Minggu, 11 Agustus 2013

Orang Kudus 11 Agustus: St Klara Asisi

SANTA KLARA ASISI, PERAWAN
Klara Sciffi, puteri bangsawan dari pasangan Feverone Offraduccio dan Ortolana ini, lahir di Asisi, Italia, pada tanggal 16 Juli 1194. Dari orang tuanya Klara memperoleh jaminan hidup material yang berkecukupan. Ibunya Cortolana, yang pernah berziarah ke Tanah Suci dan Roma, mendidiknya dengan sebaik-baiknya. Klara berkembang dewasa menjadi seorang gadis yang berkepribadian teguh dan beriman, bahkan dinyatakan sebagai ‘kudus’ di kemudian hari. Pendidikan ini pula berhasil menanamkan dalam dirinya suatu sikap yang tepat terhadap nilai harta duniawi dalam hubungannya dengan cita-cita hidup manusia yang sebenarnya.

Kepribadian dan cara hidup Klara banyak dipengaruhi oleh tokoh suci Asisi, Santo Fransiskus. Fransiskus, bangsawan kaya raya dari Asisi meninggalkan segala miliknya demi pengabdian total kepada Tuhan dan Injil-Nya, menjalani suatu cara hidup miskin yang keras mengikuti jejak Kristus. Bersama beberapa pengikutnya, ia berkelana mewartakan Kristus yang miskin kepada seluruh penduduk Asisi, baik yang kaya maupun yang miskin. Klara terpesona dengan cara hidup Fransiskus itu. Ia tekun mendengarkan setiap kotbah Fransiskus sambil bertanya diri, “Mengapa cita-cita dan cara hidup yang mulia itu tidak bisa dijalani oleh seorang wanita?” Lalu dengan diam-diam bersama temannya Bona pergi menemui Fransiskus untuk meminta pandangan dan bimbingannya. Dari bimbingan Fransiskus, Klara memperoleh suatu kepastian perihal pertanyaan yang mengusik batinnya.

Pada tahun 1212, ketika berusia 18 tahun, Klara dengan diam-diam meninggalkan istana ayahnya untuk bergabung dengan kelompok Fransiskus. Di tengah malam itu Klara melangkah dengan pasti menuju Gereja Ratu Para Malaikat di Portiuncula. Di gereja itu, Fransiskus menyambutnya dengan gembira, menyerahkan kepadanya sehelai jubah kasar, menggantikan pakaiannya yang dibawanya dari rumah. Setelah menyatakan kesediaannya menjalani cara hidup miskin demi Kristus dan Injil-Nya, Fransiskus memasukkan dia ke sebuah biara suster-suster Benediktin di Bastia agar jauh dari pengaruh keluarganya. Peristiwa itu menggemparkan keluarganya. Ayahnya segera menyuruh orang untuk mencari Klara di setiap biara yang ada di kota Asisi. Setelah menemukan dia di biara Bastia, mereka membujuknya untuk kembali ke rumah. Namun Klara dengan tegas menolak pulang.

Tidak seberapa lama, Agnes adiknya datang menemui Klara. Karena tertarik pada cara hidup kakaknya, Agnes pun akhirnya bergabung (dan kelak, juga ibunya setelah menjanda). Fransiskus menempatkan mereka menjadi inti sebuah biara baru San Domiano, dekat Asisi. Klara diangkat sebagai pemimpin biara San Damiano. Suatu cara hidup digariskan kepada mereka. Biara ini menjadi perintis ordo wanita-wanita miskin, yang lazimnya disebut Ordo Suster-suster Klaris. Karena semakin banyak pengikutnya, didirikan biara-biara baru di Italia, Perancis dan Jerman di bawah bimbingan Klara.

Klara memimpin ordonya selama 40 tahun dengan penuh pengabdian dan kepercayaan kepada kasih dan penyelenggaraan ilahi. Cara hidup miskin dihayatinya dengan sungguh ditopang oleh doa dan matiraga yang keras. Kepercayaan yang kokoh pada kasih dan penyelenggaraan Tuhan terbukti dalam keberhasilannya menghalau serdadu-serdadu Kaisar Frederik II yang menyerang biaranya. Menghadapi serangan itu Klara yang tengah sakit payah lari ke kapel diiringi oleh suster-susternya untuk mengambil monstrans bertahktakan Tubuh Kristus. Dengan monstrans itu, Klara menghadapi serdadu-serdadu itu di pintu gerbang. Sungguh ajaib! Serdadu-serdadu itu mundur teratur dan para suster Klaris itu selamat dari bahaya maut.

Dari Paus Gregorius IX (1227 – 1241), Klara mendapatkan ‘privilese kemiskinan’, yaitu izin bagi suster-susternya untuk hidup hanya dari derma. Para suster Klaris itu berpuasa sepanjang tahun kecuali pada hari Minggu dan hari-hari raya. Biara mereka sangat sederhana. Ketika paus membujuk Klara supaya bersedia mempunyai milik biar hanya sedikit saja, Klara menjawab, “Bapa Suci, tidak pernah saya ingin dibebaskan dari jalan mengikuti Kristus yang miskin.”

Klara meninggal dunia pada tanggal 11 Agustus 1253. Pada tahun 1255, dua tahun sesudah kematiannya, Paus Alexander IV (1254 – 1261) menyatakan dia sebagai ‘kudus.’

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Maria Diangkat Ke Surga

PESTA SP MARIA DIANGKAT KE SURGA
Pada hari ini, kita merayakan peristiwa iman: “Maria Diangkat Ke Surga”. Kita diajak Gereja untuk merenungkan perbuatan besar yang dikerjakan Allah bagi Maria, Bunda Kristus dan Bunda seluruh umat beriman. Kita percaya bahwa Maria telah dipilih Allah sejak awal mula untuk menjadi Bunda Putera-Nya, Yesus Kristus. Untuk itu Allah menghindarkannya dari noda dosa asal dan mengangkatnya jauh di atas para malaikat dan orang-orang kudus.

Gereja percaya bahwa Allah mengangkat Maria ke surga dengan jiwa dan badan, karena peranannya yang luar biasa dalam karya penyelamatan dan penebusan Kristus. Kebenaran iman ini dimaklumkan sebagai dogma dalam Konstitusi Apostolik Munificentissimus Deus oleh Paus Pius XII (1939 – 1958) pada tanggal 1 November 1950. Maklumat ini dapat dipandang sebagai ‘mahkota’ perkembangan devosi dan teologi seputar masalah ini.

Dogma ini sama sekali tidak menentukan apa-apa sehubungan dengan kematian Maria. Tidak diketahui secara pasti apakah Perawan terberkati ini meninggal; tetapi kalau toh terjadi, kematiannya tentu tidak disertai dengan ketakutan dan penderitaan sebagaimana biasanya dialami manusia, bahkan sebaliknya diliputi ketenteraman dan kegembiraan sebagai suatu perpindahan dari dunia ke dalam keabadian. Dogma ini pada hakikatnya bertumpu pada iman umat sejak dahulu kala, bukannya pada satu teks Alkitab tertentu.

Dalam Konstitusi Apostolik itu, paus menyatakan, “Kami memaklumkan, menyatakan dan menentukannya menjadi suatu dogma wahyu ilahi, bahwa Bunda Allah yang Tak Bernoda, Perawan Maria, setelah menyelesaikan hidupnya di dunia ini, diangkat dengan badan dan jiwa ke dalam kemuliaan surgawi.”

Di antara tahun 1849 – 1950, Vatikan dikirimi banyak sekali permohonan dari segala penjuru dunia agar kepercayaan akan Maria Diangkat ke Surga diumumkan secara resmi sebagai dogma. Pada tanggal 1 Mei 1946, Paus Pius XII (1939 – 1958) mengirim kepada para uskup sedunia ensiklik Deiparae Virginis; di dalamnya paus menanyakan para uskup sedunia sejauh manakah mereka setuju agar dogma itu benar-benar dimaklumkan. Jawaban para uskup hampir senada, yaitu positif.

Paus bertitik tolak dari persatuan mesra antara Maria dengan Yesus, Puteranya, khususnya semasa Yesus masih kecil. Persatuan itu diyakini sebagai tidak mungkin tidak diteruskan selama-lamanya; tak mungkin Maria yang melahirkan Yesus dapat terpisah dari Yesus secara fisik. Selaku Puteranya, Yesus tentu menghormati ibu-Nya, bukan hanya Bapa-Nya.

Tanda-tanda pertama ibadat kepada Santa Maria Diangkat ke Surga, ditemukan para ahli di kota Yerusalem dalam masa awal Gereja Kristen. Pesta Maria Diangkat ke Surga sudah popular sekali di kalangan Gereja Timur pada abad VIII.

Konsili Vatikan II bicara juga tentang Dogma Maria Diangkat ke Surga. Konsili mengatakan, “Akhirnya, sesudah menyelesaikan jalan kehidupannya yang fana, Perawan Tak Tercela, yang senantiasa kebal terhadap semua noda dosa asal, diangkat ke kejayaan surgawi dengan badan dan jiwanya.” (LG no. 59). Dalam Lumen Gentium no 68 tertulis, “Bunda Yesus telah dimuliakan di surga dengan badan dan jiwa, dan menjadi citra serta awal penyempurnaan Gereja di masa datang. Begitu pula dalam dunia ini – sampai tiba hari Tuhan (bdk. 2Ptr 3: 10) – ia bersinar gemilang sebagai tanda harapan yang pasti dan tanda hiburan bagi Umat Allah yang sedang berziarah.”

Yesus yang sungguh Allah dan sungguh manusia sekarang bertahkta di surga sebagai Raja yang kepada-Nya telah diserahkan segala kekuasaan di surga dan di dunia. Dan Maria, ibu-Nya yang menyertai Dia dengan setia dalam seluruh karya-Nya di tengah-tengah manusia kini bertahkta juga di surga sebagai Ratu Surgawi, yang mendoakan kita di hadapan Putera-Nya dan menolong kita dalam semua kedukaan kita. Di dalam Yesus dan Maria, keluhuran martabat manusia tampak dengan cemerlang. Kecemerlangan martabat manusia itu bukan terutama karena keagungan manusia di antara ciptaan lainnya melainkan terutama karena karya penebusan Yesus Kristus, Putera Maria dan persatuan mesra dengan-Nya.

Pengangkatan Maria ke surga dengan badan dan jiwa menunjukkan juga kepada kita betapa tingginya nilai tubuh manusia di hadapan Allah karena penebusan Kristus dan persatuan erat mesra dengan-Nya. Oleh penebusan dan persatuan itu, tubuh kita tidak sehina tubuh hewan karena sudah dikuduskan oleh Kristus. Oleh karena itu sudah sepantasnya kita menghormati tubuh kita dan tubuh orang lain. Sehubungan dengan itu, biasamya kita berdoa, “Bunda Maria yang tak bernoda, murnikanah badanku dan sucikanlah jiwaku.”

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan HR SP Maria Diangkat ke Sorga - C

Renungan Hari Raya SP Maria Diangkat ke Surga, Thn C/I
Bac I   : Why 11: 19a, 12: 1, 3 – 6, 10; Bac II  : 1Kor 15: 20 - 26
Injil     : Luk 1: 36 – 56

Hari ini merupakan Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga. Bacaan-bacaan liturgi hari ini, selain mau berbicara tentang Maria (Injil), juga secara implisit mengibaratkan keberadaan Maria di surga (Bacaan pertama dan kedua).

Dalam bacaan pertama yang diambil dari Wahyu Yohanes, diungkapkan penglihatan Yohanes tentang seorang perempuan. Banyak ahli sepakat bahwa perempuan itu adalah Maria, Bunda Tuhan kita Yesus Kristus. Keberadaan Maria di surga tampak dalam ungkapan “suatu tempat yang sudah disediakan baginya oleh Allah.” (ay. 6). Sedangkan dalam bacaan kedua, keberadaan Maria di surga mendapat jaminan dari Puteranya sendiri yang telah bangkit dari mati.

Injil hari ini berbicara tentang Maria: pribadi dan teladan hidupnya. Semuanya inilah yang menghantar dirinya ke surga. Karena itulah, Bunda Maria menjadi teladan hidup bagi semua umat beriman. Sebagaimana Maria diangkat ke surga karena pribadi dan teladan hidupnya, kita pun dapat ke surga jika mengikuti teladan hidupnya.

Sabda Tuhan hari ini mau mengatakan kepada kita bahwa kita juga akan ke surga suatu ketika. Rasul Paulus sudah meyakinkan kita, bahwa berkat kebangkitan Kristus kita akan diselamatkan. Tuhan, lewat sabda-Nya hari ini, menghendaki kita untuk meneladani Bunda Maria agar dengannya kita pun diangkat ke surga.

by: adrian