Kamis, 11 Juli 2013

Puasa Tapi Kebutuhan Meningkat

Fenomena yang sering terjadi di masa bulan puasa ini adalah melambungnya harga-harga barang di pasar. Para ibu rumah tangga pada mengeluh. Dan akhirnya semua pihak saling menuding. Ada yang mengatakan pemerintah tidak becus mengurus negara. Ada yang menuduh pedagang bermain; mereka sepertinya menari di atas derita orang lain. Dan sekali lagi, ujung-ujungnya ibu rumah tangga yang menderita.

Dari sisi ilmu ekonomi, fenomena kenaikan harga barang di masa puasa ini bukanlah sesuatu yang aneh. Fenomena ini dapat dijelaskan dengan akal sehat. Di mana ada permintaan sangat besar, sementara ketersediaan barangnya terbatas (atau sedikit), maka otomatis harga barang akan naik. Inilah rumusan ilmu ekonomi. Jadi, tidak ada yang aneh. Kenaikan harga barang itu wajar.

Yang menjadi aneh adalah kenapa permintaan meningkat di bulan puasa ini. Mengapa kebutuhan akan barang di masa puasa ini menjadi meningkat? Inilah yang ANEH. Artinya, di masa puasa ini nafsu konsumtif orang bertambah.

Adalah hak setiap orang untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap manusia, apapun agama, suku dan bangsanya, memiliki nafsu konsumtif. Jadi memiliki nafsu konsumtif itu tidak salah. Soal tingkatannya juga tidak ada yang melarang, sejauh batas kemampuan. Namun menjadi aneh jika nafsu konsumtif itu menjadi meningkat di masa puasa.

Bukankah puasa itu berusaha menekankan hawa nafsu? Salah satu nafsu yang ingin ditekan adalah nafsu konsumtif. Jadi, jika orang benar-benar menjalankan puasa, sebenarnya tidak ada masalah dengan ketersediaan barang yang terbatas. Karena sama sekali tidak berpengaruh. Sebab orang akan menekan nafsu konsumtifnya sekecil mungkin. Berkaitan dengan makan minum, tidak akan terjadi pola konsumsi yang berlebihan.

Oleh sebab itu, semestinya pada masa puasa ini tidak ada kenaikan harga barang. Sebab permintaan akan barang kecil dan jumlah barang seperti masa-masa sebelumnya. Logikanya begini: pada masa puasa ini orang makan hanya dua kali sehari (bandingkan di masa biasa yang tiga kali sehari). Karena itu, di masa puasa ini ketersediaan barang justru stabil atau melimpah. Dan kalau stabil atau melimpah, tentulah harga tidak akan naik.

Akan tetapi yang terjadi adalah harga barang naik. Ini menunjukkan bahwa nafsu konsumtif manusia di bulan puasa ini meningkat. Bisa dikatakan bahwa pada bulan puasa ini yang berpuasa itu bukanlah manusianya melainkan “bulan”-nya. Kalau manusianya benar-benar berpuasa maka tidak akan muncul fenomena kenaikan harga barang di pasar.

by: adrian

Orang Kudus 11 Juli: St. Olga

Santa olga, janda
Olga – yang disebut juga Helga atau Ilga – lahir di Kskov, Rusia, pada tahun 879. Keluarganya masih kafir tetapi ia sendiri sudah sering mendengar tentang Yesus Kristus dan ajaran-ajaran-Nya, terutama ajaran cintakasih kepada Allah dan kepada sesama.

Pada tahun 903 ia menikah dengan Igor, raja muda Vangirian di Kiev. Pada tahun 945, Igor suaminya, terbunuh dalam suatu pertempuran di Konstantinopel. Olga amat marah mendengar berita kematian suaminya itu. Laluu dengan semangat dan keberanian yang tinggi, ia segera menghimpun tentaranya yang sudah tercerai-berai dan maju berperang sebagai panglima melawan pasukan yang setia kepada kaisar. Dengan gagah berani ia berhasil  menumpas pasukan kaisar. Untuk melampiaskan amarahnya, ia memerintahkan supaya pembunuh suaminya disiram dengan air panas hingga mati dan tentara-tentara tawanan dibunuh. Tetapi niatnya ini tidak terlaksana karena belaskasihannya kepada para tawanan itu. Ia memperlakukan mereka secara baik dan ramah. Harta kekayaan mereka tidak dijarahnya dan kota mereka tidak dibumihanguskan. Ia membawa kedamaian di seluruh kerajaan dan memerintah mereka dengan ramah bagaikan seorang ibu melindungi anak-anaknya.

Setelah memerintah kerajaan selama 3 tahun (945 – 947), ia menyerahkan kekuasaan kepada puteranya, Pangeran Szyastoslav. Ketika itu ia belum beragama Kristen. Ia masih tetap setia pada cara hidup yang sesuai dengan adat istiadat kafir yang diwarisinya dari orang tuanya. Namun karena tertarik kepada Yesus Kristus dan ajaran-Nya yang sudah sering didengarnya, maka ia pergi ke Konstantinopel untuk belajar agama Kristen dan kemudian dipermandikan. Sejak itu ia mulai menyesuaikan cara hidupnya dengan cara hidup Kristen. Ia kemudian pulang ke Rusia dan menyebarkan iman Kristen di sana.

Agar iman Kristen lebih cepat berkembang, ia meminta bantuan kepada Raja Otto I dari Jerman agar mengirimkan Santo Adelbertus ke sana. Saying bahwa karya Santo Adelbertus kurang membawa hasil, karena Raja Svyastoslav, putera Olga sendiri tidak mau bertobat dan menganut agama baru yang dibawa ibunya. Katanya kepada ibunya, “Rakyatku akan menertawakan aku jika aku sendiri menganut agama asing itu.”

Meskipun perkembangan kekristenan berjalan seret di Rusia pada masa itu, namun benih-benih iman sudah mulai berkembang di sana. Olga dan cucunya, Vladimir, dianggap sebagai orang Kristen pertama di Rusia. Oleh Yakop, seorang rahib saleh, Olga dan Vladimir dipandang sebagai rasul negeri Rusia. Olga wafat pada tahun 969.

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Kamis Biasa XIV-C

Renungan Hari Kamis Biasa XIV, Thn C/I
Bac I   Kej 44: 18 – 21, 23b – 29, 45: 1 – 5; Injil      Mat 10: 7 – 15

Dalam bacaan pertama kita mendengar kisah pertemuan Yusuf dengan kesebelas saudaranya. Mereka telah mencelakakan dirinya dengan menjualnya ke pedagang. Namun rencana Tuhan memang indah pada waktunya. Ketika bertemu kembali dengan saudara-saudaranya, Yusuf tidak menaruh kebencian dan dendam atas perlakukan kasar mereka dulu. Justru Yusuf ingin menyelamatkan mereka. Alasannya, Yusuf juga telah menerima kebaikan Tuhan. Maka ia ingin membagikan kebaikan itu kepada siapa saja.

Semangat inilah yang hendak ditanamkan Yesus kepada kedua belas rasul-Nya. “Kalian telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berilah pula dengan cuma-cuma.” (ay. 8). Yesus mengajak mereka untuk tidak dipusingkan dengan urusan-urusan lain, salah satunya seperti upah, “sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.” (ay. 10).

Hari ini sabda Tuhan menghendaki kita untuk mau berbagi apa yang ada pada diri kita. Hendaklah kita melihat bahwa apa yang ada pada kita semuanya berasal dari Tuhan. Tuhan sudah menganugerahkan rahmat dan berkat-Nya kepada kita tanpa meminta imbalan apapun dari kita. Artinya, kita sudah menerima kebaikan dari Tuhan secara gratis. Karena itulah, Tuhan menghendaki kita untuk berbagi kebaikan itu kepada orang lain tanpa memikirkan imbalan atau pahalanya.

by: adrian