Selasa, 15 Januari 2013

Orang Kudus 15 Januari: St. Arnoldus Janssen

SANTO ARNOLDUS JANSSEN, IMAM
Arnoldus Janssen adalah seorang imam berkebangsaaan Jerman, pendiri dan pemimpin umum Serikat Sabda Allah. Ia lahir di Goch, Jerman, pada tahun 1837 dan meninggal dunia pada tahun 1909 di Steijl, Belanda.

Ia pernah menjadi guru di Bocholt. Pada tahun 1867 ia menjabat sebagai Direktur Kerasulan Doa untuk Jerman dan Austria. Perhatiannya sangat besar pada usaha penyatuan kembali umat kristen. Untuk maksud itu, ia mengusahakan perayaan misa harian di makam Santo Bonifasius di Fulda. Agar supaya ia punya lebih banyak waktu untuk kegiatan-kegiatannya, ia diangkat menjadi rektor Suster-suster Ursulin di Kempen. Di sana ia menerbitkan majalah “Utusan Hati Kudus”. Atas himbauan Uskup Raimondi, pada tahun 1875, ia membuka “Rumah Misi”-nya di Steijl, dekat Venlo, sebab memulai karya baru di Jerman telah menjadi mustahil karena “perang kebudayaan”, yang berlangsung di sana. Dari Rumah misi ini lahirlah Serikat Sabda Allah, dengan karya-karya misi di seluruh dunia: Amerika Utara di tengah-tengah orang Negro; Amerika Latin: Argentina, Brasil dan Chile; Asia: Cina, Jepang, Filipina, Indonesia dan India; Papua Nugini dan Afrika: Akkra dan Zaire.

Ia mencari sumber keuangan untuk karya misi yang begitu raksasa dengan karya sendiri, terutama dengan mendirikan sebuah percetakan yang di tahun suci 1925 dijadikan percetakan kepausan.

Maksud kedua dari percetakan ini ialah menyebarkan bacaan bermutu dan menanamkan pengetahuan tentang karya misi serta menanamkan cinta kasih untuk karya ini. dengan gigih ia juga memajukan ilmu pengetahuan dengan mendirikan Institut Anthropos dan Institut Kartografis Santo Gabriel di Moedling, dekat Wina.

Banyak retret tertutup diusahakannya, baik untuk para iamam maupun untuk kaum awam. Ia juga giat mempropagandakan devosi kepada Roh Kudus dan Tritunggal Mahakudus. Ia masih mendirikan dua kongregasi suster, yaitu Kongregasi Suster Abdi Roh Kudus dan Kongregasi Suster Sembah Sujud Abdi Roh Kudus. Kongregasi suster yang pertama pergi ke daerah-daerah misi,sedangkan yang kedua menyelenggarakan sembah sujud abadi untuk memohonkan berkat Tuhan atas karya misi itu.

Pada tahun 1935 proses informatif untuk pernyataan atas dirinya sebagai Beato diadakan, sedangkan proses Apostolik dibuka pada tahun 1943. Pada Hari Minggu Misi seduni dalam Tahun Suci 1975, Arnoldus Janssen bersama Yosef Freinadametz diangkat ke dalam kalangan para Beato oleh Paus Paulus VI, dan pada bulan Oktober 2003 oleh Paus Yohanes Paulus II mereka digelari kudus. 

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun & http://yesaya.indocell.net/id446.htm

Renungan Hari Selasa Biasa I

Renungan Hari Selasa Biasa I, Thn C/I
Bac I : Ibr 2: 5 – 12; Injil       : Mrk 1: 21b – 28

Dalam bacaan pertama, penulis Surat Kepada Orang Ibrani mengungkapkan keagungan dan kemuliaan Tuhan Yesus Kristus. Keagungan dan kemuliaan-Nya jauh melebihi para malaikat. Yesus begitu agung dan mulia karena Dia mau merendahkan diri. Artinya, Yesus sangat rendah hati dengan mengambil rupa manusia. Karena kerendahan hati-Nya inilah, maka Dia diangkat dan dianugerahi mahkota kemuliaan dan hormat.

Kerendahan hati Yesus terlihat juga dalam caranya mengajar. Dalam Injil hari ini diceritakan bahwa Yesus mengajar orang banyak di rumah ibadah. Dikatakan bahwa semua orang kagum pada Yesus sebab "mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat." (ay. 22). Padahal Yesus bukan ahli dan tidak memiliki pendidikan khusus.

Kuasa mengajar Yesus itu lahir dari kerendahan hatinya. Kerendahan hati itu membuat bahasa pengajaran Yesus adalah bahasa rakyat. Kerendahan hati itu membuat Yesus tampil dengan kejujuran tanpa topeng kepalsuan. Kerendahan hati itu membuat ada kesatuan rasa dan budi dengan rakyat. Inilah yang membedakan Yesus dengan para ahli Taurat.

Kerendahan hati itu juga yang membuat setan terusik dan berteriak, "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." (ay. 24). Setan adalah simbol kebohongan dan kesombongan.

Karena itu, sabda Tuhan hari ini menghendaki kita meniru kerendahan hati Yesus. Hendaklah dalam kehidupan sehari-hari kita membangun sikap rendah hati, baik dalam membangun relasi dengan sesama juga dengan Tuhan.

by: adrian