Sabtu, 05 Juli 2014

Sabda Yesus Jadi Kenyataan

Yesus, dalam Injil, sudah menyatakan bahwa tidaklah mudah untuk menjadi murid atau pengikut-Nya. Orang harus memikul salibnya setiap hari. Dengan kata lain, orang musti menderita. Dan tentang penderitaan ini juga Yesus sudah menegaskannya. “Karena Aku, kamu akan dibenci, disiksa dan dianiaya bahkan dibunuh,” sabda Yesus, yang dapat dibaca dalam Injil.

Oleh karena itu, ada begitu banyak martir dalam Gereja Katolik. Mereka ini mati demi imannya kepada Yesus. Martir pertama yang dicatat dalam Kitab Suci adalah Santo Stefanus. Dia terpaksa meregangkan nyawanya demi Yesus Kristus. Semua martir ini menerima kematiannya tanpa ada perasaan dendam kepada para pembunuhnya. Malahan, mengikuti Sang Gurunya, mereka mengampuni. Sekalipun diiringi dengan penderitaan, bahkan kehilangan nyawa, Yesus menghibur supaya tidak perlu takut. “Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan mendapatkannya.” Demikian sabda-Nya.

Derita para pengikut Yesus terus berlanjut hingga kini. Ada banyak umat yang kehilangan hak-haknya, karena imannya pada Yesus. Pembangunan gedung gereja, tempat umat beribadah, selalu dipersulit dengan berbagai alasan yang dicari-cari. Bahkan ada umat, sebagaimana para martir, yang akhirnya tewas lantaran mempertahankan imannya. Contohnya adalah Haroon, pemuda yang bertugas di sebuah Islamic Centre di Lahore, Pakistan. (Info lebih lanjut klik di Ucan Indonesia atau di sini) Pakistan adalah salah satu negara dengan penduduknya mayoritas beragama islam.

Haroon ditembak mati oleh seorang satpam beragama islam bernama Umar Farooq, yang adalah juga rekan kerjanya. Umar selalu meminta Haroon untuk meninggalkan keyakinannya dan beralih ke islam. Bahkan Umar menjanjikan kehidupan yang mewah. Akan tetapi, Haroon selalu menolak permintaan Umar. Kepada Umar ia nyatakan bahwa dirinya adalah seorang pengikut Yesus Kristus yang sejati. Karena permintaannya selalu ditolak, Umar kesal lalu menembaki Haroon di kepalanya sehingga ia tewas di tempat.

Ada dua peristiwa dalam kasus Haroon ini, yaitu kematian Haroon dan pembunuhan yang dilakukan Umar Farooq. Anehnya, kedua peristiwa ini mendapat “pembenaran” dalam agamanya masing-masing. Kematian Haroon karena imannya pada Yesus Kristus, sudah dinyatakan dalam Injil. Sementara itu membunuh orang kafir juga dinyatakan dalam Al-Quran. QS 9: 29 mengungkapkan bahwa umat muslim boleh membunuh orang kristen. Bagi orang islam, orang kristen itu kafir karena telah menuhankan Yesus Kristus. Hal ini mendapat pendasarannya pada QS al-Maaidah: 72.

Karena itulah, tindakan Umar Farooq membunuh Haroon mendapat “pembenaran” dalam agamanya. Karena itu, jika Pakistan benar-benar menggunakan hukum syariah maka bukan tidak mustahil Umar Farooq akan melenggang bebas, bahkan dinilai sebagai pahlawan. Bukankah Osamah dan para teroris selalu disanjung sebagai pahlawan dan syuhada? Hanya kacamata sekuler saja yang menilai mereka biadab.

Menjadi pertanyaan refleksi, kenapa orang mau menjadi pengikut Yesus Kristus sekalipun sudah tahu konsekuensinya yang berat? Ini urusan iman. Dan iman itu merupakan sebuah misteri. Dan misteri itu tak selamanya bisa dicerna oleh akal sehat manusiawi.
Jakarta, 9 Mei 2014

Renungan Hari Sabtu Biasa XIII - Thn II

Renungan Hari Sabtu Biasa XIII, Thn A/II
Bac I    Amos 9: 11 – 15; Injil             Mat 9: 14 – 17;

Bacaan pertama hari ini mau berbicara tentang rencana Allah yang hendak membangun kembali kerajaan Daud yang telah roboh (ay. 11) atau memulihkan kembali umat Israel (ay. 14).  Namun perlu diperhatikan juga adalah tanggapan dari umat Israel sendiri. Sangat diharapkan supaya mereka “membangun kota-kota yang licin tandas dan mendiaminya, … menanami kebun-kebun anggur…, membuat kebun-kebun buah-buahan.” (ay. 14). Ada keselarasan antara rencana Allah dan aksi umat-Nya.

Soal keselarasan ini jugalah yang ditekankan dalam Injil hari ini. Ketika murid-murid Yohanes bertanya soal kebiasaan puasa yang berbeda antara mereka dengan para murid Yesus, Tuhan Yesus menyampaikan pengajaran-Nya soal keselarasan. Anggur yang baru harus disimpan di kantong kulit yang baru agar dengan demikian, baik anggur dan kantongnya akan terpelihara (ay. 17). Yesus adalah anggur baru. Menerima Dia menuntut pembaruan diri dan hidup. Inilah yang hendak disampaikan Tuhan Yesus.

Sabda Tuhan hari ini mengajari kita tentang keselarasan dalam hidup. Melalui sabda-Nya Tuhan menghendaki supaya kita menjaga keselarasan dalam hidup. Jangan hanya menekankan satu aspek dan mengabaikan aspek lainnya. Misalnya, kita sudah menerima Yesus dalam hidup, maka hidup kita juga harus menyesuaikan dengan hidup Yesus. Atau contoh lain, ketika kita mendapat status hidup baru (misalnya sudah menikah), maka kita harus hidup selaras dengannya. Demikian pula keselarasan dalam rencana Allah dalam hidup kita. Tuhan Allah sudah merencanakan hidup bahagia bagi kita. Karena itu, kita hendaknya berusaha untuk mewujudkannya, bukan dengan merusakkannya.

by: adrian