Selasa, 11 Februari 2014

(Pencerahan) Emosi Biang Kegagalan

 EMOSI BIANG KEGAGALAN
Elizabeth Gilbert, penulis novel best seller versi New York Times, ‘Eat, Pray, Love’ berkata, “Emosi Anda adalah budak dari pikiran Anda dan Anda adalah budak dari emosi Anda.” Di sini Gilbert mau mengatakan bahwa manusia dikendalikan oleh pikiran dan emosi.

Manusia hanya punya dua pilihan ketika bicara emosi. Mengendalikan emosi atau justru sebaliknya dikendalikan olehnya. Emosi dapat berdampak pada karier. Misalnya seperti yang dialami pegolf legendaris, Bobby Jones. Jones adalah pegolf dengan kemampuan yang luar biasa. Ia mulai bermain golf diusia 5 tahun di tahun 1907. Sebelum berusia 12 tahun, ia telah berhasil memperoleh angka di bawah par, sebuah keberhasilan yang tak bisa dicapai oleh sebagian besar pemain golf sepanjang umur hidupnya bermain golf.

Pada usia 14 tahun, ia mendapat kualifikasi untuk mengikuti kejuaraan golf amatir Amerika Serikat. Ternyata Jones tidak berhasil menang dalam acara itu, karena ia sering kehilangan kendali emosinya dan tidak mampu bermain baik. Sampai-sampai ia dijuluki club thrower atau orang yang suka melempar tongkat golf.

Seorang pegolf lebih senior yang dipanggil Grandpa Bart memberinya nasehat. “Kau tak akan pernah menang kalau kau tidak dapat mengendalikan emosimu.” Jones menerima nasehat itu dan mulai belajar mendisiplinkan emosinya.

Pada usia 21 tahun, Jones mulai berkembang dan selanjutnya menjadi pemain golf terbesar dalam sejarah. Ia pensiun dari golf pada usia 28 tahun setelah memenangi Grand Slam Golf. Grandpa Bart mengomentarinya, “Bobby berusia 14 tahun ketika ia menguasai permainan golf, tetapi baru pada usia 21 tahun ia baru mampu menguasai diri sendiri.”

Karena itu, hendaknya kita jangan membiarkan karier kita yang tengah menanjak rusak hanya karena emosi.

by: adrian, diolah dari email Anne Ahira

Orang Kudus 11 Februari: St. Gregorius II

SANTO GREGORIUS II, PAUS
Gregorius lahir di Roma pada tahun 669 dan meninggal dunia pada tanggal 10 Januari 731. Ia dikenal sebagai seorang Paus abad kedelapan yang mendukung sekaligus melawan kuasa negara, serta gigih mempertahankan hak-hak Paus. Sebelum menjadi paus, ia bertugas sebagai bendaharawan Tahkta Suci dan kemudian ditempatkan sebagai kepala perpustakaan kepausan. Ia adalah pustakawan pertama dari Tahkta Suci. Masa kepausannya berlangsung dari tahun 715 sampain tahun 731. Sebagai Paus, Gregorius melakukan banyak hal untuk memajukan misi gereja. Pada tahun 719, ia mengutus Bonafisius Winfrid, seorang pertapa dari Saxon yang kemudian menjadi santo untuk mempertobatkan suku-suku German yang masih kafir. Bonifasius memperoleh sukses besar dalam misinya itu. Pada tahun 722 Paus Gregorius mentabhiskan dia menjadi Uskup untuk memimpin umat Jerman yang dipertobatkannya. Kepadanya Gregorius memberikan sepucuk surat rekomendasi untuk diserahkan kepada Charles Martel, seorang raja berkebangsaan Perancis yang beragama Kristen dan menjadi penguasa atas suku-suku Jerman. Atas permohonan paus, Charles melindungi Bonifisius dalam karyanya mempertobatkan suku-suku Jerman itu

Meskipun ada banyak keberhasilan dalam kepemimpinannya sebagai paus, Gregorius pun tidak luput dari berbagai tantangan. Kekuatan kaum Lombardia bangkit lagi dan menguasai Hongaria, Austria hingga Italia Utara. Persahabatan baik antara Paus Gregorius dengan Liutprand, raja Lombardia tergoncang bahkan terputus ketika Liutprand memulai propagandanya untuk menguasai Italia. Nafsu kuasa Liutprand semakin menjadi ketika kaum Lombardia menguasai kota Cumae, bagian wilayah kekuasaan Adipati Napoli. Paus Gregorius tidak berdaya untuk mengusir mereka keluar dari sana. Akhirnya Yohanes dari Napoli bangkit melawan Liutprand dan berhasil menghalau kaum Lombardia dari Cumae. Kepahlawanan Yohanes dihargai Paus Gregorius dengan pujian dan pemberian berupa emas. Sekali lagi pada tahun 725, orang-orang Lombardia berusaha menguasai Italia karena melihat gejala menurunnya kewibawaan penguasa-penguasa di bagian barat kekiasaran Romawi. Mereka mengincar tanah-tanah kekaisaran di Italia Utara meliputi Ravenna sebagai ibukota propinsi-propinsi di bagian barat kekaisaran. Mereka berhasil menguasai kota Ravenna. Tetapi kemudian dengan pertolongan orang-orang Venesia, paus bersama Kaisar berhasil mengusir orang-orang Lombardia itu dari kota Ravenna

Bersamaan dengan peristiwa penyerangan Lombardia itu, Paus Gregorius dihadapkan pada masalah serangan terhadap Gereja dari kekaisaran Konstantinopel dalam hal penghormatan gambar-gambar kudus di dalam gereja. Perlawanan ini telah dimulai sejak awal abad kedelapan oleh hasutan orang-orang kafilah dari Damaskus. Kafilah ini dalam tahun 722 mengeluarkan suatu peraturan yang melarang penghormatan gambar-gambar kudus di dalam gereja-gereja yang berada di wilayah-wilayah kekuasaan Islam. Oleh larangan ini, gambar-gambar kudus dalam gereja-gereja itu dirusakkan baik oleh orang-orang Islam maupun orang-orang Kristen itu sendiri

Gerakan pengrusakan gambar-gambar kudus ini didukung oleh Kaisar Bynzantium, Leo III, dengan dekrit yang dikeluarkannya pada tahun 726. Dekrit ini berhasil dengan gemilang. Tetapi Paus Gregorius sangat gigih menentang dekrit ini. Sebagai reaksi terhadap dekrit Kiasar Leo III itu, Paus Gregorius mengeluarkan suatu intruksi yang menentang dekrit itu. Kaisar Leo III mulai menyusun suatu rencana pembunuhan atas diri Paus Gregorius. Tetapi rencana ini gagal karena sebagian besar orang Italia mendukung Paus dan melancarkan perlawanan terhadap kekaisaran Konstantinopel. Sebagai tindakan lanjut dari pertentangan ini, Paus melalui sepucuk surat kepada Leo III menerangkan posisi Gereja dan tradisinya dalam hal penghormatan kepada gambar-gambar kudus. Ia pun mendesak Kaisar Leo III agar segera mencabut kembali dekrit itu sambil menegaskan agar kaisar tidak mencampuri urusan-urusan intern Gereja. Masalah Gereja adalah urusan pejabat-pejabat Gereja, bukan kaisar. Kaisar sebaiknya memusatkan perhatiannya pada urusan-urusan kenegaraannya

Leo III, yang merasa mempunyai kuasa atas wilayah kekuasaannya, menolak mengikuti keinginan-keinginan paus. Karena itu, paus sekali lagi menegaskan pandangan-pandangannya dan dengan tegas melarang kaisar mencampuri urusan-urusan Gereja. Surat yang dikirimkan kepada Leo itu ditutupnya dengan sebuah untaian doa bagi pertobatan kiasar Leo III

Sementara masalah ini belum tuntas penyelesaiannya, tahun berikutnya (728), Eutychius, wakil kaisar di Italia, yang pernah didukung oleh paus dalam perlawanannya terhadap serangan kaum Lombardia, berusaha mempersatukan orang Roma dengan kaum Lombardia untuk melawan paus. Usaha Eutychius sia-sia karena orang Roma bangkit melawan dia dan membela paus. Hal ini semakin memperbesar kuasa paus sebagai pemimpin Gereja, semakin menunjukkan bahwa paus-lah pemimpin kota yang sebenarnya

Dalam mempertahankan kepemimpinannya dan iman yang benar, Paus Gregorius senantiasa berhasil membebaskan Gereja dan iman dari semua rongrongan. Satu hal yang patut dicatat adalah bahwa Paus Gregorius tetap menunjukkan hormat dan pengakuannya pada kekaisaran Konstantinopel, karena ia menganggap bahwa kekaisaran itu adalah sah. Ia melawan kaum Lombardia yang berusaha melemahkan kekaisaran, tetapi ia juga melawan kakaisaran jika kekaisaran melawan dan melanggar hak-hak Gereja. Gereja sungguh merasa kehilangan Gregorius ketika ia menutup matanya pada tanggal 10 Januari 731. Gregorius telah berhasil meletakkan dasar-dasar pijak yang kokoh bagi gereja. Setelah masa kepausannya, kuasa Paus di dunia barat semakin kuat, sementara kekuasaan imperial di Timur melorot dengan deras.

Renungan Hari Selasa Biasa V - Thn II

Renungan Hari Selasa Biasa V, Thn A/II

Kemarin bacaan pertama menceritakan gagasan Raja Salomo untuk mendirikan rumah bagi Allah. Sebenarnya rencana ini sudah ada sejak Raja Daud, ayahnya. Namun Tuhan tidak menghendaki Daud mendirikan Bait Allah, melainkan Salomo. Hari ini sabda Tuhan mengisahkan bahwa Salomo sudah mendirikan Bait Allah itu. Bacaan pertama berisi doa Salomo kepada Tuhan. Yang menarik dari doa Salomo ini adalah, sekalipun Bait Allah yang didirikannya terbilang bagus, Salomo tetap menyadari bahwa apa yang dibuatnya itu tidaklah berarti apa-apa (ay. 27). Di sini Salomo hendak menekankan bahwa Bait Allah bukanlah segala-galanya, karena ia merupakan karya manusia.

Sikap Salomo inilah yang hendak ditekankan Yesus kepada kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat. Sikap mereka bertentangan dengan sikap Raja Salomo. Mereka lebih menekankan tradisi dan aturan buatan manusia, sementara perintah Allah diabaikan (ay. 8). Yesus mengajak para pendengarnya untuk lebih mengutamakan perintah dan kehendak Allah ketimbang aturan manusia; apalagi bila ketentuan manusia itu bertentangan dengan kehendak Allah.

Hari ini sabda Tuhan mengajak kita untuk dapat melihat dan menentukan apa yang terbaik dalam hidup. Tuhan menghendaki supaya kita mendahulukan kehendak Allah daripada urusan manusia. Bukan berarti urusan manusia itu tidak penting. Sejauh tidak bertentangan dengan kehendak Allah, hal itu pantas dan layak untuk ditinggalkan. Kehendak Allah semestinya menjadi utama dalam hidup kita.

by: adrian