Senin, 13 April 2015

Orang Kudus 13 April: St. Margaretha Motela

SANTA MARGARETHA METOLA, PENGAKU IMAN
Margaretha lahir di Metola, dekat Florence, Italia, pada tahun 1287. Kondisi tubuhnya menyedihkan karena ia pendek, bungkuk, pincang dann buta. Meski demikian, ia dengan senang hati menerima kondisinya itu. Ia dikenal sebagai Ordo Ketiga Santo Dominikus yang saleh dan menaruh perhatian besar pada orang-orang sakit dan para tahanan di penjara.
Orang tuanya yang kaya raya dan bangsawan itu merasa sungguh sedih bahkan merasa malu, karena kelainan tubuh anaknya. Karena itu, ketiga Margaretha berumur enam tahun, mereka mengurungnya dalam sebuah sel kecil di pegunungan Apennin selama 10 tahun. Dari sana mereka membawanya ke Citta-di-Castello, dengan harapan bahwa ia dapat pulih dari keadaannya atas cara yang ajaib di sebuah tempat sakral di kota itu. Tetapi, karena tidak terjadi suatu apapun atas diri Margaretha seperti yang diharapkan, mereka meninggalkan dia sendirian di sana, lalu pulang ke rumah.
Di kota itu Margaretha diangkat sebagai saudara oleh pengemis di kota itu. Kepadanya ditunjukkan tempat-tempat strategis untuk mengemis, sekaligus sebuah tempat di mana ia dapat tidur dengan tenang. Dalam menjalani hidup dengan cara mengemis dan menggelandang, Margaretha senantiasa menampilkan diri sebagai seorang yang periang dan tidak pernah mengeluh. Ia bahkan meneguhkan rekan-rekannya agar tabah dalam menanggung segala penderitaan yang menimpa diri mereka. Ia sendiri merasa prihatin dan bingung kalau orang berbelaskasihan terhadap dirinya dan mencemasi hidupnya.
Lama kelamaan, orang-orang sekitar yang mengenalnya, pun rekan-rekannya, mulai menyadari bahwa Margaretha adalah seorang wanita pengemis yang luhur kepribadiannya, saleh hidupnya dan tulus hatinya. Kagum atas kepribadiannya, maka orang-orang yang berpengaruh di kota itu membujuk para biarawati di sebuah biara di kota itu, agar menerima Margaretha sebagai seorang postulan. Usaha ini berhasil.
Margaretha diterima dalam biara suster-suster itu. Ia sendiri senang sekali dengan penerimaan itu. Tetapi kegembiraannya karena menjadi anggota religius ini tidak berlangsung lama. Setelah beberapa lama tinggal di biara itu, ia mulai prihatin atas cara hidup biarawati-biarawati itu. Mereka terlalu bersemangat duniawi. Karena sikapnya ini, ia kemudian dikeluarkan dari biara itu, meskipun pada mulanya ia disambut dengan baik.
Setelah keluar dari biara itu, Margaretha diterima sebagai anggota Ordo Ketiga Santo Dominikus. Dalam ordo itu, Margaretha adalah satu-satunya wanita muda yang diterima selagi dalam status belum menikah. Ini sesuatu yang istimewa, karena pada masa itu semua orang yang menjadi anggota Ordo Ketiga itu sudah menikah.
Dalam ordo ini, Margaretha berkembang pesat dalam kehidupan berbakti kepada Tuhan dan sesama. Ia dikenal sebagai seorang anggota yang taat, saleh dan rajin berdoa. Ia memusatkan perhatiannya pada orang-orang sakit dan narapidana di penjara. Dia berdoa untuk mereka, mengobati mereka dan memberi makanan kepada mereka. Dalam tugasnya ini, ia berhasil menobatkan banyak narapidana dan menyembuhkan banyak orang sakit.
Kehidupan rohaninya dikembangkan dengan melakukan devosi khusus kepada sakramen mahakudus, Bunda Maria dan Santo Yosef. Akhirnya, pada usia 33 tahun, pada tanggal 13 April 1320, ia meninggal dunia dan dikuburkan di Gereja Santo Dominikus di Citta-di-Castello
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Senin Paskah II - B

Renungan Hari Senin Paskah II, Thn B/I
Bac I    Kis 4: 23 – 31; Injil                Yoh 3: 1 – 8;

Injil hari ini mengisahkan diskusi antara Tuhan Yesus dengan Nikodemus, seorang Farisi dan pemimpin agama Yahudi. Peristiwa ini jelas tidak ada kaitan langsung dengan peristiwa kebangkitan, karena diskusi itu terjadi jauh sebelum Yesus wafat di kayu salib. Akan tetapi, tema diskusinya menyinggung soal kebangkitan, yaitu pembaharuan. Ini terlihat dalam pernyataan Tuhan Yesus, “Jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” (ay. 3). Kelahiran kembali dapat dilihat sebagai menjadi manusia baru dan kerajaan Allah merupakan wujud keselamatan atau kemuliaan. Ini sama seperti Tuhan Yesus yang bangkit untuk mencapai kemuliaan-Nya.

Salah bentuk kelahiran kembali dapat dilihat dalam diri para murid. Sebelumnya mereka dikenal sebagai orang-orang yang sederhana, pengetahuan terbatas, kurang percaya dan penakut. Namun setelah mengalami kebangkitan Tuhan Yesus, mereka seakan dilahirkan kembali, mereka menjadi manusia baru yang beriman teguh dan berani. Ini terlihat dalam bacaan pertama. Sekalipun mendapat tekanan dari penguasa, mereka terus “memberitakan firman Allah dengan berani.” (ay. 31).

Sabda Tuhan hari ini mau mengingatkan kita sebagai murid-murid Yesus Kristus. Kita sudah dilahirkan kembali oleh kebangkitan Kristus, secara khusus lewat sakramen-sakramen (baptis dan krisma). Oleh karena itu, kita adalah manusia baru. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk tetap mempertahankan kebaruan-kemanusiaan kita. Kebaruan itu dapat diperlihatkan dalam sikap hidup keseharian kita sebagai wujud kesaksian akan kasih Allah.


by: adrian