Jumat, 21 Juni 2013

Berdoa dengan Cara Meniru

Jesica, seorang gadis kecil berusia 3 tahun, sedang dibiasakan ibunya untuk tidur sendiri. Namun kesulitannya adalah Jesica suka takut kepada hantu. Oleh karena itu, ibunya mengajarkan Jesica berdoa agar ia tak takut lagi kepada hantu.



Sang ibu sangat bangga karena sekarang anaknya tidak takut lagi dengan hantu setelah diajarkan bagaimana mengusir hantu dengan doa.  Bahkan Jesica berhasil mengingat semua kata-kata doa itu dengan benar berulang-ulang.

Ibu    : Bagus! Coba sekarang ulang sekali lagi.
Jesica : DALAM NAMA TUHAN YESUS, HANTU PERGI!!!

Pada saat yang lain ibu Jesica mengajarkan Jesica berdoa makan dengan cara memintanya menirukan kata-kata yang ibunya ucapkan.

Ibu
   : Tuhan Yesus ....
Jesica : Tuhan Yesus ....
Ibu
   : Jesica mau makan ....
Jesica : Jesica mau makan ....
Ibu
    : Terima kasih untuk makanan ini ....
Jesica : Terima kasih untuk makanan ini ....
Ibu
   : Dalam nama Tuhan Yesus ....
Jesica : HANTU PERGIII ... !!!
Ibu
   : ???.
Baca juga humor lainnya:

Orang Kudus 21 Juni: St. Aloysius Gonzaga

SANtO aloysius gonzaga, biarawan & pengaku iman
Aloysius Gonzaga, yang biasanya dipanggil Luigi, lahir di Castiglione delle Stiviert, Mantua, Italia Utara pada 9 Maret 1568. Ia berasal dari sebuah keluarga bangsawan yang berkuasa dan kaya raya. Ketika berumur 9 tahun, putra tertua dari Marchese Ferrante ini mengikuti pendidikan di istana keluarga Fransesco de Medici di Florence.

Selama berada di istana de Medici, ia mulai menyadari panggilan ilahi dalam dirinya. Ia tahu apa yang nanti akan terjadi atas dirinya. Hidup asusila yang mewarnai cara hidup orang-orang istana sangat memuakkan hatinya. Ia merasa terancam oleh cara hidup istana itu. Untuk melindungi dirinya dari bahaya-bahaya itu, ia terus berdoa memohon perlindungan Tuhan. Dalam situasi ini ia dengan berani mengikrarkan kaul kemurniaan hidup dan berjanji akan memelihara kesucian dirinya. Kaul ini diikrarkannya selagi berusia 10 tahun (1578). Di kemudian hari, ia sendiri mengatakan bahwa ia telah memutuskan menjalani kehidupan religius pada umur 7 tahun. Pada tahun 1580, ia menerima Komuni Kudus pertama dari Uskup Agung Milan, Karolus Borromeus.

Kemudian pada tahun 1581, ia bersama Maria dari Austria pergi ke Spanyol. Ia tinggal selama tiga tahun di istana Yakobus, putra raja Phlips II di Madrid. Di sinilah ia memutuskan untuk masuk Serikat Yesus. Untuk itu ia segera kembali ke Italia pada tahun 1584 untuk menyampaikan niatnya kepada orang tuanya. Ayahnya menolak dengan tegas keinginan anaknya. Aloysius diharuskan tetap mempertahankan gelar kebangsawanannya dan harta benda warisannya. Segera ia mengalihkan semua haknya dan harta warisannya kepada saudaranya yang lebih muda. Ayahnya tak berdaya menghadapi anaknya ini. Akhirnya Aloysius masuk novisiat Serikat Yesus di biara Santo Andreas di Roma. Ia diterima oleh Pater General Serikat Yesus, Claudius Acquaviva. Setelah menyelesaikan tahun novisiatnya, ia diperkenankan mengucapkan kaul pertama.

Prestasinya yang tinggi dalam pelajaran ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu pengetahuan lainnya memperkenankan dia memulai studi teologi di Kolese Roma. Ia ternyata sangat mampu  mengikuti kuliah teologi. Kawan-kawannya sangat menyegani dia karena belaskasihan, kerendahan hati dan ketaatannya. Kesalehan hidupnya dan ketabahannya dalam menghayati hidup membiara membuat dia menjadi tokoh teladan bagi kawan-kawannya.

Pada usia 23 tahun, ketika terlibat aktif dalam perawatan orang sakit korban wabah pes di Roma, ia sendiri terserang penyakit berbahaya itu. Akhirnya ia meninggal setelah tiga bulan menderita, pada tanggal 21 Juni 1591, hari terakhir Oktaf Pesta Tubuh dan Darah Kristus. Ia dikuburkan di Annunziata dekat Kolese Roma. Jenazahnya kemudian dipindahkan ke gereja Santo Ignatius.

sumber: Orang-orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Jumat Biasa XI-C

Renungan Hari Jumat Biasa XI, Thn C/I
Bac I   : 2Kor 11: 18, 21 – 30; Injil         : Mat 6: 19 – 23

Sabda Tuhan hari ini mau mengajak kita untuk membangun semangat hidup sederhana sebagai ungkapan sikap rendah hati. Paulus, dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus, mengritik semangat memegahkan diri atas hal-hal duniawi. Di sini orang jatuh dalam sikap sombong. Bagi Paulus tak ada yang perlu dibanggakan dari hal-hal duniawi itu. Itu suatu kebodohan. Paulus mencontohkan dirinya yang “bermegah atas kelemahanku.” (ay. 30).

Dalam Injil juga, Yesus menekankan sikap rendah hati. Yesus mengajak kita untuk tidak meletakkan kebanggaan pada barang-barang duniawi di mana “ngengat dan karat akan merusakkannya dan pencuri akan mencurinya.” (ay. 19). Yesus menunjukkan bahwa kebanggaan duniawi sia-sia, sekalipun kecenderungan kita adalah kesitu. Namun Yesus menghendaki agar kita lebih mengutamakan hal-hal yang ilahi, yang tak akan rusak atau hilang.

Pesan Tuhan dalam sabda-Nya hari ini adalah agar kita mau bersikap rendah hati dalam menyikapi hal-hal duniawi. Tuhan tidak melarang kita memiliki barang duniawi, namun hendaklah kita jangan jatuh ke dalam kesombongan akan barang duniawi itu.

by: adrian