Selasa, 21 Januari 2014
(Pencerahan) Cara Pandang Multi Dimensi
GUNAKANLAH CARA PIKIR ORANG LAIN JUGA
Suatu hari, pesawat yang membawa seorang ahli arkeologi jatuh
di rimba Kalimantan. Hanya sang ahli ini saja yang hidup. Dengan sisa-sisa
tenaga yang ada ia coba mencari-cari dan mengumpulkan sisa-sisa makanan yang
ada untuk bertahan hidup hingga tim penyelamat datang. Menjelang sore, ia duduk
santai beristirahat. Seekor moyet datang menghampirinya. Monyet itu duduk di
hadapannya. Mereka saling bertatapan.
Sang ahli arkeologi ini menatap serius sang monyet. Dalam hati
ia berkata, inilah dulu nenek moyang kami, manusia, seperti yang dikatakan
engkong Darwin.
Si monyet menggaruk-garukkan kepalanya sambil berkata, ini
kayaknya dulu nenek moyang kami.
Ini hanya sebuah cerita. Satu hal yang hendak disampaikan
cerita ini adalah bahwa manusia selalu menggunakan sudut pandangnya saja dan
menganggapnya sebagai suatu kebenaran. Jarang sekali manusia mau menggunakan
cara pikir orang lain juga.
Sama seperti sang ahli arkeologi tadi. Dia hanya memakai cara
pandang dia saja, bahwa manusia berasal dari monyet. Ini didasari pada teori
evolusi Darwin. Dari cara pandang ini, lahirlah sebuah kebenaran yang berlaku
universal; tapi sayang hanya berlaku bagi manusia saja. Coba gunakan cara pikir
monyet juga? Siapa tahu monyet juga berpikir bahwa dirinya berasal dari manusia.
Artinya, manusia berevolusi menjadi monyet. Apa dasarnya?
Kalau manusia dari monyet, dasarnya adalah teori Darwin. Bagaimana
dengan monyet berasal dari manusia? Janganlah karena tidak ada dasarnya, lantas
tidak diakui. Bisa saja ada monyet yang mengeluarkan teori evolusi tersebut,
tapi hingga kini belum diketahui atau ditemui oleh manusia. Karena keterbatasan
manusia sajalah yang membuat kita tidak menemukan teori monyet itu.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali menemukan
perbedaan pendapat. Beda pendapat ini kerap ditimbulkan karena perbedaan sudut
pandang atau cara berpikir saja. Oleh karena itu, hendaklah kita jangan
memaksakan pendapat kita yang paling benar dan memvonis pendapat orang lain itu
salah. Cobalah sesekali kita memakai cara pikir orang lain sama seperti kita
menggunakan cara pikir kita sendiri.
Namun di atas semuanya itu dibutuhkan kejujuran hati nurani
yang besar. Karena ada banyak orang yang ngotot dengan pendapatnya hanya karena
ingin membela kepentingan tersembunyi.
Moro, 20 Januari 2014
by: adrian
Orang Kudus 21 Januari: St. Fruktuosus, dkk
SANTO FRUKTUOSUS, AUGURIUS & EULOGIUS, MARTIR
Fruktuosus adalah Uskup Tarragona, Spanyol. Pada suatu hari Minggu
di tahun 259. Beberapa tentara Romawi memanggilnya bersama Augurius dan
Eulogius, kedua diakonnya untuk menghadap pengadilan kaisar. Mereka selanjutnya
dipenjarakan. Kejadian ini menggemparkan seluruh umat. Namun ketiga saksi
Kristus ini menggangap peristiwa pemenjaraan atas diri mereka sebagai suatu
pengalaman keikutsertaan mereka dalam sengsara Kristus dan kesempatan emas
untuk memberi kesaksian iman. Dalam penjara itu, Uskup Fruktuosus berhasil
mempertobatkan seorang narapidana bernama Rogasianus.
Kepada Fruktuosus gubernur bertanya apakah dia tidak tahu tentang peraturan Kaisar mengenai penghormatan kepada dewa-dewa. Dengan tegas Uskup Fruktuosus menjawab bahwa dirinya tidak tahu. Namun Uskup Fruktuosus menegaskan pula bahwa dirinya adalah seorang Kristen. Dia hanya menyembah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, laut dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, bukan kepada dewa-dewa.
Gubernur juga menanyai Augurius dan Eulogius apakah mereka juga menyembah Fruktuosus. Eulogius menjawab bahwa dia bukan menyembah Fruktuosus, melainkan Allah yang Mahatinggi.
Gubernur ternyata tidak berdaya menghadapi tiga saksi Iman yang berani itu. Akhirnya Fruktuosus bersama kedua diakonnya dijatuhi hukuman mati pada tahun 259. Mereka dibakar hidup-hidup.
Renungan Hari Selasa Biasa II - Thn II
Renungan Hari Selasa
Biasa II, Thn A/II
Bac I : 1Sam 16: 1 – 13; Injil : Mrk 2: 23 – 28
Bacaan pertama mengisahkan pemilihan Daud menjadi raja
menggantikan Saul yang sudah ditolak Allah (ay. 1). Allah menghendaki agar
Samuel segera mencari pengganti Saul, namun Samuel sedikit keberatan. Alasan Samuel
sungguh masuk akal: Saul masih hidup. Dari segi aturan, pergantian raja baru
bisa terjadi bila sang rajanya wafat. Namun Allah melihat apa yang terbaik bagi
umat-Nya Israel.
Hal senada disampaikan oleh Yesus dalam Injil. Di sini
diungkapkan pertentangan antara Yesus dengan orang-orang Farisi. Orang Farisi
terikat kaku pada aturan, sementara Yesus menekankan kemanusiaan. Demi kemanusiaan
aturan dapat dikompromi. Untuk membenarkan pernyataannya, Yesus mengambil contoh
dari Kitab Suci tentang Daud. Orang Farisi tentu tidak asing dengan kisah
tersebut, sehingga pembandingan itu benar-benar sebuah pukulan telak bagi mereka.
Aturan atau peraturan merupakan bagian hidup manusia. Setiap manusia,
kapan dan dimana saja, selalu terikat dengan aturan. Peraturan itu dibuat demi
terciptanya keteraturan hidup dalam kebersamaan. Sabda Tuhan hari ini mau
memperlihatkan bagaimana sikap orang terhadap aturan. Ada orang yang bersikap
kaku terhadap aturan (Samuel dan orang Farisi). Bagi mereka, tidak ada ruang
kompromi. Ada orang yang bersikap fleksibel terhadap aturan (Allah dan Yesus). Di
sini Tuhan menghendaki agar kita tidak bersikap kaku terhadap aturan. Jangan sampai
aturan mengalahkan nilai-nilai kemanusiaan dan kehidupan manusia itu sendiri.
by: adrian
Langganan:
Postingan (Atom)