Senin, 16 April 2018

PROBLEMATIKA NIKAH BEDA AGAMA

Nikah beda agama bukannya tanpa masalah. Memang banyak orang bilang bahwa nikah antar umat yang seagama pun tak luput dari masalah. Namun perlu disadari bahwa yang seagama saja sudah rawan masalah, apalagi yang tidak. Karena itu, Gereja berkewajiban untuk melindungi umatnya demi terwujudnya cita-cita pernikahan itu.
Ada banyak akar persoalan dalam nikah beda agama yang bisa menjadi biang konflik. (1) Perbedaan konsep keagamaan. Adanya konsep pemahaman iman yang berbeda bisa menjadi kerikil-kerikil dalam kehidupan rumah tangga. Satu contoh pasangan Fery Mulyana (islam) dan Devi P (katolik). Awalnya hidup keluarga mereka harmonis. Namun kemudian Fery mulai mempertanyakan soal iman trinitas, alkitab, dan keallahan Yesus. Timbullah “perang” yang akhirnya dimenangi Fery, karena Devi menjadi mualaf.
(2) Perbedaan konsep pernikahan. Konsep pernikahan katolik adalah monogami dan tak terceraikan. Ini berbeda dengan agama lain yang membolehkan umatnya untuk poligami dan bercerai. Umat katolik yang menikah dengan orang, yang agamanya mengizinkan poligami dan perceraian, hidup dalam bahaya tersebut.
(3) Keterpecahan kepribadian anak. Anak yang lahir dari pasangan nikah beda agama akan dihadapkan dua model tuntunan teologi dan ibadah dua agama. Anak akan mengalami ketegangan dan tarik menarik keyakinan. Memang Gereja sudah memecahkan masalah ini lewat kan. 1125 no. 1. Namun hal ini bukan lantas menghilangkan masalah sama sekali.
(4) Beban ekonomi keluarga. Hidup dalam keluarga dengan dua keyakinan berbeda tentulah akan membuat living cost bertambah, khususnya menghadapi hari raya keagamaan.
by: adrian