Minggu, 30 November 2014

Tahun 2015 sbg Tahun Hidup Bakti

PESAN KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA
MENYONGSONG PERAYAAN TAHUN HIDUP BAKTI

Betapa Indah Panggilan-Mu, Tuhan!”(bdk Mzm 84:2)

Saudara-saudari Umat Beriman, para Imam, Frater, Bruder dan Suster yang terkasih,
Dalam pertemuan dengan para Pemimpin Umum Tarekat  Religius di Roma pada tanggal 27-29 November 2013, Paus Fransiskus mencanangkan tahun 2015 sebagai Tahun Hidup Bakti. Pada tahun yang sama Gereja memperingati 50 tahun dua dokumen penting Konsili Vatikan II, yaitu Perfectae Caritatis (Dekret Tentang Hidup Bakti) dan Lumen Gentium (Konstitusi Dogmatis Tentang Umat Allah). Kedua Dokumen ini secara khusus berbicara tentang hidup bakti.  Kita juga mengenang dengan rasa syukur Dokumen Konsili Ad Gentes yang berbicara tentang peran khusus komunitas hidup bakti dalam perutusan Gereja. Tahun Hidup Bakti akan dibuka secara resmi pada tanggal 21 November 2014 dan akan ditutup pada tanggal 21 November 2015. Pada tanggal 21 November itu diperingati Santa Perawan Maria Dipersembahkan Kepada Allah. Sepanjang tahun itu seluruh umat diajak untuk berdoa dan merenungkan makna hidup bakti bagi hidup dan tugas perutusan Gereja. Hidup Bakti dipahami sebagai hidup yang dipersembahkan kepada Allah dengan kesetiaan mengikuti dan melaksanakan nasihat-nasihat Injil dalam ketaatan, kemurnian dan kemiskinan. Hidup Bakti merupakan tanda nyata dari cita-cita kesempurnaan hidup kristiani yang ditawarkan Allah kepada seluruh umat beriman.  

Makna dan Tujuan Tahun Hidup Bakti
Pencanangan Tahun Hidup Bakti patutlah disyukuri sebagai ajakan kepada seluruh Gereja untuk semakin menyelami makna dan pentingnya pilihan hidup bakti sebagai salah satu bentuk panggilan khusus untuk hidup dan karya pelayanan Gereja. Lebih jauh pencanangan itu dimaksudkan untuk mengobarkan semangat dan cinta putra-putri Gereja agar semakin terbuka, lapang hati dan dengan keberanian iman menjawab panggilan Allah. Tahun Hidup Bakti patutlah dijadikan kesempatan untuk merenung dan membaharui komitmen kesetiaan kepada Tuhan, kepada pelayanan Gereja, kepada pemikiran dan cita-cita dasar pendiri tarekat masing-masing, dan kepada masyarakat pada zaman ini, meskipun ditemui banyak kesulitan dan tantangan. Kesempatan ini sungguh tepat untuk merenungkan kembali bagaimana seluruh umat beriman, khususnya kaum muda, dipanggil Allah untuk mempersembahkan seluruh hidup melalui penghayatan akan nasihat-nasihat Injil demi kemuliaan Allah dan keselamatan sesama serta keutuhan alam ciptaan. Tokoh iman yang patut dijadikan suri-teladan dalam kehidupan demikian adalah Bunda Maria, yang sungguh berserah-diri secara total kepada Allah dengan menyimpan segala perkara iman dalam hatinya dan merenungkannya.   

Renungan Hari Minggu Adven I - B

Renungan Hari Minggu Adven I, Thn B/I
Bac I    Yes 63: 16 – 17, 64: 1, 3 – 8; Bac II           1Kor1: 3 – 9;
Injil      Mrk 13: 33 – 37;

Hari ini merupakan adven pertama. Dalam masa adven, umat diajak untuk mempersiapkan diri akan kedatangan Tuhan. Kedatangan Tuhan ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu kedatangan Tuhan pada akhir zaman dan kedatangan Tuhan yang adalah natal. Kedua jenis kedatangan ini menuntut hal yang sama pada umat, yaitu pertobatan sebagai bentuk persiapan. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Nabi Yesaya, diungkapkan bahwa umat harus hidup pantas di hadapan Allah supaya tidak mendapat murka Allah. Hidup pantas di sini dapat diartikan dengan melakukan yang benar dan yang mengingat jalan yang ditunjuk Tuhan.

Apa yang disampaikan Yesaya dalam bacaan pertama, kembali ditegaskan oleh Paulus dalam bacaan kedua. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, Paulus mengajak mereka untuk hidup dengan tidak bercela hingga kedatangan Tuhan. Sekalipun tidak diketahui kapan kedatangan Tuhan itu, umat hendaknya selalu hidup dengan benar sesuai dengan perintah Allah. Inilah yang diharapkan Paulus kepada jemaat di Korintus. Harapan ini menjadi harapan bagi umat di mana saja dan kapan saja.

Tuhan Yesus dalam Injil juga menyinggung soal kedatangan Tuhan. Dengan tegas Tuhan Yesus menyatakan bahwa kedatangan Tuhan itu bisa muncul secara tiba-tiba. Tuhan Yesus berharap agar bila waktunya tiba, umat hidup dalam keadaan siap. Tuhan tidak mau umat mendapat celaka atau murka Allah. Karena itu, sikap yang hendak dibangun adalah berjaga-jaga. Dengan berjaga-jaga, maka umat tidak akan mudah tertidur.

Kedatangan Tuhan merupakan kerinduan setiap umat manusia. Tentulah setiap orang ingin supaya saat Tuhan datang, ia sudah siap. Akan tetapi, tidak ada yang tahu kapan kedatangan Tuhan itu tiba. Manusia hanya bisa menunggu. Dan dalam proses menunggu ini tak jarang kita tertidur atau berdosa. Karena itulah, Tuhan mengajak kita untuk selalu berjaga. Berjaga dapat juga dimengerti sebagai bertobat, menyesali dosa dan kesalahan yang telah dilakukan dan berusaha hidup dengan benar sesuai dengan kehendak Allah.

by: adrian