Kamis, 16 Januari 2020

INI ALASAN ISLAM IDENTIK DENGAN RADIKALISME


Istilah radikalisme dewasa kini lebih sering dikaitkan dengan islam. Ketika memulai periode kedua masa kepemimpinannya, Jokowi memberikan tekanan pada persoalan radikalisme. Alasannya karena selain mengancam keutuhan negara, radikalisme juga dapat menggangu program kerja Jokowi di 5 tahun mendatang.
Memang masih banyak perdebatan soal istilah radikalisme itu. Ada segelintir orang mencoba menggantinya dengan istilah ekstremisme. Akan tetapi, apa pun istilahnya, umum memahaminya dengan tindakan intoleran, memaksakan kehendak, bahkan dengan kekerasan, dan adanya upaya menggantikan dasar negara. Apapun istilahnya, semuanya itu dihubungkan dengan umat islam.
Beberapa tokoh islam ada yang keberatan jika radikalisme itu identik dengan islam. Sebagai pembelaan tokoh islam menyebutkan bahwa radikalisme ada pada setiap agama apa pun. Mungkin yang dimaksud adalah penganut agama. Artinya, radikalisme bisa ada pada setiap penganut agama mana pun, tak terkecuali islam. Hal ini patut diakui. Akan tetapi, ada perbedaan mendasar, yaitu pada agama lain tidak ditemukan dasar agama untuk radikalisme, tidak seperti agama islam. Akar radikalisme islam ada pada ajaran agamanya. Karena itulah, islam selalu diidentikan dengan radikalisme.

SURAT GEMBALA USKUP KEUSKUPAN PANGKALPINANG DALAM KERANGKA TAHUN COMMUNIO 2020


Saudari-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus,
Semoga Tuhan memberimu damai sejahtera. Semoga Pulau-pulau bersukacita.
Setelah pada tahun lalu berupaya membangun hidup yang berpusat pada Kristus, selama tahun 2020 ini kita akan memberikan perhatian pada upaya membangun communio, persekutuan, persaudaraan. Berpusat pada Kristus dan membangun communio adalah dua hal yang berkaitan sangat erat. Kalau hidup seseorang makin berpusat pada Kristus, ia akan menjadi pribadi yang bersaudara, mengupayakan persekutuan dan bukan perpecahan. Upaya membangun communio juga berkaitan langsung dengan Allah Tritunggal yang kita imani. Allah Tritunggal hidup dalam persekutuan kasih, maka Gereja juga harus hidup dalam persekutuan kasih. “Demikianlah Gereja nampak sebagai umat yang disatukan berdasarkan kesatuan Bapa dan Putera dan Roh Kudus.” (LG 4). Di dalam Gereja, umat awam, para religius (biarawan/wati) dan klerus (diakon, imam, uskup dan Paus) saling mengakui dan menerima sebagai saudara-saudari. “Dengan menganut teladan Tuhan, para Gembala Gereja saling mengabdi dan melayani umat beriman lainnya. Sedangkan kaum beriman dengan suka hati bekerja sama dengan para Gembala dan guru mereka.” (LG 32).
Guna mengisi tahun ’communio’ ini saya mendorong agar kita semua (masing-masing pribadi, keluarga, kbg-kbg, kelompok kategorial, paroki, komisi, sekolah, rumah sakit, asrama, komunitas pastoran, dll) merancang secara kreatif aneka kegiatan guna meningkatkan mutu ‘communio’/persekutuan di antara kita. Paling tidak ada tiga aspek yang perlu diperhatikan:

TALKMANIA TELKOMSEL MENIPU


Pada tanggal 10 Januari, sekitar jam 07.00 WIB, saya mengirim pesan “TM ON” ke 8999, untuk menikmati fasilitas paket talkmania yang disediakan operator telkomsel. Selang beberapa detik kemudian muncul sms balasan yang menyatakan paket talkmania 1 hari telah aktif. Paket talkmania berlaku hingga tanggal 10/01/2020. Memang ada ketentuan paket talkmania ini. Misalnya, nelpon 500 menit sesama Telkomsel dan operator lain hanya 10 menit.
Keterangan “1 hari” dan juga “berlaku hingga tanggal 10/01/2020” membuat orang akan berpikir bahwa paket talkmania ini berlaku hingga pukul 00.00 atau 24.00 WIB. Setidaknya saya berpikir demikian. Dan ini didukung dengan sms peringatan dari 8999 pada tengah malam bahwa paket talkmania berakhir pada tanggal 10/01/2020 jam 23.59 WIB. SMS seperti ini biasa saya terima jika saya menggunakan fasilitas paket talkmania.
Karena merasa masih dalam masa paket talkmania, pada malam hari saya memutuskan untuk menelpon. Saya yakin itu karena sejak jam 07.00 hingga 16.30 WIB jumlah waktu yang saya pakai untuk menelpon belum sampai 500 menit (sekitar 8 jam). Masih hari dan tanggal yang sama, sekitar jam 22.00 WIB saya menelpon seorang teman. Kami tinggal di Kepulauan Riau, hanya beda kabupaten dan pulau. Kami sama-sama menggunakan kartu telkomsel. Sebelum menelpon, saya sempat mengecek sisa pulsa saya, yaitu sekitar 13-an ribu. Saya tidak ingat persis tiga angka di belakangnya. Kami berbicara tak lebih dari 20 menit.