Sabtu, 09 Maret 2013

(Sharing Hidup) Pengakuan Dokter Aborsi

PENGAKUAN SEORANG DOKTER ABORSI

oleh: dr. Bernard Nathanson

Saya pribadi bertanggungjawab atas 75.000 aborsi. Hal ini membuat saya memiliki kredit tersendiri untuk berbicara dengan Anda dalam kasus aborsi. Saya termasuk salah satu pendiri National Association for the Repeal of the Abortion Laws (NARAL - Asosiasi Nasional untuk Pencabutan Hukum Aborsi) yang didirikan di Amerika Serikat tahun 1968. Pengumpulan pendapat masyarakat mengatakan kalau kebanyakan masyarakat Amerika menentang aborsi yang dilegalkan. Tetapi dalam waktu 5 tahun, kami di NARAL berhasil meyakinkan Pengadilan Tinggi Amerika Serikat untuk mengeluarkan keputusan melegalkan aborsi di seluruh Amerika pada tahun 1973 dan boleh melakukan praktek aborsi setiap saat hingga kelahiran si bayi. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Sangat penting untuk dipahami, ini semua terjadi dengan taktik-taktik jitu yang telah digunakan dunia barat dengan mengubah statistik atau apa pun, supaya hukum aborsi dapat diubah.

TAKTIK PERTAMA ADALAH MERANGKUL MEDIA MASSA
Kami meyakinkan media massa bahwa aborsi yang dilegalkan adalah suatu kebebasan yang meringankan, sesuatu yang canggih. Kami tahu, jika dilakukan jajak pendapat, kami akan kalah, maka kami membuat angka-angka hasil jajak pendapat palsu. Kami katakan kalau kami telah melakukan pengumpulan pendapat dan hasilnya 60% dari masyarakat Amerika setuju dengan aborsi legal. Ini taktik menutup kebohongan diri sendiri. Sedikit orang yang mencoba melawan kami. Kami mendapat simpati sebagian masyarakat dan berhasil menjual program aborsi legal dengan memberikan data palsu tentang aborsi ilegal setiap tahun di Amerika Serikat. Angka sebenarnya hanya 100.000 kasus, tetapi angka itu kami ganti menjadi 1.000.000 dan kami berikan kepada media. Mengulang-ulang kebohongan sering menjadi sesuatu yang meyakinkan masyarakat. Angka wanita yang meninggal karena aborsi ilegal sebenarnya hanya 200-250 per tahunnya, tetapi kami mengatakan 10.000 jiwa per tahun. Angka-angka palsu ini terus menerus kami berikan sehingga masyarakat yakin untuk menyokong hukum aborsi legal. Cerita lain yang kami sodorkan pada media massa adalah bahwa dengan diberlakukannya aborsi yang legal, maka mereka yang menjalani aborsi ilegal kini menjadi legal. Yang terjadi, aborsi kini juga dipakai sebagai salah satu metode keluarga berencana di Amerika Serikat dan angka aborsi per tahunnya kini meningkat menjadi 1500% sejak diberlakukannya hukum aborsi legal.

TAKTIK KEDUA ADALAH MEMAINKAN KARTU GEREJA KATOLIK
Kami selalu menjelek-jelekkan Gereja Katolik dan "ide-ide sosial" mereka. Kami malah memfitnah petinggi Gereja Katolik sebagai penjahat penentang aborsi. Taktik ini kami mainkan terus menerus. Kami terus memberikan kebohongan pada media massa, kami katakan bahwa, "kita semua tahu, yang menentang aborsi adalah para petinggi Gereja Katolik, bukan ummat Katolik itu sendiri." Kami katakan juga bahwa, "Jajak pendapat membuktikan bahwa kebanyakan ummat Katolik menginginkan aborsi yang legal." Lalu, media terus menerus mendengungkan hal ini pada masyarakat AS, mengatakan bahwa mereka yang menentang aborsi pastilah dibawah pengaruh petinggi Gereja Katolik dan bahwa Gereja Katolik dalam hal aborsi sebenarnya memberikan penerangan jelas dan maju ke depan. Kesimpulan dari taktik ini adalah tidak ada satu group non-Katolik pun yang menentang aborsi. Kenyataan sebenarnya, ummat Kristen dan non-Kristen pun menentang (hingga kini) aborsi. Tetapi suara-suara mereka ditekan, juga suara mereka yang tidak mengakui Tuhan tetapi mencintai kehidupan.

TAKTIK KETIGA ADALAH MENYANGKAL DAN MENEKAN BUKTI-BUKTI ILMIAH YANG MENGATAKAN KEHIDUPAN DIMULAI SESAAT SETELAH PEMBUAHAN TERJADI
Banyak yang bertanya, "Apa yang membuat Anda berubah pikiran?" Bagaimana saya berubah dari seorang yang betul-betul pro-aborsi menjadi pejuang pro-kehidupan? Tahun 1973, saya menjadi Direktur Obstetrik di sebuah rumah sakit besar di New York City. Saya harus membangun unit riset pre-natal untuk memulai teknologi baru yang memungkinkan kita untuk setiap harinya mempelajari janin dalam kandungan. Taktik favorit seorang pro-aborsi adalah mengatakan bahwa kita tidak mengetahui kapan kehidupan terjadi, pertanyaan ini adalah sebuah pertanyaan teologi atau moral atau filosofi, atau apa saja, tetapi bukan sebuah pertanyaan ilmu pengetahuan. Ilmu tentang janin (foetology) membuat penyangkalan-penyangkalan diatas tak terbukti. Memang benar, kehidupan dimulai sesaat setelah terjadinya pembuahan. Kehidupan baru ini membutuhkan perlindungan dan pengawalan yang dinikmati oleh kita semua. Pasti Anda bertanya kenapa masih banyak dokter di AS yang ikut membangun Foetology masih saja melakukan aborsi? Ini pertanyaan aritmetika. Dengan US$ 300 sekali aborsi, 1,55 juta kasus aborsi berarti kira-kira US$ 500.000.000 per tahun, yang hampir keseluruhannya masuk ke dalam kantung si dokter - bukankah ini sebuah industri besar? Sudah jelas bahwa aborsi sebenarnya penghancuran secara sengaja sebuah kehidupan manusia. Tindakan kejahatan yang kejam. Memang, kehamilan yang tidak direncanakan adalah sebuah dilema yang sulit, tetapi untuk mencari jalan keluar terbaik dengan cara aborsi adalah sama dengan menghancurkan kepintaran manusia, dan menyerah pada pandangan umum yang sempit untuk menjawab masalah sosial.

SEBAGAI SEORANG ILMUWAN SAYA TAHU BAHWA KEHIDUPAN DIMULAI PADA SAAT TERJADINYA PEMBUAHAN
Meskipun saya bukanlah seorang pemeluk agama, tetapi saya percaya sepenuh hati bahwa memang ada kekuasaan Sang Pencipta yang menuntun kita untuk mengakhiri dan berbalik dari kejahatan yang sangat memalukan dan menyedihkan terhadap ummat manusia.

[Dr. Nathanson akhirnya memeluk agama Katolik pada tahun 1996]

Salam Perpisahan Paus


AKU PERGI, TETAPI KAMU HARUS TETAP RIANG GEMBIRA
Vatikan, 27 Februari 2013
Cuaca di kota Roma hari ini tidak seperti biasanya. Rabu, 27 Februari 2013, sebuah hari musim dingin yang sangat indah. Matahari bersinar cerah sejak pagi. Inilah sebuah hari penting di dalam sejarah Gereja Katolik: Sri Paus Benediktus XVI tampil ke publik dalam upacara audensi umum untuk terakhir kali setelah pengumuman pengunduran dirinya dua pekan lalu.
Sejak pukul 07.00 pagi waktu Roma, peziarah-peziarah sudah memenuhi Via della Consiliazione, ruas jalan panjang membujur dari lapangan Santo Petrus hingga sungai Tiber. Di ruas jalan itu pula sudah dipasang beberapa layar lebar. Di situ terdapat beberapa titik kontrol, selain dari arah Porta Santa Anna, tepi barat, dan Porta Sant’ Angelo dari tepi arah timur Vatikan. Ribuah polisi dan aparat keamanan pun siaga sekeliling Vatikan.
Para peziarah berjuang masuk ke Lapangan Santo Petrus dan mengambil tempat paling depan supaya bisa melihat Sri Paus dari dekat dan mengucapkan kata-kata perpisahan yang bisa didengar oleh Bapa Suci sendiri.
Dari saat ke saat Lapangan Santo Petrus seperti digenangi lautan manusia. Mereka melambai-lambaikan berbagai bentuk dan ragam spanduk dengan tulisan bermacam-macam, seperti “Grazie Santo Padre” (Terima kasih Bapa Suci), atau “Arrivederci” (Sampai jumpa lagi), atau “Prega per noi” (doakan kami), dan berbagai tulisan dalam berbagai bahasa. Mereka pula tak henti-hentinya meneriakkan yel-yel “Benedetto”, nama Sri paus dalam bahasa Italia. Kadang pula terdengar teriakan “Viva il Papa” dan diikuti oleh paduan suara campur yang menggetarkan suasana pagi itu.
Tepat pukul 10.35 pagi waktu Roma, Papa Mobil meluncur pelan, masuk ke Lapangan Santo Petrus dari samping kanan Basilika. Di belakangnya duduk Sekretaris pribadi Mons. George Gaenswein, yang sudah ditahbiskan beliau sendiri menjadi Uskup Agung tanggal 6 Januari lalu dan merangkap Kepala Rumah Tangga (Prefettura) Sri Paus.
Ketika melihat Papa Mobil, massa semakin kuat dan ramai meneriakkan yel-yel seraya bertepuk tangan meriah. Setelah melewati beberapa blok untuk menyalami massa dan disaluti oleh Musik Militer dari wilayah kelahirannya, Bavaria, Jerman, beliau naik ke Singgasana, sebuah Kursi putih yang sudah akrab dengannya sejak 8 tahun ini. Seperti biasa, sebelum duduk, beliau merentangkan kedua tangan ke arah para hadirin, seolah-olah ingin merangkul mereka satu per satu. Di saat itu keharuan mulai terasa.
Setelah rangkaian salam dan pembacaan dari Kitab Suci, beliau mulai membacakan wejangannya yang terakhir. Hadirin hening dan mendengar dengan penuh perhatian. Sering juga hadirin menyela Sri Paus dengan tepukan tangan panjang dan yel-yel “Benedetto”, terutama ketika beliau mengungkapkan kata-kata peneguhan dan pujian yang masuk hingga ke lubuk hati pendengar.
Pertama-tama Sri Paus mengucapkan terima kasih kepada Tuhan yang telah memilih dan mempercayakan tugas ini kepadanya. Katanya, “Delapan tahun lalu, ketika sudah jelas bahwa diri saya terpilih menjadi Paus, pertanyaan yang dominan di dalam hati saya adalah: Tuhan, apa yang Kau inginkan dariku? Mengapa Engkau memilih saya? Saya tahu bahwa sejak itu saya memikul beban berat di bahuku.”
Lanjutnya: Delapan tahun lalu adalah tahun-tahun yang indah dan penuh arti. Tetapi juga masa-masa penuh tantangan, sehingga Gereja ibarat bahtera para rasul yang terombang-ambing di danau Genesaret. Badai dan gelombang menerjang menimbulkan rasa takut dan panik, dan Tuhan tidur di buritan. Tetapi syukur, Tuhan tidak meninggalkan bahtera ini, karena bahtera ini bukan milik kita manusia atau milik saya pribadi, tetapi milik Tuhan sendiri.
Mendengar itu, massa bertepuk tangan ramai sambil meneriakkan nama Sri Paus. Beliau sadar bahwa selama masa bakti, Tuhan senantiasa dekat dengan umat-Nya, dan menganugerahkan segala yang perlu untuk kemajuan Gereja-nya.
Sri Paus juga mengungkapkan terima kasih kepada para pekerjanya di Tahta Suci Vatikan dan seluruh umat yang tersebar di seluruh dunia. Selama masa jabatannya, beliau betul-betul merasakan dukungan dan kedekatan umat Katolik sejagad, sekalipun banyak dari mereka yang belum pernah berjumpa dengannya secara langsung.
Menjelang sambutannya yang berdurasi kurang lebih 20 menit itu, beliau meneguhkan hati dan iman umat Katolik sedunia. Katanya dalam nada getar: “Saya pergi. Itu keputusan yang saya ambil dengan sukarela. Tetapi kamu harus tetap riang gembira di dalam iman. Saya pergi bukan untuk urusan pribadi. Saya pergi untuk membaktikan diri kepada doa untuk Gereja kita yang kita cintai ini. Tuhan yang memanggil kita ke dalam satu komunitas iman, akan tetap bersama kita, memenuhi hati kita dengan harapan dan menyinari kita dengan kasih-Nya tanpa batas.”
Usai sambutan terakhir ini, hadirin yang saat itu sudah membludak hingga ujung Via della Conciliazione berdiri, memberikan aplaus panjang. Lambaian bendera-bendera dan spanduk-spanduk kelihatan semakin tenang pertanda sedih. Sri Paus pun berdiri melambaikan tangan kepada hadirin. Sebuah momentum kuat yang sempat menuai deraian air mata.
Upacara dilanjutkan dengan penyampaian ucapan salam pisah dan terima kasih dari para hadirin yang diwakili melalui kelompok bahasa Inggris, Italia, Jerman, Spanyol, Portugis, Polandia dan Arab. Di akhir audensi, Sri Paus dan hadirin bersama-sama menyanyikan lagu Bapa kami di dalam bahasa Latin. Lalu beliau menutup dengan berkat terakhirnya sebagai Paus.
Beliau turun tahta. Berjalan menuju Papa Mobil, mengambil tempat duduk. Papa Mobil turun perlahan dari pelataran Basilika menuju hadirin. Tahtanya, Kursi putih tinggal kosong.
Sri Paus bergerak keluar, diiringi aplaus panjang, memanggil-manggil namanya dan seraya air mata tetap berderai. Di atas Papa Mobil beliau terus merentangkan kedua tangannya, seakan-akan ingin membawa pergi sekitar 200.000-an hadirin bersamanya.

Rangkulan lengannya tentu terlalu pendek untuk jumlah sebesar ini, apalagi untuk umat Katolik sedunia. Tetapi di dalam doa dari atas bukit Mons Vaticanus, beliau dan seluruh umat Katolik di lima benua akan tetap bersatu. Terima kasih Bapa Suci Benediktus XVI.
P. Markus Solo, SVD
Tahta Suci, Vatikan

Orang Kudus 9 Maret: St. Gregorius Nyssa

Santo gregorius nyssa, uskup & bapa gereja
Gregorius lahir di Kaesarea sekitar tahun 330. Keluarganya sungguh keluarga yang terberkati. Ibunya, anak seorang martir. Dua orang kakaknya, Basilius Agung dan Petrus Sebaste, digelari ‘kudus’ oleh Gereja. Demikian juga Makrina, saudarinya yang tertua. Gregorius dikenal aktif di dalam masalah-masalah Gereja dan berpengaruh besar di dalam beberapa konsili dan sinode.

Ia dididik oleh kakaknya Basilus Agung. Kemudian ia menikah dengan Theosebeia dan dianugerahi beberapa orang anak. Sebagai aktifis Gereja ia diberi tugas sebagai lektor. Tetapi tugas suci ini kemudian ditinggalkannya karena ia mulai tertarik pada pekerjaan sebagai pengajar ilmu retorika. Pekerjaan ini pun kemudian ditinggalkan lagi karena dianggap tidak berkaitan sedikit pun dengan hal-hal keagamaan. Karena ketidakpuasan itu dan lebih-lebih karena pengaruh kakaknya, ia kembali aktif di dalam tugas-tugas yang berkaitan dengan urusan-urusan keagamaan. Dalam menjalankan tugas itu, hatinya tergerak untuk mengabdikan dirinya pada Tuhan. Ia lalu memutuskan untuk menjadi imam. Pada masa itu kehidupan selibat imam-imam belum menjadi suatu kewajiban di dalam hukum Gereja sehingga perkawinannya dengan Theosebeia tidaklah menjadi halangan baginya untuk menerima tahbisan imamat.

Atas pengaruh dan bujukan kakaknya Basilius, ia kemudian ditahbiskan menjadi uskup di Nyssa, wilayah propinsi Kapadokia, Asia Kecil, pada tahun 372. Dengan keahliannya dan imannya yang kokoh, ia menjadi seorang pembela ulung ajaran para Rasul terhadap rongrongan penganut arianisme. Karena itu atas desakan pengikut-pengikut arianisme, Demosthenes, Gubernur Propinsi Pontus, mengusir dia dari keuskupannya. Ia baru kembali lagi memimpin keuskupannya pada tahun 378 setelah Demosthenes meninggal dunia.

Pada konsili di Antiokia tahun 379 yang diadakan untuk mengutuk kaum arian dan kesalahan-kesalahan kaum Melitian, Gregorius tampil sangat menonjol dengan pandangan-pandangannya yang benar. Ia kemudian diutus oleh semua uskup Timur untuk melawan kaum arian yang menyebarkan ajaran-ajarannya yang salah di Gereja-gereja Palestina dan Arab. Ketika berada di Palestina ia terkejut oleh sikap tak terpuji para peziarah yang mengunjungi tempat-tempat suci di mana Yesus lahir, hidup dan wafat. Ketidakpuasannya dan kemarahannya dituangkan di dalam tulisan-tulisannya. Di dalamnya ia mengingatkan semua orang kristen untuk menaruh hormat pada tempat-tempat suci. Ia dengan tegas mengatakan bahwa kegiatan ziarah bukanlah jaminan untuk mendapatkan hidup suci dan tidak dengan sendirinya mendatangkan keselamatan bagi seorang peziarah.

Gregorius dikenal sebagai Bapa Gereja yang banyak menulis. Tulisan-tulisannya berisi pandangan-pandangan iman yang benar yang diperkuat dengan pandangan filosofis yang berkembang pada masa itu. Tulisan-tulisannya yang berhubungan dengan Kitab Suci menggunakan metode allegoris yang dikembangkan oleh Origenes. Tulisannya tentang Trinitas dilukiskan dengan memanfaatkan teori ide-ide dari Plato. Kotbah-kotbahnya sangat disenangi orang karena berisi pandangan-pandangan iman yang sesuai dengan ajaran para rasul.

Pada konsili di Konstantinopel tahun 381, Gregorius ikut aktif memberi pandangan-pandangannya tentang ajaran iman yang benar. Ia dianggap sebagai tiang agung pengajaran iman yang benar. Ia meninggal pada tahun 394.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Sabtu Prapaskah III-C

Renungan Hari Sabtu Prapaskah III, Thn C/I
Bac I : Hos 6: 1 – 6; Injil       : Luk 18: 9 – 14

Nabi Hosea, dalam bacaan pertama, mengajak umat Israel untuk kembali kepada Allah (ay. 1) dan "berusaha sungguh-sungguh mengenal Allah." (ay. 3, 6). Mengenal Allah di sini berarti mengenal kehendak Allah; mengetahui dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki bagi umat-Nya. Nabi Hosea, secara implisit, memberikan kemauan Allah, yaitu bahwa Allah "menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran." (ay. 6).

Dan dalam Injil hari ini Yesus juga menyampaikan apa yang disukai Allah, yaitu sikap rendah hati. Dengan perumpamaan yang mau memuji sikap rendah hati si pemungut cukai, Yesus berkata, "Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (ay. 14). Meski pemungut cukai dikenal sebagai pendosa, namun di mata Allah dia disukai karena sikap rendah hatinya sesuai dengan kehendak Allah.

Sabda Tuhan hari ini menghendaki agar kita senantiasa mengenal kehendak Allah dan berusaha untuk melaksanakannya. Secara khusus hari ini Tuhan menghendaki kita untuk membangun sikap rendah hati, baik di hadapan Tuhan maupun sesama. Berkaitan dengan membangun sikap rendah hati ini, sabda Tuhan memberikan pertanyaan refleksi buat kita:

Apakah saya termasuk orang yang selalu menganggap diri benar dan suka memandang rendah orang lain?

by: adrian