibur karena saya bersama kamu. Sebab bagi kamu saya ini uskup, bersama kamu saya orang kristiani. Uskup itu nama jabatan, kristiani nama rahmat; yang pertama merupakan resiko, yang lain keselamatan”.[113]


[113] S. AGUSTINUS, Kotbah 340,1: PL 38, 1483.

Orang Kudus 10 Maret: St. Yohanes

SANTO YOHANES, BIARAWAN
Biarawan muda ini memiliki kegemaran membaca buku-buku perdukunan hingga ia sendiri melakukan praktek klinik perdukunan secara gelap. Oleh kawan-kawannya ia dituduh bertakhyul dan dimasukkan ke dalam tahan biara di sebuah ruang yang sangat kotor.

Menyadari perbuatannya yang melawan ajaran iman ini, ia bertobat dan mengakui kesalahan-kesalahannya. Untuk menebus dosa-dosanya ia melakukan puasa dan tapa keras di ruang tahanan yang pengap itu. Melihat pertobatannya yang mendalam itu, kawan-kawannya mengajak dia kembali ke dalam kehidupan normal di dalam komunitas biara. Tetapi ia lebih suka bermatiraga keras di ruang tahanan itu hingga menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ia banyak menulis dan menjadi seorang pengarang yang terkenal. Ia meninggal dunia pada tahun 1380.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Minggu Prapaskah IV-C

Renungan Hari Minggu Prapaskah IV, Thn C/I
Bac I : Yos 5: 9a, 10 – 12; Bac II : 2Kor 5: 17 – 21
Injil       : Luk 15: 1 – 3, 11 – 32

Masa prapaskah merupakan masa tobat. Karena itu, sabda Tuhan hari ini berbicara tentang pertobatan. Bertobat berarti meninggalkan dosa dan kesalahan. Ini berarti juga berdamai dengan Allah dan sesama. Dalam pertobatan ada pengampunan. Pertobatan itu datang dari manusia, sedangkan pengampunan berasal dari Allah

Paulus, dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus, yang menjadi bacaan kedua hari ini, mengajak umat kristen untuk bertobat. Bagi Paulus, bertobat merupakan perdamaian dengan Allah dalam Kristus Yesus. Kristus merupakan perantara perdamaian antar manusia dan Allah (ay. 18-19). Dan dengan bertobat kita menjadi "ciptaan baru." (ay. 17).

Pertobatan dalam Injil hari ini terlihat dalam diri anak bungsu. Setelah meninggalkan bapanya dan hidup dalam dosa lainnya di tanah asing, si bungsu akhirnya kembali lagi ke rumah bapanya. Ia berdamai dengan bapanya. Dengan berdamai lagi dengan bapanya, si bungsu menjadi manusia baru. Kebaruan itu tampak pada pengenaan jubah yang terbaik, cincin dan sepatu. Istilah lain manusia baru diungkapkan dengan kalimat, "Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria." (ay. 24).

Melalui sabda Tuhan hari ini kita disadarkan bahwa Allah itu mahakasih dan maha pengampun, bukan pemarah atau penghukum. Allah tidak menghukum kita atas dosa dan pelanggaran kita, melainkan Allah tetap mengasihi dan berharap kita kembali kepada-Nya. Allah berharap kita selalu bertobat. Allah ibarat bapa dalam perumpamaan tentang anak yang hilang yang tidak marah atau menghukum si bungsu tetapi menyambutnya dengan gembira dan membuatkan pesta.

by: adrian