Minggu, 04 Januari 2015

(C E R P E N) Bahkan Maut Pun Tak Memisahkan

BAHKAN MAUT PUN TAK MEMISAHKAN
Mobil antar jemput anak sekolah berhenti di depan rumah keluarga Yohanes Firmansyah Angsana. Pintu samping mobil terbuka, dan keluarlah gadis cilik dengan tas ransel di punggungnya. Dialah Theresia Putri Angsana, yang biasa disapa Tere, siswi SD St. Agustinus kelas 5.

“Terima kasih, Om Andre,” ucap Tere kepada sopir mobil itu sebelum menutup kembali pintu mobil. Diangkatnya tangannya untuk membalas lambaian tangan teman-temannya dari dalam mobil.

Setelah mobil hilang dari pandangannya, ia membalik badan menuju rumahnya. Di teras rumah ibunya, Maria Handayani Putri, sudah berdiri menanti. Direntangkan tangan menyambut putri bungsunya dalam pelukan. Sebuah kecupan mendarat di kening Tere. Kemudian keduanya memasuki rumah.

“Tere ada peer?”

“Ada, Ma.”

“Ya uda, Tere bawa dulu tasnya ke kamar, ganti baju baru maem. Jangan lupa cuci tangannya.”

Sambil mengiyakan perintah mamanya, Tere berlari kecil menuju kamarnya. Sementara itu Maria menyiapkan makan siang. Tak lama kemudian Tere muncul dan makan siang bersama mamanya.

“Ma, kenapa sih Bang Agus mau ke seminari?” Sambil menikmati makannya, Tere bertanya perihal abangnya yang memutuskan masuk seminari menengah.

Renungan Hari Raya Penampakan Tuhan, Thn B

Renungan Hari Raya Penampakan Tuhan, Thn B/I
Bac I    Yes 60: 1 – 6; Bac II             Ef 3: 2 – 3a, 5 – 6;
Injil      Mat 2: 1 – 12;

Hari ini merupakan Hari Raya Penampakan Tuhan, atau yang biasa dikenal dengan istilah Epifani. Injil hari ini, secara khusus, mengisahkan kisah tersebut. Tiga orang Majus dari Timur melihat bintang Tuhan dan tergerak hati mereka untuk bertemu dengan Tuhan. Mereka adalah orang asing, bukanlah orang Yahudi. Mereka mencari Tuhan yang baru dilahirkan dan ingin menyembah-Nya. Karena itu, peristiwa penampakan Tuhan ini dilihat sebagai manifestasi Tuhan Yesus kepada dunia, karena Yesus lahir bukan hanya untuk umat Yahudi saja, melainkan juga di luar bangsa Yahudi.

Peristiwa orang Majus ini sejalan dengan apa yang direfleksikan Paulus di kemudian hari. Dalam bacaan kedua, yang diambil dari Surat Paulus kepada Jemaat di Efesus, Paulus melihat bahwa kehadiran Tuhan Yesus tidak hanya sebatas kalangan bangsa Yahudi saja, tetapi terbuka kepada dunia. Seperti epifani, yang merupakan manifestasi Tuhan Yesus kepada dunia, Paulus menilai bahwa orang-orang bukan Yahudi adalah juga ahli waris dan penerima janji keselamatan dalam Yesus Kristus. Karena Tuhan Yesus sudah memanifestasikan Diri-Nya kepada dunia, maka semua bangsa menjadi ahli waris janji keselamatan dan menjadi anggota-anggota tubuh.

Nabi Yesaya, dalam bacaan pertama, mengajak umat untuk melihat terang Tuhan. Kitab Nabi Yesaya, yang menjadi bacaan pertama hari ini, seakan menjadi ramalan akan peristiwa orang Majus ini. Yesaya menyatakan bahwa terang Tuhan telah terbit. Terang itu merupakan simbol kemuliaan Tuhan. Yesaya mengatakan bahwa akan datang orang-orang kepada terang itu, memberi persembahan dan mamshyurkan perbuatan Tuhan.

Hari ini adalah Hari Raya Epifani. Nabi Yesaya mengingatkan kita bahwa terang Tuhan telah terbit atas diri kita. Dengan penampakan Tuhan ini kita disadarkan bahwa kita juga merupakan ahli waris dari janji keselamatan Allah. Tapi, apakah kita akan bersikap seperti kebanyakan orang Yahudi, yang tak mau peduli akan terang Tuhan itu sekalipun sudah tahu, atau kita memilih bersikap seperti orang Majus? Jika kita mau menerima terang itu, maka hendaklah kita mau juga menyingkirkan kegelapan dari dalam hati dan diri kita. Biarkanlah terang Tuhan menyinari hati kita, sehingga dari diri kita juga akhirnya terpancar terang Tuhan itu bagi sesama.

by: adrian