Selasa, 21 Januari 2014

Kreatif dan rekoleksi (1995 - 1996)







(Pencerahan) Cara Pandang Multi Dimensi

GUNAKANLAH CARA PIKIR ORANG LAIN JUGA

Suatu hari, pesawat yang membawa seorang ahli arkeologi jatuh di rimba Kalimantan. Hanya sang ahli ini saja yang hidup. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada ia coba mencari-cari dan mengumpulkan sisa-sisa makanan yang ada untuk bertahan hidup hingga tim penyelamat datang. Menjelang sore, ia duduk santai beristirahat. Seekor moyet datang menghampirinya. Monyet itu duduk di hadapannya. Mereka saling bertatapan.

Sang ahli arkeologi ini menatap serius sang monyet. Dalam hati ia berkata, inilah dulu nenek moyang kami, manusia, seperti yang dikatakan engkong Darwin.

Si monyet menggaruk-garukkan kepalanya sambil berkata, ini kayaknya dulu nenek moyang kami.

Ini hanya sebuah cerita. Satu hal yang hendak disampaikan cerita ini adalah bahwa manusia selalu menggunakan sudut pandangnya saja dan menganggapnya sebagai suatu kebenaran. Jarang sekali manusia mau menggunakan cara pikir orang lain juga.

Sama seperti sang ahli arkeologi tadi. Dia hanya memakai cara pandang dia saja, bahwa manusia berasal dari monyet. Ini didasari pada teori evolusi Darwin. Dari cara pandang ini, lahirlah sebuah kebenaran yang berlaku universal; tapi sayang hanya berlaku bagi manusia saja. Coba gunakan cara pikir monyet juga? Siapa tahu monyet juga berpikir bahwa dirinya berasal dari manusia. Artinya, manusia berevolusi menjadi monyet. Apa dasarnya?

Kalau manusia dari monyet, dasarnya adalah teori Darwin. Bagaimana dengan monyet berasal dari manusia? Janganlah karena tidak ada dasarnya, lantas tidak diakui. Bisa saja ada monyet yang mengeluarkan teori evolusi tersebut, tapi hingga kini belum diketahui atau ditemui oleh manusia. Karena keterbatasan manusia sajalah yang membuat kita tidak menemukan teori monyet itu.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali menemukan perbedaan pendapat. Beda pendapat ini kerap ditimbulkan karena perbedaan sudut pandang atau cara berpikir saja. Oleh karena itu, hendaklah kita jangan memaksakan pendapat kita yang paling benar dan memvonis pendapat orang lain itu salah. Cobalah sesekali kita memakai cara pikir orang lain sama seperti kita menggunakan cara pikir kita sendiri.

Namun di atas semuanya itu dibutuhkan kejujuran hati nurani yang besar. Karena ada banyak orang yang ngotot dengan pendapatnya hanya karena ingin membela kepentingan tersembunyi.
Moro, 20 Januari 2014
by: adrian

Orang Kudus 21 Januari: St. Fruktuosus, dkk

SANTO FRUKTUOSUS, AUGURIUS & EULOGIUS, MARTIR
Fruktuosus adalah Uskup Tarragona, Spanyol. Pada suatu hari Minggu di tahun 259. Beberapa tentara Romawi memanggilnya bersama Augurius dan Eulogius, kedua diakonnya untuk menghadap pengadilan kaisar. Mereka selanjutnya dipenjarakan. Kejadian ini menggemparkan seluruh umat. Namun ketiga saksi Kristus ini menggangap peristiwa pemenjaraan atas diri mereka sebagai suatu pengalaman keikutsertaan mereka dalam sengsara Kristus dan kesempatan emas untuk memberi kesaksian iman. Dalam penjara itu, Uskup Fruktuosus berhasil mempertobatkan seorang narapidana bernama Rogasianus.

Kepada Fruktuosus gubernur bertanya apakah dia tidak tahu tentang peraturan Kaisar mengenai penghormatan kepada dewa-dewa. Dengan tegas Uskup Fruktuosus menjawab bahwa dirinya tidak tahu. Namun Uskup Fruktuosus menegaskan pula bahwa dirinya adalah seorang Kristen. Dia hanya menyembah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, laut dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, bukan kepada dewa-dewa.

Gubernur juga menanyai Augurius dan Eulogius apakah mereka juga menyembah Fruktuosus. Eulogius menjawab bahwa dia bukan menyembah Fruktuosus, melainkan Allah yang Mahatinggi.

Gubernur ternyata tidak berdaya menghadapi tiga saksi Iman yang berani itu. Akhirnya Fruktuosus bersama kedua diakonnya dijatuhi hukuman mati pada tahun 259. Mereka dibakar hidup-hidup.

Renungan Hari Selasa Biasa II - Thn II

Renungan Hari Selasa Biasa II, Thn A/II
Bac I   : 1Sam 16: 1 – 13; Injil     : Mrk 2: 23 – 28

Bacaan pertama mengisahkan pemilihan Daud menjadi raja menggantikan Saul yang sudah ditolak Allah (ay. 1). Allah menghendaki agar Samuel segera mencari pengganti Saul, namun Samuel sedikit keberatan. Alasan Samuel sungguh masuk akal: Saul masih hidup. Dari segi aturan, pergantian raja baru bisa terjadi bila sang rajanya wafat. Namun Allah melihat apa yang terbaik bagi umat-Nya Israel.

Hal senada disampaikan oleh Yesus dalam Injil. Di sini diungkapkan pertentangan antara Yesus dengan orang-orang Farisi. Orang Farisi terikat kaku pada aturan, sementara Yesus menekankan kemanusiaan. Demi kemanusiaan aturan dapat dikompromi. Untuk membenarkan pernyataannya, Yesus mengambil contoh dari Kitab Suci tentang Daud. Orang Farisi tentu tidak asing dengan kisah tersebut, sehingga pembandingan itu benar-benar sebuah pukulan telak bagi mereka.

Aturan atau peraturan merupakan bagian hidup manusia. Setiap manusia, kapan dan dimana saja, selalu terikat dengan aturan. Peraturan itu dibuat demi terciptanya keteraturan hidup dalam kebersamaan. Sabda Tuhan hari ini mau memperlihatkan bagaimana sikap orang terhadap aturan. Ada orang yang bersikap kaku terhadap aturan (Samuel dan orang Farisi). Bagi mereka, tidak ada ruang kompromi. Ada orang yang bersikap fleksibel terhadap aturan (Allah dan Yesus). Di sini Tuhan menghendaki agar kita tidak bersikap kaku terhadap aturan. Jangan sampai aturan mengalahkan nilai-nilai kemanusiaan dan kehidupan manusia itu sendiri.

by: adrian