Minggu, 02 Agustus 2015

Ziarah ke Israel #9

GEREJA KABAR GEMBIRA

Pada hari ketiga, tempat pertama yang kami kunjungi adalah Gereja Basilika Kabar Gembira. Di sini diyakini bahwa Bunda Maria pertama kali mendapat kabar gembira dari Malaikat Gabriel. Tak jauh dari dari gereja ini ada rumah Bunda Maria.

Renungan Hari Minggu Biasa XVIII - B

Renungan Hari Minggu Biasa XVIII, Thn B/I
Bac I  Kel 16: 2 – 4, 12 – 15; Bac II              Ef 4: 17, 20 – 24;
Injil    Yoh 6: 24 – 35;

Membaca Injil hari ini, ingatan kita langsung terarah pada peristiwa Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang lebih dengan bermodalkan lima roti dan dua ikan. Peristiwa itu merupakan bacaan Injil minggu lalu. Melihat peristiwa itu, umat langsung merasa tertarik dengan Tuhan Yesus. Mereka selalu mencari Tuhan Yesus. Karena itulah, Tuhan Yesus sedikit menyindir karena mereka mencari Dia hanya karena keinginan mereka saja, bukannya mencari kehendak Tuhan Yesus.
Sabda Tuhan hari ini mau berbicara soal makanan. Bacaan pertama dan Injil dengan jelas berbicara soal makanan itu (roti). Ada korelasi antara bacaan pertama dengan Injil. Dalam bacaan pertama, yang diungkapkan Tuhan Yesus juga dalam Injil, dikisahkan soal roti dari surga atau manna. Akan tetapi manna Perjanjian Lama hanya bertahan untuk menangani kelaparan yang melanda bangsa Israel setelah mereka keluar dari Mesir. Manna itu tidak bersifat kekal.
Dalam Injil ditampilkan manna baru, yaitu roti hidup. Roti ini memberikan hidup kekal. Dan roti itu adalah Tuhan Yesus sendiri. Jadi, dengan menyambut atau menyantap Tuhan Yesus, berarti kita memperoleh hidup kekal. Secara akal sehat manusia tentu hal ini tidak akan mungkin. Oleh karena itulah Tuhan Yesus berkata, “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ...” (ay. 35). Dibutuhkan iman kepercayaan.
Bacaan kedua merupakan rangkuman atau kesimpulan dari bacaan pertama dan Injil. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus memberikan pemahaman baru soal menyantap roti hidup, yang adalah Tuhan Yesus sendiri. Bagi Paulus, dengan menyantap roti hidup berarti kita membiarkan Tuhan Yesus masuk dalam hidup dan diri kita. Hal ini mengandung konsekuensi kita menjadi manusia baru. Menyantap roti hidup berarti kita menanggalkan manusia lama kita dan beralih kepada manusia baru.
Manusia lama merupakan simbol hal-hal negatif yang ada dalam kehidupan kita. Misalnya, malas, suka menyontek atau mencuri, suka memfitnah orang, suami suka memukul istri dan anak, mabuk, korupsi, serakah, dll. Sedangkan manusia baru adalah lambang hal-hal positif, yang dapat diringkas dengan kasih, harapan, damai dan sukacita. Sabda Tuhan hari ini mau menyadarkan kita bahwa setiap kali kita ikut perayaan ekaristi dan menyambut Tubuh Kristus, yang adalah roti hidup, kita hendaknya berani menanggalkan manusia lama kita dan beralih kepada manusia baru. Dengan menjadi manusia baru inilah kita beroleh hidup kekal. Persoalannya, beranikah kita?.***
by: adrian