Rabu, 30 Januari 2019

MEMAHAMI KATA "KAFIR" MENURUT ISLAM


Menarik mengikuti polemik kata “kafir” antara Sdr. IQmal Putra Hayat Bsl (IPH) dan Sdr. Fajar Ali Susanto (FAS) di Facebook. Polemik ini bermula dari tanggapan Sdr. IQmal terhadap komen Purwanto Brahmantyo, yang menanggapi status Sdr. Gunawan Budi Utomo di grop Facebook AHOK 4 DKI 1. Status Sdr. Gunawan sendiri, yang dikirim 24 September 2015, pukul 16: 12 (tepat hari raya Idul Adha), sebenarnya merupakan komen dia atas tulisan di ISLAMTOLERAN.COM, dengan judul “Fantastis! Gubernur Yang Suka Diteriaki Kafir Oleh FPI Ini Berkurban 30 Ekor Sapi”
Atas artikel situs Islam Toleran itu, Sdr. Gunawan menulis status yang sama dengan judul artikel, lalu menambah satu frase “Silahkan Like”. Sebelum Sdr. Purwanto menuliskan komennya, ada beberapa orang menanggapi status Gunawan tersebut. Akhirnya Sdr. Purwanto memberikan tanggapannya. Tercatat tiga kali Sdr. Purwanto memberikan komen; dan ketiga komen itu sama saja (semacam copy paste). Adapun komen Sdr. Purwanto berbunyi, “semua merasa jadi tuhan sehingga dengan mudahnya mengecap seseorang di anggap kafir! Hebat betul.” Komen ini diposting pada tanggal 24 September, pukul 17: 27.
Jika disimak dari nada tulisan Sdr. Purwanto, tampak jelas kalau komennya bukan hanya ditujukan untuk menanggapi status Sdr. Gunawan, tetapi juga komen-komen sebelumnya. Intinya, Sdr. Purwanto merasa miris melihat orang yang begitu mudah mengkafirkan orang lain yang berbeda. Sdr. Purwanto menilai orang yang dengan mudah mengkafirkan orang lain sudah identik dengan Tuhan.
Dari komen Sdr. Purwanto inilah akhirnya muncul polemik antara Sdr. IQmal dan Sdr. Fajar. Sekedar diketahui, pada bagian lain, masih dalam topik yang sama, Sdr. IQmal menanggapi komen Mariani Sukaejie dengan menulis, “memang situs ISLAMTOLERAN sesat dan menyesatkan karena adminnya sendiri bukan islam tp Kristen.” Berikut ini akan saya tampilkan komen-komen diskusi mereka. Jadi, atas komen Sdr. Purwanto. Sdr. IQmal memberi tanggapan, yang kemudian ditanggapi oleh Sdr. Fajar sehingga terjadilah diskusi menarik di antara keduanya. Kami akan menyingkat nama keduanya.

Senin, 28 Januari 2019

INI DASAR GEREJA KATOLIK MENOLAK KONTRASEPSI


Salah satu tujuan orang menikah adalah mendapatkan keturunan. Ketika menciptakan manusia pertama, Allah memberkati mereka dan bersabda, “Beranakcuculah dan bertambah banyak; …” (Kej 1: 28). Ini mau memperlihatkan kehendak Allah, yaitu keluarga yang diberkati dan kehadiran anak dalam keluarga. Dengan kata lain, kelahiran atau kehadiran anak dalam hidup rumah tangga adalah kehendak Allah.
Perkawinan merupakan ikatan perjanjian antara dua pribadi manusia, yaitu pria dan wanita. Perjanjian nikah mencerminkan kuasa kasih yang luar biasa yang memberi kehidupan dalam perjanjian dengan cara yang khas. Semua perjanjian yang lain menunjukkan kasih Allah dan meneruskan kasih Allah, tetapi hanya dalam perjanjian nikah, kasih itu begitu nyata dan penuh kuasa karena ia menyampaikan suatu bentuk kehidupan. Kehidupan itu, yang diawali dari pertemuan sel telur dan sperma, bernama anak. Jadi, anak merupakan perwujudan dan keutuhan perjanjian itu.
Secara sederhana bisa dikatakan demikian. Setelah menciptakan manusia – Adam dan Hawa – Allah memberkati mereka. Lalu Allah membuat perjanjian di antara mereka agar manusia itu melanjutkan karya penciptaan Allah dengan beranakcucu dan bertambah banyak. Dengan menikah, orang membaharui perjanjian yang pernah Allah sampaikan kepada manusia pertama. Dengan menikah Allah menggunakannya untuk memberi sesuatu kehidupan baru.
Alat kontrasepsi, dari fungsi asalinya saja sudah bertujuan menghalangi tumbuhnya kehidupan baru. Dengan perkataan lain, alat kontrasepsi bertentangan dengan kehendak Allah, yang menghendaki kehidupan baru melalui ikatan perjanjian nikah. John Kippley, dalam bukunya Sex dan Perjanjian Nikah, mengatakan membaharui perjanjian nikah dan menggunakan alat kontrasepsi untuk menghancurkan kemungkinan tumbuhnya suatu kehidupan baru adalah sebanding dengan menerima komuni dalam Perayaan Ekaristi dan kemudian meludahkannya ke tanah.
Oleh karena itu, suami isteri kristiani hendaknya melaksanakan kehendak Allah ini dalam hidup keluarga mereka. Para suami isteri harus menerima setiap kehamilan dan kelahiran sebagai sebuah pembaharuan janji nikah dan berkat dari Allah. Agar tidak terbebani secara ekonomi karena banyaknya anak, maka Gereja Katolik menawarkan solusi Keluarga Berencana Alamiah. Solusi ini sama sekali tidak seperti alat kontrasepsi. Ia menuntut kerja sama dan sikap saling menghormati antar suami isteri dalam rencana menghadirkan kehidupan baru. Dengan kata lain, mereka menjadi tuan atas diri dan keadaan.
Diolah dari Scott & Kimberly Hahn, Roma Rumahku, hlm 45 - 48

MEMAHAMI ALASAN GRAMEDIA MEMBAKAR BUKU TERBITANNYA


Hari ini, lima tahun lalu, persisnya pada 28 Januari 2014, www.budak-bangka.blogspot.com menurunkan tulisan dengan judul “Alasan Gramedia Membakar Buku”. Tulisan tersebut hendak membahas peristiwa Penerbit Gramedia yang membakar buku karya Douglas Wilson, 5 Kota Paling Berpengaruh di Dunia, setelah mendapat aksi demo dari kelompok islam. Majelis Ulama Islam (MUI) pun turut memberi tekanan.
Dengan tulisan lugas dan bahasa yang sederhana, penulis mencoba memaparkan persoalan tersebut. Memang penulis tidak memberikan penilaian secara tegas atas peristiwa ini. Mungkin dengan maksud supaya bisa tampil netral. Penulis meletakkan semua analisa dan poin-poin permasalahan tersebut dengan gamblang sehingga pembaca sendiri dapat menilai. Penilaian itu dapat ditujukan kepada sikap Gramedia yang membakar buku, dan juga sikap MUI dan juga umat islam pada umumnya.
Apa saja alasan Gramedia membakar buku 5 Kota Paling Berpengaruh di Dunia. Untuk mengetahui alasan tersebut, langsung saja baca di sini. Selamat membaca!!!

Sabtu, 26 Januari 2019

INI AJARAN UNTUK MEMBUNUH ORANG ISLAM YANG MURTAD


Setahun yang lalu, tepatnya 26 Januari 2018, blog Budak-Bangka menurunkan sebuah tulisan berjudul “Islam Mengajarkan untuk Membunuh Umatnya yang Murtad”. Dari judulnya sudah sangat jelas bahwa agama islam memerintahkan kepada umatnya untuk membunuh umat islam yang meninggalkan agama islam, alias murtad. Dengan kata lain, agama islam membolehkan umatnya untuk membunuh orang islam yang murtad.
Tulisan ini merupakan olahan dari komentar-komentar pembaca blog ini pada tulisan “Ini Alasan Mualaf Berbohong”. Salah satu topik komentar yang paling dominan adalah soal ajaran islam yang membolehkan membunuh umat islam yang murtad. Ada kesan bahwa umat islam tidak menerima adanya ajaran tersebut, sehingga menilai tulisan blog budak-bangka hanyalah kebohongan dan bertujuan menjelek-jelekkan agama islam. Sekalipun penulis sudah memaparkan sumber ajaran, tetap saja ada umat islam yang menolak untuk percaya.
Berikut ini kami sajikan kembali sumber ajaran yang membolehkan untuk membunuh umat islam yang murtad. Kami ambil dari Hadis Sahih al-Bukhari (vol. 9, buku 84), yang ada dalam Spoken Islamic Center.
9.57:
Narrated ‘Ikrima: Some Zanadiqa (atheists) were brought to ‘Ali and he burnt them. The news of this event, reached Ibn ‘Abbas who said, “If I had been in his place, I would not have burnt them, as Allah’s Apostle forbade it, saying, ‘Do not punish anybody with Allah’s punishment (fire).’ I would have killed them according to the statementof Allah’s Apostle, ‘Whoever changed his Islamic religion, then kill him.’” 
9.58:
Narrated Abu Burda: ...... There was afettered man beside Abu Muisa. Mu’adh asked, “Who is this (man)?” Abu Muisa said, “He was a Jew and became a Muslim and then reverted back to Judaism.” Then Abu Muisa requested Mu’adh to sit down but Mu’adh said, “I will not sit down till he has been killed. This is the judment of Allah dan His Apostle (for such cases) and repeated it thrice. Then Abu Musa ordered that the man be killed, and he was killed....
Dari dua kutipan hadis di atas terlihat jelas adanya perintah membunuh orang yang sudah meninggalkan agama islamnya, alias murtad. Perintah ini bukan sekedar perintah Nabi Muhammad saja, melainkan perintah Allah juga (baca nomor 58). Karena itu, sudah sangat jelas bahwa agama islam mengajarkan untuk membunuh orang murtad, yaitu umat islam yang meninggalkan agama islam. Sekedar menguatkan pendapat ini, dalam Al-Quran yang diterbitkan Departemen Agama RI tahun 2006, untuk catatan kaki surah Al-Anam: 151 tertulis, “Yang dibenarkan oleh syariat seperti qisas, membunuh orang murtad, rajam dan sebagainya.”
Untuk membaca tulisan “Islam Mengajarkan untuk Membunuh Umatnya yang Murtad”, silahkan klik di sini. Selamat membaca!!!

INILAH KESALAHAN YANG BIASA TERJADI PADA PEMIMPIN


Kesalahan Pemimpin yang Tak Disadari” merupakan tulisan re-edited dari sebuah tulisan di Harian Kompas yang terbit 20 Januari 2016. Tulisan ini diterbitkan di blog ini pada 26 Januari 2016, persis 3 tahun lalu.
Lewat tulisan ini penulis mau menyadarkan para pembaca bahwa peran seorang pemimpin itu sangat penting. Jadi, seorang pemimpin, dalam sebuah kelompok atau organisasi apa pun, bukan sekedar pemenuhan syarat atau sekedar ada (formalitas) saja. Dia justru menjadi salah satu pion kemajuan dan perkembangan sebuah kelompok atau organisasi. Akan tetapi, sering terdapat kesalahan dalam diri pemimpin, yang sayangnya tidak disadari.
Setidaknya ada tujuh kesalahan seorang pemimpin yang sering tidak disadari. Mau tahu apa saja tujuh kesalahan itu? Langsung saja baca di sini. Selamat membaca!!!

Kamis, 24 Januari 2019

HUBUNGAN PENDEK ITU MEMANG BERBAHAYA


Ketika terjadi bencana kebakaran gedung atau rumah, sering ditemui bahwa faktor penyebabnya adalah hubungan pendek atau yang biasa disebut korsleting. Tak sedikit orang belum memahami apa yang dimaksud dengan hubungan pendek dan apa kaitannya dengan bahaya kebakaran. Namun yang pasti bahwa hubungan pendek itu ternyata sangat berbahaya.
Hati-hati dengan Hubungan Pendek” merupakan tulisan yang berangkat dari fenomena bencana kebakaran yang disebabkan oleh hubungan pendek. Tulisan ini sungguh sangat menarik. Penulis menggunakan fenomena bencana kebakaran yang disebabkan oleh hubungan pendek untuk merefleksikan hubungan antar personal. Penulis seakan mau memberi perspektif lain dalam menyikapi hubungan pendek atau korsleting.
Bahasa yang digunakan sangat sederhana dan ringan sehingga mudah dibaca dan dicerna oleh siapa pun. Isinya sangat berguna. Lebih lanjut mengenai tulisan ini silahkan baca di sini. Selamat membaca!!!

PROBLEMATIK HUKUMAN MATI


Setiap orang yang berbuat salah atau tindak kriminal wajib mendapat hukuman. Untuk sampai pada sanksi hukuman pun harus melalui proses hukum. Orang tidak boleh menjatuhkan hukuman tanpa melalui proses hukum, karena hak setiap manusia dilindungi oleh hukum.
Sanksi hukuman atas tindak kejahatan selalu mempunyai gradasi, mulai dari hukuman ringan hingga hukuman berat. Sanksi hukuman paling berat adalah penjara seumur hidup atau hukuman mati. Banyak orang, ketika mengalami tindak kejahatan atau salah satu anggota keluarganya menjadi korban kejahatan tindak kejahatan, selalu menginginkan supaya pelaku kejahatan dihukum seberat-beratnya. Tak jarang juga ada yang langsung menyebutkan hukuman mati.
Tulisan “Menyoal Hukuman Mati” mau memberi perspektif lain dalam menyikapi hukuman mati. Tulisan ini merupakan jawaban atau tanggapan atas tulisan Hikmahanto Juwana di Harian Kompas dengan judul “Narkoba dan Hukuman Mati”. Penulis menyajikan tulisan dengan sederhana, namun cukup reflektif sehingga dapat memberikan pencerahan bagi pembaca. Lebih lanjut mengenai tulisan ini silahkan baca di sini. Selamat membaca!!!

BAGAIMANA MENYIAPKAN NAMA ANAK


Ketika baptis, orangtua sering menambahkan nama baru pada anak, meski sebelumnya anak sudah punya nama. Dan biasanya nama itu diambil dari nama orang kudus. Ketika anak sekolah, orangtua mendaftarkan anaknya lengkap dengan nama baptis itu. Inilah pangkal kekacauan administrasi yang menyulitkan di kemudian hari.
Bagaimana hal ini diatasi? Pertama-tama orang harus paham bahwa orang katolik harus memberikan nama anaknya nama yang tak asing dari citarasa kristiani (kan. 855). Ini menjadi nama baptisnya, meski tidak harus diberikan waktu pembaptisan. Apa maksud citarasa kristiani?
Nama dengan citarasa kristiani mengandung tiga hal: (1) nama tokoh dalam Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru (Adam, atau Yakob, Samuel, Musa, Ruth, Sarah, Yeremia, Elia, Hana, Onesimus, Zakheus). Yang penting nama yang diambil selalu memiliki peran positip, karena kesan positip itu diharapkan berpengaruh kepada mereka yang menyandang nama tersebut; (2) nama tokoh orang kudus Gereja (Agustinus, Fransiskus, Agnes, Maria, Yosef, dll); dan (3) nama yang mengandung nilai-nilai atau unsur bernuansa kristiani (Via Dolorosa, Rosa Mistika, Firdaus, Immanuel, Asumpta, Imakulata, Fatima, Gloria, Hosana, Adoramus, Natal, Paskah, Adven, Cinta, Kasih, Yesus, Maranatha, Firman, Effata, Wahyu, Wicaksana, Waskita, Gusti, Agung, Arif, dll).
Kapan baiknya nama itu diberikan pada anak? Nama dengan citarasa kristiani itu hendaknya diberikan pada waktu lahir. Karena itu, orangtua harus sudah mempersiapkan nama itu jauh-jauh hari. Ada beberapa metode pemilihan nama:

Senin, 21 Januari 2019

GUNAKAN CARA PIKIR ORANG LAIN JUGA


Cara Pandang Multi Dimensi” merupakan sebuah tulisan refleksi. Media bantu refleksinya adalah gambar yang ditampilkan pada awal tulisan itu. Gambar itu menampilkan seorang manusia dan seekor kera yang dibuat saling berhadapan seolah-olah kedua makhluk itu saling bertatapan. Kemudian ada 2 gambar kecil yang muncul tepat di atas kepala manusia dan kera itu seakan-akan gambar tersebut merupakan pemikiran mereka. Kedua gambar itu sebenarnya sama, hanya tampilannya berbeda.
Dari gambar inilah kemudian penulis menampilkan sebuah cerita. Kisah tersebut seakan mau mewakili gambar tersebut. Intinya adalah bahwa cara pandang manusia berbeda dengan cara pandang kera. Tersirat ajakan untuk tidak memaksakan pikiran sendiri kepada orang lain. Karena itulah, pesan tulisan ini adalah mengajak kita untuk tidak hanya memakai cara pandang kita sendiri dan memaksakannya kepada orang lain, melainkan menggunakan cara pikir orang lain juga. Dari sini akan terwujud dialog.
Tulisan disajikan dengan cara sederhana dengan menggunakan bahasa yang juga sederhana sehingga mudah dicerna oleh siapapun. Lebih lanjut mengenai tulisan ini dapat dibaca di sini. Selamat membaca!!!

Sabtu, 19 Januari 2019

DOA MOHON KESATUAN


Orang-orang yang percaya pada Yesus Kristus biasa disebut orang nasrani atau umumnya disebut juga orang Kristen. Kata “Kristen” pertama kali muncul di Antiokhia (bdk. Kis 11: 26). Pusat kepercayaan itu ada pada Yesus yang diyakini sebagai Allah yang menjadi manusia untuk menyelamatkan/menebus manusia lewat sengsara – wafat – dan bangkit. Tidak hanya sebatas percaya, orang Kristen adalah juga pengikut Kristus.
Memang awalnya hanya ada satu agama Kristen. Namun dalam perjalanan sejarah muncul aneka nama aliran seperti katolik, protestan, anglikan, ortodoks, dll. Munculnya aneka aliran ini tentulah menjadi suatu keprihatinan, karena Yesus sendiri menghendaki adanya kesatuan. Hal ini sudah pernah diungkapkan Yesus (lih. Yoh 17: 11).
Tulisan “Ekumene, dan Yesus pun Menangis” mencoba merefleksikan harapan Yesus seperti yang terungkap dalam doa-Nya untuk para murid-Nya. Dalam tulisan ini, penulis mencoba membuka mata hati para pembaca, khususnya orang-orang Kristen. Lebih lanjut mengenai tulisan ini dapat dibaca di sini.
Selamat membaca!!!

Rabu, 16 Januari 2019

PENGAKUAN SEORANG IMAM SOAL SAKRAMEN TOBAT

Saya pernah bertugas di sebuah paroki di salah satu keuskupan di Indonesia. Saat itu saya sebagai pastor pembantu.
Sudah menjadi kebiasaan di paroki ini, atau mungkin di keuskupan, bahwa menjelang perayaan Natal atau Pekan Suci, ada upacara penerimaan sakramen tobat. Sakramen tobat dilihat sebagai salah satu persiapan umat untuk menyambut Natal dan/atau Paskah. Pada saat ini, penerimaan sakramen tobat biasanya dilangsungkan di komunitas-komunitas.
Selama melayani pengakuan dosa, saya melihat bahwa animo umat terhadap sakramen tobat amat sangat rendah. Dibandingkan sakramen lainnya, kiranya sakramen tobat menduduki urutan pertama sakramen yang tidak laris (urutan kedua adalah sakramen pengurapan orang sakit). Ternyata hal ini dirasakan juga oleh rekan iman lainnya.
Karena itu, pernah kami membuat program katekese tentang sakramen tobat. Dalam katekese ini, kami tidak hanya menyampaikan ajaran Gereja tentang sakramen tobat atau teologi sakramen ini, melainkan juga manfaat sakramen ini baik bagi kesehatan jiwa maupun raga, rohani dan jasmani. Kami jelaskan juga soal ketakutan dan rasa malu umat terkait sakramen ini, serta tata cara pengakuan dosa. Akan tetapi, tetap saja tidak ada perubahan. Ruang pengakuan tetap dingin.

Senin, 14 Januari 2019

MAKNA TERSINGGUNG

Setiap orang pasti pernah mengalami ketersinggungan, entah karena dihina atau pun dikritik. Tersinggung karena penghinaan adalah lumrah, karena tidak ada orang yang mau dirinya dihina. Penghinaan merupakan sebentuk perendahan terhadap harkat martabat kemanusiaan.
Lain halnya dengan kritik. Jika penghinaan identik dengan perendahan atau bahkan penghancuran martabat seseorang, kritik malah membangun. Lalu, mengapa kritik dapat menyebabkan orang tersinggung? Ketersinggungan karena kritik itu tergantung dari bagaimana orang menyikapi kritik tersebut.
Akan tetapi, tersinggung itu ternyata memiliki makna. Positip atau negatifnya makna tersebut tergantung pada cara menyikapinya. Tulisan “Mati Rasa” merupakan refleksi atas persoalan tersinggung ini. Melalui tulisan ini pembaca diajak untuk bercermin, melihat dirinya sendiri, sejauh mana dirinya menyikapi ketersinggungan itu. Lebih lanjut mengenai tulisan ini, silahkan klik di sini.

PAUS FRANSISKUS: IMAN BUKAN IDE, TAPI RELASI PERSONAL DGN YESUS


Paus Fransiskus mengatakan para kudus adalah umat kristiani yang “gila akan kekonkretan” dan mengerti bahwa iman bukan sebuah ide melainkan sebuah hubungan dengan Yesus yang mengarah pada tindakan yang memperlihatkan cinta kasih. Saat merayakan misa pagi pada 7 Januari di Kapel Domus Sanctae Marthae, Paus Fransiskus mengatakan bahwa perayaan natal adalah perayaan iman yang konkret.
Umat kristiani meyakini iman mereka yang mengatakan bahwa “Anak Allah datang dalam daging menjadi sama seperti kita,” kata Paus Fransiskus. “Dia dikandung dalam rahim Bunda Maria, lahir di Betlehem, bertumbuh seperti layaknya seorang bayi, mengungsi ke Mesir, kembali ke Nazareth, belajar membaca bersama bapanya, bekerja – meskipun Allah, ia juga sesungguhnya manusia.”
“Bacaan pertama pada misa diambil dari Surat Pertama Yohanes yang mengatakan bahwa umat Kristen diperintahkan untuk percaya dalam nama Yesus dan saling mengasihi sesuai dengan kasih yang konkret, bukan kasih yang fantasi,” jelas Paus Fransiskus. “Kekonkretan. Inilah tantangannya. Bukan ide-ide dan kata-kata yang indah,” lanjut Paus Fransiskus.
Bacaan pertama pada misa juga mencakup peringatan Yohanes, “Janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.” Kehidupan umat kristiani membutuhkan “kewaspadaan spiritual” dan iman akan Yesus Kristus serta belas kasih.
Salah satu cara untuk bertumbuh dalam kewaspadaan spiritual adalah meluangkan waktu selama beberapa menit di penghujung hari untuk berkomunikasi dengan Allah dan memohon kepada-Nya agar Ia berbicara kepada setiap hati. Langkah selanjutnya adalah menindak-lanjuti inspirasi yang muncul berdasarkan pada Injil dan panduan spiritual yang bijaksana.
Ada banyak orang – imam, kaum religius, umat awam – yang memiliki kemampuan untuk “membantu kita melihat apa yang sedang terjadi dalam roh kita sehingga kita tidak berbuat kesalahan.” Menutup homilinya, Paus Fransiskus mengungkapkan Yesus menjadi manusia, lahir dari seorang wanita, menderita kematian yang sesungguhnya dan meminta kita untuk mencintai sesama secara konkret meskipun ada orang yang sulit untuk mencintai.

Jumat, 11 Januari 2019

IBU-IBU KEPALA BOTAK DI SORGA

Di pintu gerbang sorga, Santo Petrus berdiri tegak dengan buku kehidupan di tangannya. Suatu hari dia menerima rombongan umat kristen. Setelah melihat buku kehidupan, Santo Petrus mempersilahkan ibu-ibu ini masuk ke dalam sorga, sedangkan bapak-bapak dan anak-anak remaja dan dewasa disuruh ke api penyucian dan sebagian ada yang ke neraka. Malaikat Mikael, yang kebetulan lewat mempertanyakan sikap Petrus yang membolehkan ibu-ibu masuk sorga.
“Bukankah mereka itu cerewet  dan biang gosip?” ujar Mikael.
“Yah, tapi mereka banyak berbuat baik. Di gereja, mereka paling aktif. Di komunitas juga mereka selalu ada. Waktu ada sakramen tobat, ibu-ibu yang paling banyak ngaku dosa. Karena itu, mereka pantas masuk sorga.”
Setelah tiba waktunya, Petrus menutup gerbang sorga. Dia pun berjalan masuk ke sorga. Betapa herannya dia, karena melihat kepala ibu-ibu yang tadi dia izinkan masuk pada botak. Padahal, waktu masuk rambut mereka panjang-panjang semua, demikian batinnya. Petrus menghampiri Bunda Maria, yang sedang berjalan-jalan dengan seorang ibu.
“Bunda, kenapa kepala ibu-ibu ini pada botak semua? Kemana rambut mereka?”
“Ibu-ibu ini sedih melihat suami dan anak-anak mereka di jurang api penyucian. Mereka tak tega menikmati kebahagiaan sorga sendirian. Mereka ingin bersama suami dan anak di sorga. Karena itu, mereka menggunduli kepala mereka, dan dengan rambutnya, mereka menarik suami dan anak-anaknya ke dalam sorga.”
Dabo, 11 Januari 2019
by: adrian

Rabu, 09 Januari 2019

PAUS FRANSISKUS: DOA AKAN MEMBUAT KITA TAHU SIAPA ALLAH SEBENARNYA


Orang-orang Kristen tidak lebih baik daripada orang lain, tetapi mereka tahu bahwa Tuhan adalah ayah mereka dan mereka dipanggil untuk memancarkan sinar kebaikan-Nya di dunia ini yang haus akan kebaikan, yang haus akan kabar baik,” ungkap Paus Fransiskus dalam audensi umum pertamanya di tahun 2019.
Homili Paus Fransiskus kali ini adalah lanjutan dari serangkaian kotbah tentang Doa Bapa Kami. Beliau juga menyambut seniman dari CirCuba, sirkus nasional Kuba, yang tampil di Roma selama liburan Natal dan Tahun Baru. Salah satu pemain meminta Paus Fransiskus yang dengan senang hati membantunya dalam aksinya dengan menyeimbangkan bola berputar di jarinya. Di akhir audensi pada 2 Januari, Paus Fransiskus memuji para pemain sirkus atas kerja keras mereka dan cara mereka mengangkat semangat orang-orang dengan pertunjukan mereka.
Inti dari kotbah audensi Paus Fransiskus adalah penjelasan tentang bagaimana Injil Matius menyajikan Doa Bapa Kami sebagai bagian dari kotbah Yesus di Bukit, yang juga mencakup Delapan Sabda Bahagia. Dengan menyampaikan sabda bahagia, Yesus menegaskan berkat dan kebahagiaan dari “sejumlah kategori manusia, baik pada masa Yesus maupun sekarang, tidak dihargai.”
“Berbahagialah orang miskin, lemah lembut, penyayang, rendah hati. Ini adalah revolusi Injil! Dimana Injil berada, di situ ada revolusi karena Injil tidak membiarkan segala sesuatu sebagaimana adanya,” papar Paus Fransiskus. Dengan ucapan bahagia itu, lanjut Paus Fransiskus, Yesus memberi tahu orang-orang bahwa mereka yang dalam hatinya membawa misteri Allah yang mengungkapkan kemahakuasaan-Nya dalam cinta dan pengampunan adalah mereka yang paling dekat untuk memahami Dia.

Senin, 07 Januari 2019

PAUS FRANSISKUS: MARIA ADALAH TELADAN UNTUK DUNIA YANG LEBIH BAIK


Tahun baru merupakan kesempatan untuk memulai sesuatu yang baru, momentum untuk mengingat bahwa semua orang adalah saudara dan saudari, dan merupakan waktu untuk merayakan Tuhan yang hadir dalam rupa manusia, demikian ungkap Paus Fransiskus. Pesta St. Maria Bunda Allah yang dirayakan pada 1 Januari adalah waktu untuk mengingat cinta dan kasih seorang ibu, yang membuat hidup ini nyaman untuk dinikmati, ujar Paus Fransiskus dalam kotbah saat misa di Basilika St. Petrus, Vatikan.
Pada 1 Januari Gereja juga merayakan Hari Perdamaian Dunia. Kepada ribuan orang yang hadir, Paus Fransiskus mengatakan bahwa saat Bunda Maria menunjukkan puteranya kepada dunia, ia berkata, “Dia menjadi berkat bagi setiap orang dan seluruh keluarga manusia. Dia adalah sumber rahmat, belaskasih dan perdamaian.”
Paus Fransiskus memilih tema Hari Perdamaian Dunia tahun ini ‘Politik yang baik menciptakan perdamaian’. Paus Fransiskus berkata, “Kita tidak boleh berpikir politik hanya untuk mereka yang berkuasa. Kita semua bertanggungjawab bagi kehidupan komunitas, kebaikan bersama dan politik itu baik jika setiap orang melakukan bagiannya untuk melayani perdamaian.”
Setelah menyalami ratusan orang yang ikut serta dalam parade perdamaian, sambil membawa plakat nama-nama negara yang menderita karena kekerasan, Paus Fransiskus menyampaikan doa. “Melalui perantaraan Bunda Maria, semoga Allah menjadikan kita alat perdamaian, dan ini dimulai di rumah, dalam keluarga, selama hari-hari sepanjang tahun yang akan datang,” papar Paus Fransiskus.

PAUS FRANSISKUS: MASA PENDERITAAN ADALAH ANUGERAH DARI TUHAN


Tuhan mengirim penghiburan kepada mereka yang membutuhkan penghiburan, bahkan ketika mereka menghadapi kematian, demikian ungkap Paus Fransiskus. Sama seperti para martir Kristen awal, yang bernyanyi ketika mereka berbaris menuju kematian mereka di Colosseum, para martir sekarang masih memberikan kesaksian yang sama tentang sukacita yang sama di tengah-tengah penderitaan, kata Paus Fransiskus dalam homilinya dalam misa pagi di Domus Sancta Martha, 11 Desember 2018.
“Saya ingat pekerja Koptik yang baik yang dibantai di pantai Libya. Mereka meninggal dan berseru ‘Yesus, Yesus!’ Ada hiburan, sukacita di saat kematian,” ungkap Paus Fransiskus
Dalam homilinya, Paus Fransiskus merefleksikan bacaan hari itu dari nabi Yesaya, dimana Allah mengirimkan utusan-Nya untuk memberi penghiburan kepada umat-Nya dan berbicara dengan lembut kepada Yerusalem. Kelembutan itu, jelas Paus Fransiskus, adalah bahasa yang tidak diketahui oleh para nabi akhir zaman.
“Itu adalah sebuah kata yang menghapus semua keburukan yang menjauhkan kita dari Tuhan: sifat buruk para imam, sifat buruk beberapa orang Kristen yang tidak mau berbuat sesuatu, yang suam-suam kuku. Mereka takut kelembutan,” kata Paus Fransiskus.
Namun, kelembutan adalah cara paling tepat yang Tuhan gunakan untuk menghibur umat-Nya, seperti seorang gembala yang memanggul seekor domba atau seorang ibu yang menghibur anaknya, pungkas Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus menyerukan kepada umat kristiani untuk mempersiapkan natal dengan berdoa memohon penghiburan Tuhan, terutama pada masa penderitaan, “karena itu adalah hadiah dari Tuhan.” Tuhan, papar Paus Fransiskus, “ada di depan pintu. Dia mengetuk agar kita bisa membuka hati kita dan membiarkan diri kita terhibur dan merasa damai. Dan dia melakukannya dengan lembut: dia mengetuk dengan belaian.”