Selasa, 11 Desember 2012

Aliran Sesat Masa Paus Damasus

BIDAAH PADA MASA PAUS DAMASUS
Dalam "Orang Kudus Hari Ini" yang mengisahkan Paus Damasus, diungkapkan bahwa pada masa itu ada beberapa aliran sesat. Untuk melengkapi tulisan itu, maka kami menurunkan juga uraian singkat para bida’ah aliran sesat itu agar pembaca dapat mengetahuinya.

APOLINARISME merupakan aliran yang digagas oleh Uskup Apoliniarius dari Laodikhea (310 – 390). Apolinarius sebenarnya mau membela keilahian Yesus melawan gagasan Arius (Arianisme), namun usahanya justru berlebihan. Ia meniadakan kemanusiaan Yesus demi membela keilahian-Nya. Apolinarius akhirnya dituduh sebagai bida’ah dalam Konsili Konstantinopel tahun 381.

Apolinarisme mengajarkan bahwa Yesus tidak memiliki roh atau jiwa rasional, kecuali Logos ilahi. Apolinarius tidak bisa menerima kalau Yesus itu manusia, karena kemanusiaan itu memiliki sifat rapuh, sementara, dapat binasa dan lain sebagainya. Dan tak mungkin yang manusiawi ini berada dalam tubuh yang ilahi. Karena itulah, Apolinarius berpendapat bahwa Yesus itu ilahi.

MACEDONIANISME merupakan aliran sesat yang muncul pada abad IV. Aliran ini menyangkal kepribadian penuh dan keilahian Roh Kudus. Menurut Macedonianisme Roh Kudus diciptakan oleh Putra; karena itu berada di bawah Bapa dan Anak. Dengan kata lain, posisi Roh Kudus lebih rendah dari Putera. Ini tentu bertentangan dengan ajaran teologi Kristen Ortodoks, di mana Allah adalah satu dalam esensi tetapi tiga di Orang-Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang berbeda dan sama.

Aliran Macedonianisme secara resmi dikutuk pada tahun 381. Melawan ajaran sesat ini Gereja terus memperluas Kredo Nicea yang menegaskan keyakinan Ortodoks Trinitas, "yang dengan Bapa dan Anak bersama-sama disembah dan dimuliakan." Akhirnya Macedonianisme ditindas oleh kaisar Theodosius I.

PRISCILIANISME diambil dari nama pencetusnya, yaitu Priscilianus. Dia seorang pengkotbah dan pernah menjadi uskup di Avila. Priscilianus akhirnya dihukum mati oleh pimpinan gereja pada tahun 384. Dia merupakan orang kristen pertama yang dihukum mati dengan alasan bida’ah.

Aliran Priscilianisme, dalam mengembangkan ajarannya, memakai unsur-unsur Gnosis dan Manicheis serta keyakinan Sabelian yang menganggap Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus sekedar tiga cara untuk memandang Allah yang sama.

Beberapa ahli menilai bahwa Priscilianus merupakan seorang yang berpegang teguh pada moral kristen dengan sedikit kaku, tetapi praktik hidup tersebut justru mengundang antipati di kalangan petinggi Gereja.

MANICHEISME adalah aliran kepercayaan dualistik. Pencetus aliran ini adalah Manichaeus, yang lahir di Mardinu, gurun Nahr Kuta, Babilonia Selatan, pada 14 April 216. Pada usianya yang keduapuluh empat, Manichaeus mendapat perutusan dari Malaikat al-Taum untuk mewartakan puncak wahyu ilahi dari Zoroaster, Buddha dan Yesus.

Manichaeus hendak mendirikan agama baru, di mana semua agama lain harus mendasarkan diri padanya. Semua alkitab agama-agama sebelumnya terkumpul dalam agama Manicheaus dan dalam kebijaksanaan yang disingkapnya. Karena itulah maka karya-karya Manichaeus dan para muridnya dimusnahkan oleh orang-orang kristen, islam dan buddha.

Manichaeus selalu menyebut dirinya ‘Rasul Yesus Kristus’. Dia mengakui bahwa Yesus, Zoroaster dan Buddha adalah saudaranya. Manichaeus menganggap dirinya melebihi ketiga saudaranya karena ia menulis kitab suci.

Manicheisme memiliki konsep dualistik atas struktur dunia. Menurut aliran ini dunia ini terbagi ke dalam dua kerajaan, yaitu kerajaan terang dan gelap. Terang sebagai simbol kebaikan dan gelap sebagai simbol kejahatan. Pandangan tentang terang dan gelap ini berdampak pada pandangannya tentang manusia. Saat lahir jiwa manusia berada dalam terang; namun dalam perkembangan waktu jiwa itu terperosok dalam kegelapan tubuh. Artinya, aliran ini melihat bahwa jiwa itu terang dan tubuh ini gelap. Adalah perjuangan manusia untuk melepaskan jiwa dari perangkap tubuh. Manicheisme mendesak para muridnya untuk menjaga moralitasnya sendiri dengan semangat tinggi. Mereka harus menyangkal dan menolak kekayaan, pekerjaan, relaksasi, perang, berburu, berdagang dan bertani.

oleh: Adrian
Sumber:
      3.       Eddy Kristiyanto, OFM, Selilit Sang Nabi: Bisik-bisik tentang aliran sesat. Yogyakarta: Kanisius, 2007

 4. Mgr. Nicolaas Martinus Scheiders, CICM, Orang Kudus Sepanjang tahun. Jakarta: Obor, 2008

(Pencerahan) Kesadaran!

Kontrak dalam mimpi
Sudah jam sembilan pagi, namun Nasrudin masih tertidur lelap. Matahari telah tinggi, burung-burung berkicau di pepohonan dan sarapan Nasrudin telah menjadi dingin. Maka isterinya membangunkannya.

Ia bangun dengan amat marahnya,

“Mengapa justru sekarang engkau membangunkan aku?” Teriaknya. “Apakah kau tidak dapat menunggu sebentar lagi?”

“Matahari telah tinggi,” sahut isterinya. “Burung-burung berkicau di pepohonan dan sarapanmu sudah menjadi dingin.”

“Perempuan bodoh!” Kata Nasrudin. “Sarapan itu berarti apa dibandingkan dengan kontrak seratus ribu dinar emas yang baru saja mau kutandatangani!”

Maka ia membaringkan badannya lagi di tempat tidur. Sambil berguling-guling ia berusaha menangkap kembali mimpinya yang terputus dan kontrak yang hilang

Ternyata dalam mengadakan kontrak itu Nasrudin menipu dan partner bisnisnya ialah seorang penindas yang curang.
Kalau dalam meneruskan mimpinya Nasrudin tidak jadi menipu, maka ia akan menjadi seorang suci.

Kalau ia berusaha mati-matian untuk membebaskan rakyat dari kekejaman si penindas, maka ia akan menjadi seorang pembebas.

Kalau di dalam mimpinya, ia tiba-tiba menyadari bahwa ia hanya bermimpi, maka ia akan menjadi seorang yang sungguh-sungguh sadar dan seorang mistik.

Apa gunanya menjadi seorang suci dan pembebas selama orang masih tidur juga

by: Anthony de Mello, Burung Berkicau
Baca juga refleksi lainnya:

Renungan Hari Selasa Adven II-C

Renungan Hari Selasa Adven II, Thn C/I
Bac I : Yes 40: 1 – 11; Injil       : Mat 18: 12 – 14

Dalam Injil hari ini Yesus memberikan perumpamaan domba yang hilang. Perumpamaan ini mau menggambarkan Allah yang mahabaik. "Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang." (ay. 14). Jika kita kaitkan dengan cerita perumpamaan itu, kebaikan Allah itu sungguh di luar akal sehat manusia.

Lewat kisah ini kita disadarkan bahwa Allah itu memang mahabaik dan mahakasih. Manusia tidak bisa memakai logika manusianya untuk memahami kasih dan kebaikan Allah itu. Karena bagi manusia itu tidak mungkin, tapi bagi Allah segala sesuatu itu menjadi mungkin.

Kebaikan dan kasih Allah dalam perumpamaan itu dikaitkan dengan pertobatan manusia. Lewat perumpamaan tadi Yesus mau mengajarkan kita bahwa Allah itu mahabaik dalam mengampuni umat-Nya yang bertobat. Dengan ini diharapkan agar manusia tidak perlu merasa takut dan cemas akan situasi keberdosaannya. Dosa tidak mendatangkan hukuman dari Allah, melainkan pengampunan. Yang penting manusia menyesalinya dan sungguh bertobat.

Saat ini kita sedang dalam masa adven untuk mempersiapkan diri menyambut kelahiran Tuhan Yesus. Ajakan Yesus dalam Injil hari ini bisa dijadikan persiapan diri menyongsong natal. Kita diajak untuk bertobat.

by: adrian

Orang Kudus 11 Desember: St. Damasus

SANTO DAMASUS, PAUS & PENGAKU IMAN
Sebelum Yesus kembali kepada Bapa-Nya, Ia bersabda, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28: 20). Betullah, janji Yesus ini dialami Paus Damasus ketika ia dipilih menjadi paus pada tanggal 1 Oktober 366, menggantikan Paus Liberius (352 – 366). Pada masa ini bidaah Arianisme dan bidaah-bidaah lainnya berkembang pesat di mana-mana dan berhasil mempengaruhi sejumlah besar uskup, imam dan umat kristen. Terpilihnya Damasus sebagai pemimpin tertinggi Gereja Kristus sungguh tepat dengan situasi dan gejolak zaman saat itu. Damasus terkenal cakap dan suci. Ia adalah anak seorang imam Spanyol di Roma. Kemungkinan besar pada waktu itu Damasus berkarya sebagai diakon di wilayah gereja ayahnya sebelum ia diangkat menjadi paus. Ia menyuruh Santo Hieronimus, sekretarisnya, untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Latin. Ia dengan gigih membela primat paus dalam masalah-masalah gerejawi. Selama pontifikatnya, katakombe-katakombe dibuka kembali dan para peziarah di sana dibesarkan hatinya.

Damasus menentang habis-habisan tuntutan-tuntutan Ursinus, pendukung ulung Arianisme. Situasi pertikaian semakin menjadi runyam oleh kenyataan bahwa Damasus didukung oleh Feliks II – paus tandingan pada masa kepemimpinan Paus Liberius – dan Kaisar Valentianus mengasingkan Ursinus dan para pengikutnya. Usaha-usaha dari Ursinus dan pengikut-pengikutinya untuk menjelek-jelekkan ketenaran dan nama baik Damasus dibantah habis-habisan ketika suatu sinode yang diselenggarakan di Aquileia pada tahun 381 menemukan bahwa tuduhan-tuduhan kebejatan moral terhadap Paus Damasus sama sekali tidak beralasan.

Damasus menghukum doktrin-doktrin berikut: Arianisme yang menyangkal keilahian Kristus; Apollinarianisme yang menyangkal tidak hanya keilahian Kristus tetapi juga kemanusiaan-Nya; dan Macedonianisme yang menyatakan bahwa Roh Kudus lebih rendah derajad-Nya daripada Putera. Dalam menghukum ajaran-ajaran ini, Paus Damasus bertindak dengan bijaksana sesuai dengan keputusan-keputusan yang dihasilkan oleh Konsili Konstantinopel I pada tahun 381. Priscilian, seorang heretik asal Spanyol yang menganut paham Manicheisme juga dihukum oleh Paus Damasus.

Dalam semua pertikaian ini, Damasus menunut suatu pengakuan akan primat Uskup Roma dalam masalah-masalah Gerejawi. Sebagai salah satu hasilnya, beberapa sejarawan menjuluki Damasus sebagai pengasal klaim/tuntutan paus akan supremasi di dalam Gereja. Ia secara konsekuen bertindak sebagai pemimpin Gereja sesuai apa yang dikatakannya. Kesaksian hidup itu sungguh memperkokoh posisi paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja Kristus di dunia.

Damasus tidak tanggung-tanggung di dalam usahanya untuk mempertinggi wibawa dan memperluas pengaruh Gereja. Ia tidak ingin kalau pelayan-pelayan umat bertindak tidak sesuai dengan martabatnya. Ia tidak ingin kalau mereka idak memperhatikan kaum miskin. Oleh karena itu, ia bekerja sama secara erat dengan Kaisar Valentinianus untuk melarang rohaniwan-rohaniwan mengorbankan para janda dan anak yatim piatu.

Damasus dianggap sebagai paus pertama yang mempekerjakan seorang delegatus apostolik di suatu wilayah yang berada di dalam kancah pertkaian. Ia menunjuk Aschollius, Uskup Tesalonika, untuk tetap memangku yurisdiksi religius Roma di Ilyricum ketika wilayah itu berada di bawah pengaruh politik konstantinopel. Kaisar Valentinianus menerbitkan satu edikta yang menyetujui yurisdiksi Uskup Roma atas semua kasus menyangkut Gereja.

Paus Damasus adalah seorang ahli Ilmu Ketuhanan dan Kitab suci, serta mahir ula dalam kesusastraan Latin dan kebudayaan. Dalam amsa pontifikalnya ada juga bapa-bapa Gereja yang terkenal seperti Santo Atanasius, Ambrosius, Gregorius dari Nyssa, Basillius, Hieronimus dan Gregorius dari Nazianz. Damasus bersama Santo Hieronimus, sekretarisnya, mengusahakan suatu kanon Kita Suci yang mendaftarkan buku-buku Kitab Suci. Kanon Kitab Suci itu diterima dalam Konsili Roma pada tahun 382. Kemungkinan kanon Kitab Suci itulah warisannya yang terbesar untuk generasi kemudian.

Sebelum kematiannya pada tahun 384, ia meminta agar jenazahnya tidak dimakamkan bersama paus-paus lain di pekuburan Santo Kallistus, tetapi bersama ibu dan saudarinya di sebuah gereja kecil di Via Ardeatina. Permintaan itu benar-benar dihargai. Sekarang – demikian kata cerita – relikuinya disemayamkan di sebuah gereja kecil yang ia dirikan, yaitu Gereja Santo Lorenzo di Damaso.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun