Rabu, 25 Juni 2014

Orang Kudus 25 Juni: St. Febronia

SANTA FEBRONIA, PENGAKU IMAN & MARTIR
Konon pada abad ke-7 puteri cantik dari kota Nisibis, kawasan Mesopotamia, Irak ini akan dibebaskan dari penjara oleh kepala pengadilan Selenus, asal ia mutrad dan mau menikah dengan Lisimakus, keponakannya. Tetapi Febronia menolak dengan tegas. Akibatnya, ia disiksa dan dipukul dengan kayu sampai mati. Lalu Selenus menjadi gila dan bunuh diri, sedangkan keponakannya bertobat.

WASPADAI KENAKALAN REMAJA

Adalah membahagiakan menjadi seorang remaja. Ada pendapat yang mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang paling indah. Akan tetapi, masa remaja juga menjadi masa kecemasan para orang tua. Itu pun jika orang tua masih memiliki perasaan cemas.

Dewasa ini ada banyak perilaku remaja yang mengkhawatirkan kalangan, baik dunia pendidikan, keluarga, agama maupun sosial. Hal itu berkaitan dengan kenakalan para remaja, yang dikaitkan dengan gaya hidup. Lebih jelas kita dapat memperhatikan gambar-gambar berikut ini.
 
 
Dari gambar-gambar di atas, terlihat jelas bentuk-bentuk kenakalan remaja, yang umumnya berstatus pelajar. Sebagai pelajar sudah seharusnya mereka berprestasi di dunia pendidikan. Namun yang terlihat justru sebaliknya. Hal inilah yang menimbulkan kecemasan dan kegelisahan banyak pihak. Akan bagaimana nasib bangsa ini jika remajanya begini, padahal mereka adalah harapan bangsa.

Adalah harapan kami setelah melihat gambar-gambar ini muncul kekhawatiran di semua kalangan, terlebih orang tua, yang kemudian bermuara pada perasaa prihatin. Dengan rasa prihatin ini kita dapat bergerak bersama mencari akar dan solusi pemecahannya.

Jika diperhatikan, salah satu akar munculnya kenakalan ini adalah pergaulan yang salah. Kesalahan itu ditunjang dengan ketidak-mampuan menyaring informasi gaya hidup yang ditampilkan oleh berbagai media massa, baik media cetak maupun eletronik. Internet sangat berperan penting dalam pembentukan gaya hidup itu.

Gaya hidup yang salah, karena ketidak-mampuan penyaringan tadi, hidup dalam pergaulan anak-anak remaja. Solidaritas dan tekanan kelompok membuat gaya hidup yang salah tadi menjadi miliknya. Misalnya soal miras, seks bebas, dan sebagainya.

Karena itu, untuk menangani hal ini, perlu diusahakan pendekatan terhadap kaum remaja ini. Merekalah yang nantinya akan berhadapan dengan media massa tadi dan langsung terlibat dalam pergaulan. Maka dari itu, para remaja ini harus ditangani, jangan dibiarkan tumbuh berkembang sendiri.

Apakah ini menjadi tugas guru di sekolah? Sekolah memang mempunyai fungsi membentuk karakter murid. Akan tetapi, semua itu tergantung pada kurikulum. Sekolah kita sangat tergantung pada kurikulum. Jika kurikulum lebih menekankan pembentukan intelektual, maka sekolah pun memberi penekanan akan hal itu. Berbeda jika kurikulum memberi penekanan pembentukan karakter (atau ada keseimbangan).

Tugas utama pendampingan remaja ini ada pada orang tua masing-masing. Para orang tualah yang hendaknya mendampingi putra-putrinya, memberi pengarahan akan nilai-nilai moral sehingga anak benar-benar dapat membedakan mana yang salah dan benar, mana yang baik dan buruk. Dari pendampingan dan pembinaan ini akan terbentuk sikap dalam diri remaja untuk menyikapi gaya hidup yang salah. Dengan sendirinya mereka akan menolak susuatu yang tidak benar dan tidak baik baginya; dengan sendirinya anak akan menghindar pergaulan yang dapat menjerumusnya ke lembah nista. Ini semua berkat pembekalan yang benar sejak dini; dan semua terjadi di rumah. Orang tualah yang berperan utama.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya dan seharusnya orang tua lebih memperhatikan putra dan putrinya yang masih berstatus remaja. Jangan tunggu sampai terlambat. Mencegah jauh lebih baik daripada mengobati. Maka, awasilah anak-anakmu dengan kasih.
Jakarta, 16 Juni 2014
by: adrian

Renungan Hari Rabu Biasa XII - Thn II

Renungan Hari Rabu Biasa XII, Thn A/II
Bac I    2Raj 22: 8 – 13, 23: 1 – 3; Injil       Mat 7: 15 – 20;

Injil hari ini berbicara tentang pengajaran Tuhan Yesus di bukit. Tema pengajaran-Nya adalah cara menilai seseorang, terlebih khusus orang yang berstatus tokoh agama. Tuhan Yesus mengajak pendengarnya untuk tidak mudah cepat percaya kepada siapapun, sekalipun jabatan rohani melekat padanya. Karena bisa saja orang-orang seperti itu sesungguhnya adalah serigala yang buas (ay. 15). Agar tidak terjebak dan tertipu, Tuhan Yesus memberi tipsnya. “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.” (ay. 20). Demikian kata Yesus. Karena “Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.” (ay. 18).

Sesuatu yang baik pastilah akan mendatangkan kebaikan. Itulah yang hendak disampaikan Tuhan Yesus. Hal ini, secara implisit, terlihat dalam bacaan pertama. Sesuatu yang baik itu ada pada Kitab Taurat yang ditemukan imam besar Hilkia di rumah Tuhan yang sedang dibongkar. Ketika mendengar kitab itu dibacakan, raja langsung bereaksi “tobat” dengan mengoyakkan pakaiannya (ay. 11). Raja merasa malu dan bersalah bahwa ternyata hidup mereka selama ini dan juga nenek moyang mereka, tidak sesuai dengan isi kitab itu (ay. 13). Karena itulah, raja mengajak rakyatnya mengikat perjanjian untuk mengikuti perintah-perintah dalam Kitab Taurat itu. Mereka sadar bahwa karena kitab itu sebagai sesuatu yang baik, pastilah ia mendatangkan kebaikan bagi mereka.

Sabda Tuhan hari ini pertama-tama mau menyadarkan kita untuk bersikap kritis terhadap siapapun, termasuk tokoh agama. Karena ada banyak tokoh agama hanya dibibirnya saja; cuma penampilan luarnya saja. Hati dan tindakannya jauh dari harapan. Ada banyak tokoh agama memanfaatkan agama untuk memperkaya diri dan menindas umat. Dengan bersikap kritis, sebagaimana yang diajarkan Yesus, umat dapat terhindar dari penipuan. Selain itu, Tuhan juga menghendaki agar kita senantiasa menghasilkan buah-buah kebaikan dalam kehidupan.

by: adrian