Sabtu, 16 Maret 2013

Dokumen Konsili Vatikan II: Lumen Gentium (11)

Sambungan sebelumnya....
KONSTITUSI DOGMATIS TENTANG GEREJA

33. (Hidup kaum awam berhubung dengan keselamatan dan kerasulan)
Semua para awam, yang terhimpun dalam Umat Allah dan berada dalam satu Tubuh Kristus di bawah satu kepala, tanpa kecuali dipanggil untuk sebagai anggota yang hidup menyumbangkan segenap tenaga, yang mereka terima berkat kebaikan Sang Pencipta dan rahmat Sang Penebus demi perkembangan Gereja serta pengudusannya terus menerus.

Adapun kerasulan kaum awam itu keikut-sertaan dalam perutusan keselamatan Gereja sendiri. Dengan baptis dan penguatan semua ditugaskan oleh Tuhan sendiri untuk kerasulan itu. Dengan sakramen-sakramen, terutama Ekaristi Suci, diberikan dan dipelihara cinta kasih terhadap Allah dan manusia, yang menjiwai seluruh kerasulan. Tetapi kaum awam khususnya dipanggil untuk menghadirkan dan mengaktifkan Gereja di daerah-daerah dan keadaan-keadaan, tempat Gereja tidak dapat menggarami dunia selain berkat jasa mereka.[114] Demikianlah setiap orang awam, karena kurnia-kurnia yang diterimanya, menjadi saksi dan sarana hidup perutusan Gereja sendiri “menurut ukuran anugerah Kristus” (Ef 4:7).

Selain kerasulan yang merupakan kewajiban semua orang beriman kristiani tanpa kecuali itu, kaum awam juga dapat dipanggil dengan aneka cara untuk bekerja sama secara lebih langsung dengan kerasulan Hirarki,[115] menyerupai pria-pria dan wanita-wanita, yang membantu Rasul Paulus dalam pewartaan Injil dengan banyak berjerih-payah dalam Tuhan (lih. Flp 4:3; Rom 16:3 dsl.). Di samping itu mereka cakap juga untuk diangkat oleh Hirarki, guna menunaikan berbagai tugas gerejawi demi tujuan rohani.

Jadi semua orang awam mengemban kewajiban mulia untuk berusaha supaya rencana keselamatan ilahi semakin mencapai semua orang di segala zaman dan di mana-mana. Oleh karena itu hendaklah dengan cara manapun juga terbuka jalan bagi mereka, supaya mereka sendiri sekadar kemampuan mereka dan sesuai dengan kebutuhan zaman – dengan giat ikut serta melaksanakan karya keselamatan Gereja.

34.(Keikut-sertaan kaum awam dalam imamat umum dan ibadat)
Imam Tertinggi dan Abadi Kristus Yesus bermaksud melangsungkan kesaksian dan palayanan-Nya melalui kaum awam juga. Maka oleh Roh-Nya Ia tiada hentinya menghidupkan dan mendorong mereka untuk menjalankan segala karya yang baik dan sempurna.

Sebab mereka, yang erat-erat disatukan-Nya dengan hidup dan perutusan-Nya, juga diikutsertakan-Nya dalam tugas imamat-Nya untuk melaksanakan ibadat rohani, supaya Allah dimuliakan dan umat manusia diselamatkan. Oleh karena itu para awam, sebagai orang yang menyerahkan diri kepada Kristus dan diurapi dengan Roh Kudus, secara ajaib dipanggil dan disiapkan supaya secara makin melimpah menghasilkan buah-buah Roh dalam diri mereka. Sebab semua karya, doa-doa dan usaha kerasulan mereka, hidup mereka selaku suami-isteri dan dalam keluarga, jerih-payah mereka sehari-hari, istirahat bagi jiwa dan badan mereka, bila dijalankan dalam Roh bahkan beban-beban hidup bila ditanggung dengan sabar, menjadi korban rohani, yang dengan perantaraan Yesus Kristus berkenan kepada Allah (lih. 1Ptr 2:5). Korban itu dalam perayaan Ekaristi, bersama dengan persembahan Tubuh Tuhan, penuh khidmat dipersembahkan kepada Bapa. Demikianlah para awam pun juga sebagai penyembah Allah, yang di mana-mana hidup dengan suci, membaktikan dunia kepada Allah.

35. (Keikut-sertaan kaum awam dalam tugas kenabian Kristus)
Kristus Nabi Agung telah memaklumkan Kerajaan Bapa dengan kesaksian hidup maupun kekuatan sabda-Nya. Ia menunaikan tugas kenabian-Nya hingga penampakan kemuliaan sepenuhnya bukan saja melalui Hirarki yang mengajar atas nama dan dengan kewibawaan-Nya melainkan juga melalui para awam. Karena itulah awam diangkat-Nya menjadi saksi dan dibekali-Nya dengan perasaan iman dan rahmat sabda (lih. Kis 2:17-18; Why 19:10) supaya kekuatan Injil bersinar dalam hidup sehari-hari dalam keluarga maupun masyarakat. Mereka membawakan diri sebagai pengemban janji-janji bila dengan keteguhan iman dan harapan menggunakan waktu sekarang dengan tepat (lih. Ef 5:16; Kol 4:5) dan mendambakan dengan sabar kemuliaan yang akan datang (lih. Rom 8:25). Namun harapan itu janganlah mereka sembunyikan di lubuk hati. Hendaklah itu mereka ungkapkan dengan pertobatan tiada hentinya dan dengan perjuangan “melawan para penguasa dunia kegelapan, menentang roh-roh jahat” (Ef 6:12), juga melalui struktur-struktur hidup duniawi.

Sakramen-sakramen Hukum Baru, yang memelihara hidup dan kerasulan kaum beriman, melambangkan sorga baru dan dunia baru (lih. Why 21:1). Begitu pula para awam menjadi bentara yang tangguh, pewarta iman akan hal-hal yang diharapkan (lih. Ibr 11:1), bila mereka tanpa ragu-ragu memadukan pengakuan iman dengan penghayatan iman. Penyiaran Injil itu, yakni pewartaan Kristus, yang disampaikan dengan kesaksian hidup dan kata-kata memperoleh ciri yang khas dan daya-guna yang istimewa justru karena dijalankan dalam keadaan-keadaan biasa dunia ini. Dalam tugas itu nampak sangat berharga status kehidupan yang dikuduskan dengan sakramen khusus, yakni hidup perkawinan dan berkeluarga. Di sini terdapat latihan dan pendidikan yang sangat baik bagi kerasulan awam bila agama kristiani merasuki dan makin mengubah seluruh tata-susunan kehidupan. Di situ suami-isteri mempunyai panggilan mereka sendiri, yakni: memberi kesaksian iman dan cinta akan Kristus seorang terhadap yang lain dan kepada anak-anak mereka. Keluarga kristiani dengan lantang mewartakan baik kekuatan Kerajaan Allah sekarang maupun harapan akan hidup bahagia. Demikianlah keluarga dengan teladan maupun kesaksiannya menunjukkan dosa dunia dan menerangi mereka yang mencari kebenaran.

Maka dari itu para awam juga kalau mereka sibuk dengan urusan keduniaan dapat dan harus menjalankan kegiatan yang berharga untuk mewartakan Injil kepada dunia. Memang, karena tidak ada imam-imam atau mereka dihalang-halangi dalam penganiayaan, beberapa awam sekedar kemampuan mereka mengambil alih beberapa tugas suci. Banyaklah sudah yang membaktikan segenap tenaga mereka dalam karya kerasulan. Akan tetapi semua wajib bekerja sama demi penyebarluasan dan perkembangan Kerajaan Kristus di dunia. Oleh karena itu hendaklah para awam dengan tekun berusaha makin mendalami arti kebenaran yang diwahyukan dan sepenuh hati memohon kurnia kebijaksanaan dari Allah.


[114] Lih. PIUS XI, Ensiklik Quadragesimo anno, 15 Mei 1931: AAS 23 (1931) hlm. 221 dsl. PIUS XII, Amanat De quelle consolation, 14 Oktober 1951: AAS 43 (1951) hlm. 790 dsl.
[115] Lih. PIUS XII, Amanat Six ans se sont coules, 5 Oktober 1957: AAS 49 (1957) hlm. 927.

Orang Kudus 16 Maret: St. Torello

Beato Torello, PETAPA
Torello dilahirkan pada tahun 1202 di Poppi, Italia. Hidupnya semasa kanak-kanak di desa biasa-biasa saja. Tetapi, setelah ayahnya meninggal dunia, Torello mulai mengubah seluruh cara hidupnya. Ia bergaul dengan teman-teman yang suka mabuk. Mereka bukannya bekerja, malahan berkeliaran di kota sepanjang hari. Torello menyukai teman-teman barunya ini dan berusaha keras mendapatkan pengakuan mereka.

Suatu hari, ketika ia sedang bermain olahraga di tempat terbuka, seekor ayam jago terbang turun dari tempatnya bertengger dan mendarat di lengan Torello. Si jago lalu berkokok tiga kali; kokok yang panjang dan lantang. Torello terdiam kelu. Ia pergi dan tak hendak melanjutkan permainannya. Ia tidak dapat tidak berpikir bahwa apa yang dilakukan si ayam jago bukanlah suatu kebetulan belaka. Ia diperingatkan, dengan cara yang sama seperti St Petrus dulu diperingatkan. Cara hidup Torello yang tak bertanggung jawab akan menghantarnya jauh dari Yesus.

Seketika itu juga Torello berniat mengubah hidupnya. Ia pergi menemui Abbas San Fedele yang membantunya menyambut Sakramen Tobat dengan baik. Lalu Torello pergi ke suatu daerah hutan yang tenang dan memilih sebuah tempat dekat sebuah pohon besar. Ia melewatkan delapan hari lamanya dalam doa. Di akhir doa, ia memutuskan hendak menjadi seorang pertapa. Ia pulang ke Poppi dan menjual segala harta miliknya. Ia menyisakan bagi dirinya hanya cukup uang untuk membeli sepetak tanah dekat pohon besar yang ditemukannya di hutan. Di sebelah pohon besar ia mendirikan sebuah gubuk di mana ia menghabiskan sepanjang sisa masa hidupnya. Ia menanam sayur-mayur untuk makanannya dan mengambil air dari sungai. Ia berdoa dan mengamalkan mati raga, yang paling berat adalah tidur hanya tiga jam saja dalam semalam.

Torello merasa bahwa menjadi seorang pertapa adalah panggilan hidup yang Tuhan kehendaki baginya. Demikianlah ia melewatkan hidupnya dalam damai. Semasa ia masih hidup, sedikit saja orang yang tahu mengenai hidupnya sebagai seorang pertapa. Hanya seorang sahabat tahu akan kehidupan Torello yang tersembunyi di hutan. Torello wafat dalam usia delapanpuluh tahun sesudah melewatkan lebih dari limapuluh tahun hidup sebagai pertapa. Beato Torello wafat pada tahun 1282.

Dari YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”

Renungan Hari Sabtu Prapaskah IV-C

Renungan Hari Sabtu Prapaskah IV, Thn C/I
Bac I : Yer 11: 18 – 20Injil       : Yoh 7: 40 – 53

Injil hari ini melanjutkan pertentangan Yesus dengan orang Yahudi seputar identitas diri-Nya. Akan tetapi pertentangan itu tidak lagi hanya terjadi antara Yesus dengan orang Yahudi saja, melainkan juga antara sesama orang Yahudi. Ada banyak orang yang mulai percaya kepada Yesus. Orang-orang ini berasal dari kalangan bawah. Lawan mereka adalah para pemimpin agama Yahudi. Mereka tidak percaya (ay. 48). Mereka sangat sombong karena status dan jabatan mereka, sehingga memandang rendah orang lain.

Cukup menarik kalau kita perhatikan sumber kepercayaan dan ketidakpercayaan mereka pada Yesus. Mereka yang percaya pada Yesus mendasarkan pada apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan. Artinya, berdasarkan realitas. Sedangkan para pemimpin agama tidak percaya karena didasari pada aturan dan Taurat. Jadi, dasar ketidakpercayaan mereka bukan pada realitas diri Yesus, tetapi pada subyektifitas. Karena tidak suka dan tidak senang pada Yesuslah yang membuat mereka tidak percaya, bukan pada kebenaran yang ada pada Yesus.

Peristiwa dalam Injil hari ini ternyata dapat kita temui dalam kehidupan dewasa kini. Sikap arogan atas status dan jabatan sering ditunjukkan para pimpinan Gereja yang menganggap umat tidak tahu apa-apa dan bodoh. Dengan mengatasnamakan aturan dan hukum banyak petugas Gereja membodohi dan membohongi umatnya. Sekalipun ada sesama rekan yang menegur (seperti Nikodemus), tetap saja mereka bersembunyi di balik aturan, hukum dan uskup.

Sabda Tuhan hari ini mau mengajak kita, khususnya para pemimpin agama, untuk bersikap rendah hati. Harus disadari bahwa terkadang, bahkan sering kebenaran dan kebaikan itu muncul dari umat. Jangan menyepelekan umat. Ada pepatah vox populi, vox Dei, suara rakyat adalah suara Allah.

by: adrian