PESAN KONFERENSI
WALIGEREJA INDONESIA
MENYONGSONG PERAYAAN TAHUN HIDUP BAKTI
“Betapa Indah Panggilan-Mu, Tuhan!”(bdk Mzm
84:2)
Saudara-saudari Umat Beriman, para Imam, Frater, Bruder
dan Suster yang terkasih,
Dalam pertemuan dengan para Pemimpin Umum
Tarekat Religius di Roma pada tanggal
27-29 November 2013, Paus Fransiskus mencanangkan tahun 2015 sebagai Tahun Hidup
Bakti. Pada tahun yang sama Gereja memperingati 50 tahun dua dokumen penting Konsili
Vatikan II, yaitu Perfectae
Caritatis
(Dekret Tentang Hidup Bakti)
dan Lumen Gentium (Konstitusi Dogmatis Tentang Umat Allah). Kedua Dokumen ini secara
khusus berbicara tentang hidup bakti. Kita juga mengenang dengan rasa syukur
Dokumen Konsili Ad Gentes yang
berbicara tentang peran khusus komunitas hidup bakti dalam perutusan Gereja. Tahun Hidup Bakti akan
dibuka secara resmi pada tanggal 21 November 2014 dan akan ditutup pada tanggal
21 November 2015. Pada tanggal 21 November itu
diperingati Santa Perawan Maria Dipersembahkan Kepada Allah. Sepanjang tahun itu seluruh umat diajak untuk berdoa dan merenungkan makna hidup bakti bagi hidup dan tugas perutusan Gereja. Hidup Bakti dipahami sebagai hidup yang dipersembahkan
kepada Allah dengan kesetiaan mengikuti dan melaksanakan nasihat-nasihat Injil
dalam ketaatan, kemurnian dan kemiskinan. Hidup Bakti merupakan tanda nyata
dari cita-cita kesempurnaan hidup kristiani yang ditawarkan Allah kepada
seluruh umat beriman.
Makna dan Tujuan Tahun Hidup Bakti
Pencanangan Tahun Hidup Bakti patutlah disyukuri
sebagai ajakan kepada seluruh Gereja untuk semakin menyelami
makna dan pentingnya pilihan hidup bakti sebagai salah satu bentuk panggilan khusus untuk hidup dan karya pelayanan Gereja. Lebih jauh pencanangan itu dimaksudkan untuk
mengobarkan semangat dan cinta putra-putri Gereja agar
semakin terbuka, lapang hati dan dengan keberanian iman menjawab panggilan
Allah. Tahun Hidup Bakti patutlah dijadikan kesempatan untuk merenung dan membaharui komitmen kesetiaan kepada Tuhan, kepada pelayanan Gereja, kepada pemikiran dan cita-cita dasar pendiri tarekat masing-masing, dan kepada masyarakat pada zaman ini, meskipun ditemui banyak kesulitan dan tantangan. Kesempatan ini sungguh tepat untuk merenungkan kembali bagaimana seluruh
umat beriman, khususnya kaum muda, dipanggil Allah untuk mempersembahkan
seluruh hidup melalui penghayatan akan nasihat-nasihat Injil demi kemuliaan
Allah dan keselamatan sesama serta keutuhan alam ciptaan. Tokoh iman yang patut
dijadikan suri-teladan dalam kehidupan demikian adalah Bunda Maria, yang
sungguh berserah-diri secara total kepada Allah dengan menyimpan segala perkara
iman dalam hatinya dan merenungkannya.