Minggu, 15 Juni 2014

Nasehat Maria utk Para Imam

NASEHAT BUAT PARA IMAM

“Pada saat ini betapa banyak orang yang merayakan datangnya tahun baru dengan hiburan-hiburan yang sebagian besar hampa dan bertentangan dengan martabat luhur makhluk yang dikasihi dan ditebus oleh Puteraku.

Mereka, anak-anakku yang malang ini, menjadi mabuk dengan kehampaan, dan betapa tidak bahagianya mereka.

Untuk kamu, tetaplah waspada; berdoalah juga bagi mereka. Dengan tahun baru ini, saat-saat yang menentukan kini mendekat; peristiwa-peristiwa besar menanti kamu. Maka, awalilah tahun baru ini dengan bersujud, berdoa bersamaku.”
31 Desember 1973

diedit dari : Marian Centre Indonesia, Kepada Para Imam: Putra-putra Terkasih Bunda Maria. (hlm 111)

Orang Kudus 15 Juni: St. Germana Cousin

SANTA GERMANA CAUSIN, PERAWAN KUDUS
Germana Cousin lahir pada tahun 1579. Ayahnya seorang petani di desa Pibrak, Perancis. Ibunya meninggal dunia sewaktu ia masih bayi. Kemungkinan karena ditinggal mati ibunya sejak kecil, Germana selanjutnya bertumbuh besar sebagai seseorang yang tidak sehat badannya. Badannya lemah karena sakit paru-paru yang menimpanya, dan tangan kanannya yang lumpuh. Penderitaan ini semakin hebat tatkala ayahnya menikah lagi. Ia sungguh dianaktirikan oleh istri kedua ayahnya. Ia diperlakukan bukan sebagai anak, tidak diperbolehkan bergaul dengan adik-adiknya, tempat tidurnya di kandang domba atau di sudut bawah tangga rumah, dibiarkan kedinginan dan kelaparan. Padahal sehari-harinya ia dengan tekun menjaga domba-domba ayahnya.

Meski hebat penderitaan yang ditanggungnya, hatinya yang hampa kasih sayang duniawi manusia diisi Tuhan dengan cinta kasih dan penghiburan Ilahi. Germana yang sehari-harinya bertugas menjaga domba-domba di padang rumput, rajin merayakan Misa Kudus dan rajin berdoa setiap hari. Apabila tidak ada orang yang menggantikannya menjaga domba-dombanya, ia meninggalkan saja domba-domba itu di padang rumput agar bisa menghadiri perayaan Misa Kudus untuk menyambut Tubuh Tuhan. Ia yakin bahwa Tuhan akan memelihara dia dari segala yang jahat. Selain rajin berdoa dan mengikuti perayaan Misa Kudus, ia juga rajin mengumpulkan anak-anak sekolah dan bercerita kepada mereka tentang Yesus dan Bunda Maria.

Germana meninggal dunia pada tahun 1601 tatkala berusia 22 tahun. Peristiwa kematiannya tak diketahui siapapun termasuk anggota keluarganya. Pagi-pagi sekali ia ditemukan di atas tempat tidurnya di bawah tangga rumah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Kematiannya merupakan saat Allah menyatakan kesucian dirinya. Pada malam kematiannya, dua orang imam yang ada di daerah itu melihat pawai besar gadis-gadis menuju rumah Germana. Gadis-gadis ini kembali bersama dengan seorang temannya yang bermahkotakan bunga-bunga. Keesokan harinya, kabar kematian Germana sampai kepada imam-imam. Peristiwa ajaib ini adalah peristiwa pertama yang ditunjukkan Allah untuk menandakan kesucian Germana kepada orang di sekitarnya.

Selama 43 tahun tak ada peristiwa luar biasa yang terjadi di atas kubur Germana. Ketika seorang anggota keluarganya meninggal dunia, kuburan keluarga itu dibuka lagi. Betapa heran orang-orang yang datang ke kubur Germana. Mereka mendapati tubuh Germana masih terbaring dalam keadaan utuh dan segar. Sejak itu banyak terjadi mukjizat di kubur Germana. Pada tahun 1867 Germana dinyatakan kudus oleh karena kesabarannya menanggung penderitaan sebagai anak tiri.

Renungan HR Tritunggal Mahakudus, Thn A

Renungan HR Tritunggal Mahakudus, Thn A/II
Bac I    Kel 34: 4 – 6, 8 – 9; Bac II    2Kor 13: 11 – 13;
Injil      Yoh 3: 16 – 18;

Hari ini Gereja universal merayakan hari raya Allah Tritunggal Mahakudus. Allah Tritunggal merupakan salah satu ajaran iman umat Kristen. Allah satu namun hadir dalam tiga peran, yaitu Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus. Sabda Tuhan hari ini tidak secara spesifik berbicara tentang topik hari raya ini. Akan tetapi, ketiga bacaan liturgi hari ini mengungkap salah satu esensi Allah, yaitu kasih.

Allah yang adalah kasih tampak dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Keluaran. Dalam kitab itu dikisahkan perjumpaan Allah dengan Musa di Gunung Sinai. Musa telah memahat dua loh batu yang berisi perintah Tuhan Allah. Dalam perjumpaan itu Musa menyerukan nama Tuhan, yaitu “penyayang, pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya.” (ay. 6).  Musa memohon kepada Allah untuk senantiasa menunjukkan kasih-Nya kepada umat Israel, sekalipun bangsa itu adalah “suatu bangsa yang tegar tengkuk.” (ay. 9).

Dalam bacaan kedua kembali diperlihatkan esensi kasih dari Allah. Dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus, Paulus mengatakan bahwa Allah merupakan sumber kasih dan damai sejahtera (ay. 11). Di sini mau dikatakan bahwa dari Allah mengalirlah kasih kepada umat manusia. Bukti kasih Allah yang terbesar adalah kehadiran Tuhan Yesus di dunia. Inilah yang hendak dikatakan dalam Injil hari ini. Allah mencintai manusia dan ingin menyelamatkannya. Karena itu Ia mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal agar siapa yang percaya akan memperoleh selamat (ay. 16).

Bacaan liturgi hari ini memang tidak menyinggung secara eksplisit tentang Allah Tritunggal, namun mengambil tema kasih yang merupakan esensi dari Allah. Bahkan melalui kasih ini kita bisa melihat Allah Tritunggal itu. Pada mulanya adalah Allah, yang disapa Yesus sebagai Bapa. Allah ini penuh kasih pada umat-Nya, sekalipun kita selalu jatuh ke dalam dosa. Karena kasih-Nya, Allah ingin menyelamatkan kita. Karena itu, hadirlah Yesus Kristus, yang kita sapa sebagai Allah Putera. Yesus menunjukkan kasih-Nya yang terbesar dengan wafat di kayu salib. Setelah Yesus naik ke surga, Tuhan Yesus tidak ingin meninggalkan kita seperti yatim piatu. Tuhan masih menunjukkan kasih-Nya kepada kita. Maka, diutus-Nyalah Roh Kudus untuk menyertai kita senantiasa.

Jadi, semua karena kasih. Allah itu adalah kasih. Kesatuan Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus ada di dalam kasih. Kesatuan Allah tritunggal membentuk komunio kasih. Inilah yang hendak disampaikan Tuhan kepada kita. Tuhan menghendaki agar kita membentuk komunio kasih seperti komunio kasih Alllah Tritunggal.

by: adrian