Minggu, 23 November 2014

Orang Kudus 23 November: St. Mikael Agustinus Pro

BEATO MIKAEL AGUSTINUS PRO, MARTIR
Mikael Pro dilahirkan di Guadalupe, Meksiko, pada tahun 1891. Ia merupakan seorang martir dari abad XX. Penganiayaan yang dilakukan oleh pemerintah Meksiko terhadap Gereja dimulai pada tahun 1910. Mikael menjalani masa novisiat 1 – 2 tahun di Serikat Yesus pada tahun 1911. Waktu itu ia seorang pemuda berusia 20 tahun, murah hati, pemberani serta penuh semangat. Tahun 1914 revolusi semakin hebat. Para novis Yesuit diungsikan ke luar negeri. Mereka dikirim ke seminari-seminari di luar negeri untuk menempuh pendidikan mereka.

Mikael menyelesaikan pendidikan imamnya di Belgia dan ditahbiskan pada tahun 1926. Kesehatan imam muda ini amat buruk. Terutama ia mengalami sakit perut berkepanjangan. Kepulangannya ke Meksiko merupakan sukacita di satu pihak dan derita di lain pihak. Ia melihat bagaimana rakyat ditindas oleh pemerintah yang seharusnya melayani mereka. Pastor Mikael menyadari bahwa ia dapat memberikan penghiburan rohani kepada mereka. Ia dapat memberikan pengampunan bagi dosa-dosa mereka melalui Sakramen Rekonsiliasi. Ia dapat memberian Yesus dalam Ekaristi supaya menjadi sumber kekuatan bagi mereka. Dan itu semua ia lakukan. Mikael sangat pintar menyamar. Ia menyelinap keluar masuk bangunan dan ruangan dan kehidupan. Ia selalu saja nyaris tertangkap, ketika kemudian tiba-tiba ia menghilang.

Renungan HR Kristus Raja Semesta Alam, Thn A

Renungan HR Kristus Raja Semesta Alam, Thn A/II
Injil      Mat 25: 31 – 46;
Hari ini Gereja Universal mengajak kita untuk merayakan hari raya Kristus Raja Semesta Alam. Bacaan-bacaan liturgi hari ini menyinggung tentang sosok raja dengan berbagai fungsi dan perannya. Semuanya itu mengacu pada sosok Tuhan Yesus sendiri. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Nabi Yehezkiel, sosok raja diidentikkan dengan peran gembala yang menjaga, memperhatikan dan mencari domba yang hilang. Bahkan gembala ini bertugas menjadi hakim di antara kawanan gembalaan.

Peran menjadi hakim ini kembali didengungkan dalam Injil hari ini. Injil mengisahkan tentang seorang raja yang seperti gembala memisahkan domba dari kambing. Di sini raja berfungsi sebagai hakim yang membuat pemilahan antara kawanan baik dan kawanan jahat. Terlihat jelas bahwa raja menjalankan fungsinya sebagai hakim dengan adil, sehingga orang jahat berada di tempatnya, yaitu tempat siksaan kekal; dan orang baik ada di tempat seharusnya, yaitu kebahagiaan abadi.

Dalam bacaan kedua, yang diambil dari Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus, sosok raja langsung mengacu kepada Kristus Yesus. Paulus melihat bahwa kebangkitan menjadikan Yesus sebagai Raja. Dengan tegas Paulus menulis, Kristus “harus memegang pemerintahan sebagai Raja…” (ay. 25). Di sini Paulus menyatakan bahwa Tuhan Yesus sebagai raja karena Ia telah mengatasi maut, yaitu kematian. Sebagai raja Tuhan Yesus berkuasa atas maut. Yang menarik di sini adalah, untuk mengatasi maut, Tuhan Yesus harus mati di kayu salib.

Tuhan Yesus adalah Raja. Inilah yang hendak dinyatakan dalam perayaan dan dalam bacaan-bacaan liturgi hari ini. Tuhan Yesus adalah raja yang memperhatikan, menjaga dan menebuskan (menyelamatkan) kita. Dia juga akan menghakimi kita dengan adil. Sabda Tuhan hari ini mau menyadarkan kita akan semua hal itu. Dengan kesadaran ini, maka kita akhirnya tahu bahwa kita adalah warga-Nya. Jika kita warga-Nya dan mau menerima Dia menjadi Raja, maka hendaklah kita membiarkan diri kita dirajai Kristus. Jangan ada raja-raja lain di dalam hati kita, karena kelak kita akan menghadapi pengadilan akhir yang adil.

by: adrian